• Alquran-Sunnah 1
    Ahlan wa Sahlan
    Selamat Datang di situs Al-Qurán Sunnah, Jika antum menemukan kesalahan, mohon kiranya untuk mengingatkan kami... Kami sampaikan Jazaakumullohukhoiron atas kunjungan antum wabarokallohufiikum...
  • Alquran-Sunnah 2
    Kenapa Al-Qurán dan Sunnah?
    Di antara perkara penting dalam mempelajari Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah “pemahaman” (al-fahmu). Yaitu, kita diberikan pemahaman tentang apa yang diinginkan oleh Allah Ta’ala dan juga apa yang diinginkan (dimaksudkan) oleh Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
  • Rawatlah Hati!
    Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata,"Karena hati itu diciptakan untuk diketahui kegunaannya... maka mengarahkan penggunaan hati (yang benar) adalah (dengan cara menggunakannya untuk) berfikir dan menilai…”.

Boleh memberikan syarat berupa spesifikasi barang yang diinginkan. Jika memenuhi syarat tentang barang yang dinginkan maka jual beli menjadi sah. Namun, jika tidak memenuhi syarat maka transaksi jual beli tidak sah.

Misalnya: Seorang pembeli mensyaratkan bahwa buku yang diinginkan harus menggunakan kertas berukuran kecil. Atau, seseorang yang ingin membeli rumah mensyaratkan bahwa rumah yang diinginkannya harus menggunakan pintu yang terbuat dari besi.

Boleh pula memberi persyaratan tertentu dengan tujuan memperoleh manfaat tertentu. Misalnya,disyaratkan agar penjual mengantarkan binatang ternaknya ke tempat tertentu. Disyaratkan agar penjual rumah mengizinkan calon pembeli untuk tinggal selama sebulan di rumah yang dijual. Seseorang yang ingin membeli baju mensyaratkan bahwa dia akan membeli baju itu jika penjahitnya adalah orang yang ditentukan. Seorang pembeli mensyaratkan bahwa kayu yang dibelinya harus dibelah-belah terlebih dahulu.

Dasarnya adalah Jabir memberi syarat kepada Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam agar ada dua orang yang mengantarkan keledai yang dibeli dari Rasulullah.

Manusia yang paling berakal adalah orang yang mengedepankan kelezatan dan kesenangan yang abadi dibandingkan kesenangan yang singkat, fana, dan terputus.

Sebaliknya, orang yang paling bodoh adalah orang yang menjual kenikmatan yang abadi, kehidupan yang kekal, dan kelezatan yang agung, yang sama sekali tidak ada suatu kekurangan pun di dalamnya, dengan suatu kelezatan yang terputus, singkat, fana, dan tercemari oleh kepedihan serta kekhawatiran.

Sebagian ulama berkata: “Aku memikirkan tindakan orang-orang berakal. Aku pun mendapati bahwa seluruhnya berusaha menggapai satu tujuan meskipun cara mereka untuk mendapatkannya berbeda-beda. Aku melihat semuanya berusaha mengusir kegundahan dan kegelisahan dari diri mereka. Ada yang dengan cara makan dan minum, ada yang dengan berdagang dan bekerja, ada yang dengan menikah, ada yang dengan mendengarkan musik dan nyanyian, serta ada yang dengan permainan dan perkara yang sia-sia.

Atas dasar itu, aku menyimpulkan bahwa tujuan mereka itu sesuai dengan tuntutan orang-orang yang berakal. Hanya saja, semua jalan itu tidak akan mengantarkan mereka untuk meraihnya, bahkan mayoritas justru membawa mereka sampai kepada lawan dari tuntutan tersebut.

Allâh Azza wa Jalla telah menurunkan Kitab-Nya yang mulia kepada hamba-Nya sebagai petunjuk, rahmat, penerang, pembawa kabar gembira serta peringatan bagi siapa saja yang mau mengambil peringatan. Allâh Azza wa Jalla juga mengajak mereka untuk membaca dan mentadaburinya (merenunginya).

Kalau kita menjaga Al-Qur’an, maka Allah ﷻ akan menjaga kita, karena Al-Qur’an adalah kalamullah. Al-Qur’an itu bersih atau suci, maka hanya akan berada di hati orang-orang yang bersih.

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu.” (HR. Tirmidzi – Shahih). Maksudnya, barangsiapa menjaga perintah-perintah Allah ﷻ dan melaksanakan kewajibannya serta menahan diri dari apa yang dilarang darinya, niscaya Allah ﷻ akan menjaga agama, keluarga, harta, dan dirinya karena Allah Azza wa Jalla akan membalas orang-orang yang berbuat baik dengan kebaikan-Nya.

Jadikan kita dan keturunan kita sebagai Generasi Qurani, merupakan generani yang meyakini kebenaran isi Al-Qur’an, membaca, menghafal, serta memahami dengan baik dan benar.

Kata tadabbur digunakan untuk setiap bentuk merenungkan sesuatu, bagian-bagiannya, perkara yang mendahuluinya, perkara yang mengikutinya, atau akibat suatu perkara. Oleh karena itu Syaikh Al-Utsaimin rahimahullah mendefinisikan tadabbur sebagai berikut ini.

التأمل في الألفاظ للوصول إلى معانيها

“Merenungkan lafal-lafal untuk sampai kepada kandungan-kandungan maknanya”

Kata tadabbur berasal dari wazan At-Tafa’ul (التفعل) yang berfungsi menunjukkan kepada makna membebani perbuatan dan meraih sesuatu setelah mengerahkan usaha yang sungguh-sungguh.

Dengan demikian, orang yang bertadabur adalah orang yang memperhatikan suatu perkara secara berulang-ulang atau dari berbagai sisi.

Dari Jundub bin Abdullah 𝓡𝓪𝓭𝓱𝓲𝔂𝓪𝓵𝓵𝓪𝓱𝓾’𝓪𝓷𝓱𝓾 bahwasanya Rasulullah ﷺ mengirimkan sepasukan dari kaum Muslimin kepada suatu golongan dari kaum musyrikin dan bahwa mereka itu telah bertemu -berhadap-hadapan. Kemudian ada seorang lelaki dari kaum musyrikin menghendaki menuju kepada seorang dari kaum Muslimin lalu ditujulah tempatnya lalu dibunuhnya. Lalu ada seorang dari kaum Muslimin menuju orang itu di waktu lengahnya. Kita semua memperbincangkan bahwa orang itu adalah Usamah bin Zaid. Setelah orang Islam itu mengangkat pedangnya, tiba-tiba orang musyrik tadi mengucapkan: “La ilaha illallah.” Tetapi ia terus dibunuh olehnya. Selanjutnya datanglah seorang pembawa berita gembira kepada Rasulullah ﷺ -memberitahukan kemenangan-, beliau ﷺ bertanya kepadanya -perihal jalannya peperangan- dan orang itu memberitