Tag Archives: Masail Al-Jahiliyah

Mencela masa, seperti perkataan mereka:

وَمَا يُهْلِكُنَا إِلَّا الدَّهْرُ

“Tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa “. (QS. al-Jatsiyah : 24 ).

Penjelasan:

Yang menisbatkan peristiwa kejadian kepada masa adalah Atheis. Jika keburukan menimpa mereka maka mereka menisbatkan keburukan tersebut kepada masa, dan mencela masa karena hal tersebut. Yang wajib adalah menisbatkan segala sesuatu kepada Allah ﷻ. Adapun masa, hanyalah sebuah waktu yang diciptakan diantara makhluk-makhluk Allah, tidak memiliki kendali.

“Dan mereka berkata: “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa”.(QS. al-Jatsiyah : 24).

Karena ini merupakan pengingkaran terhadap akhirat dan hari kebangkitan: “kita mati dan kita hidup”, sebagian manusia mati dan sebagian yang lain hidup, mereka mengatakan : “rahim melahirkan dan bumi menelan”. Mereka juga berkata : “ini merupakan tabiat kehidupan; tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa”.

Mereka berhujjah dengan takdir terhadap Allah dan bahwa mereka dibolehkan melakukan kekufuran dan kemaksiatan karena Allah telah metakdirkan mereka demikian.

Padahal Allah tidak memberikan hujjah bagi mereka, akan tetapi memberikan mereka pilihan, dan memberikan mereka kemampuan, dan memberikan mereka keinginan, serta menjelaskan kepada mereka jalan kebaikan, juga menjelaskan kepada mereka jalan keburukan, dan memberikan kepada mereka sarana-saran yang dengannya mereka bisa berbuat atau tidak berbuat, mereka tidak dipaksa sebagai mana mereka katakan. Allah juga menjelaskan bahwa Ia tidak ridha kekufuran dari hamba-Nya.

Pembahasan masalah keimanan dengan hal-hal ghaib harus bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah yang shahih, tidak ada celah bagi akal untuk dijadikan sebagai hujjah. Mengingkari Takdir termasuk dalam kekufuran.

Takdir adalah ketetapan dan ketentuan Allah ﷻ. Ada Qadha dan Qadar, yang keduanya memiliki makna yang sama, meskipun ulama berbeda pendapat.

Qadar yaitu ilmu Allah terhadap segala sesuatu dan ketetapan-Nya terhadapnya sebelum terjadi, dan tulisan-Nya di Lauhul Mahfuzh, kemudian penciptaan-Nya terhadapnya. Iman kepada Qadar merupakan salah satu rukun iman yang enam.

Diantara prilaku Jahiliyah yaitu syirik dalam kekuasaan, seperti perkataan kaum Majusi. Majusi merupakan sekelompik manusia di negeri Persia. Mereka menyembah api dan mengatakan : ” Alam ini memiliki dua pencipta, Tuhan cahaya dan Tuhan kegelapan, Tuhan cahaya menciptakan kebaikan dan Tuhan kegelapan menciptakan keburukan. Oleh karena itu mereka disebut Tsanawiyah ( penyembah dua Tuhan) , dan ini syirik dalam rububiyah.

Al-Alusi menyebut ada manuskrip yang lain yaitu Asyirkatu filmulki. Yang maknanya berbagi.

Mereka membagi-bagi Kekuasaan Seperti Kaum sosialis, yaitu “Majusi mazdakiyah” mengacu pada mazhab dalam agama Majusi (Zoroastrianisme) yang didasarkan pada ajaran Mazdak, seorang reformis agama dan filsuf Persia.

Mazdakisme adalah cabang atau aliran dalam Zoroastrianisme yang menekankan kesetaraan sosial dan pembagian kekayaan, dengan ajaran yang menentang praktik-praktik yang dianggap korup dalam masyarakat saat itu.

ʙɪꜱᴍɪʟʟᴀʜ Kajian Kitab Masail Jahiliyah (Perkara-perkara Jahiliyah) Karya: Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 Pemateri: Ustadz Isnan Efendi, Lc. MA. 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 Pertemuan 32: 14 Rabi’ul Awal 1447 / 6 September 2025 Telah berlalu, pembahasan beberapa poin dalam Masail Jahiliyah. 40 Masail sebelumnya dapat disimak di link archive berikut ini: https://tinyurl.com/2p9sra27 Masalah Ke – 41: Menyifati […]

Keyakinan yang benar tentang tauhid asma’ wa shifat ini dijelaskan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah : “Termasuk keimanan kepada Allah adalah beriman terhadap sifat-sifat Allah yang telah Allah tetapkan untuk diri-Nya sendiri dan juga yang Rasulullah tetapkan untuk Allah tanpa melakukan tahrif, ta’thil, tamtsil, dan takyif “ (Al-‘Aqidah Al-Waasitiyyah). Dalam menetapkan sifat Allah, kita dilarang melakukan tahrif, ta’thil, tamtsil, dan takyif.

Dan aqidah salaf menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah lafadz dan maknanya yang diketahui, yang tidak ditetapkan adalah kaifiatnya (caranya), sebagai contoh Allah ﷻ beristiwa, memiliki lafadz dan maknanya berdiam di suatu tempat yang tinggi, tetapi tidak menetapkan kaifiatnya.

Demikian juga sifat Allah ﷻ Nuzul yang mengandung makna turun, tetapi Wallohu’alam kita tidak menjelaskan bagaimana cara turunnya. Menetapkan makna tidak berarti menetapkan kaifiatnya (caranya), karena Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Asy-Syura ayat 11: Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat.

Pengingkaran dalam sifat seperti dalam firman Allah ﷻ:

وَلَكِنْ ظَنَنْتُمْ أَنَّ اللَّهَ لا يَعْلَمُ كَثِيراً مِمَّا تَعْمَلُونَ

“akan tetapi kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan “. (QS. Fussilat : 22 ).

Penjelasan:

Yang dimaksud dengan sifat yakni sifat Allah yang ditetapkan untuk dirinya. Ilhad secara bahasa artinya: menyimpang (miring) dari istiqamah. (seperti halnya liang lahad yang artinya miring dalam kuburan).

Ilhad yang dimaksud dalam hal ini yaitu penyimpangan dalam sifat Allah ﷻ dari pemahaman yang benar yang sudah tetap, diantaranya meniadakan sifat tersebut dari Allah ﷻ. Maka, meniadakan sifat merupakan ilhad ( pengingkaran ), karena miring dari kebenaran dan menyimpang darinya. Kaum jahiliyah mengingkari sifat-sifat Allah, yakni mereka menolaknya dan meniadakannya dari Allah. Dalilnya adalah firman Allah:

وَمَا كُنْتُمْ تَسْتَتِرُونَ أَنْ يَشْهَدَ عَلَيْكُمْ سَمْعُكُمْ وَلا أَبْصَارُكُمْ وَلا جُلُودُكُمْ وَلَكِنْ ظَنَنْتُمْ أَنَّ اللَّهَ لا يَعْلَمُ كَثِيراً مِمَّا تَعْمَلُونَ

“Kamu sekali-sekali tidak dapat bersembunyi dari kesaksian pendengaran, penglihatan dan kulitmu kepadamu bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan”. (QS. Fussilat : 22 ).

Dalam Mendekatkan Diri kepada Allah, Mereka Mengharamkan yang Halal dan Menghalalkan yang Haram. Beribadah dengan mengharamkan yang halal, sebagaimana mereka beribadah dengan kesyirikan.

Termasuk perkara jahiliyah yaitu ibadah mereka, yakni mereka mendekatkan diri kepada Allah dengan mengharamkan perkara yang diewajibkan Allah ﷻ. Mereka mengharamkan menutup aurat dalam thawaf sebagaimana kondisi orang-orang musyrik dahulu.

Menjadikan Ulama dan Ahli Ibadah Sebagai Sesembahan Selain Allah ﷻ: Beribadah dengan menjadikan para pendeta sebagai Tuhan-tuhan selain Allah.

Sesungguhnya setiap kelompok mengkalim kelompoknya yang selamat. Maka Allah medustakan mereka dengan firman-Nya:

قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

“Katakanlah: “Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar “. ( QS. al-baqarah : 111 ).

Kemudian Allah menjelaskan kebenaran dengan firman-Nya :

بَلَى مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ

“(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan ” . (QS. al-Baqarah : 102 ).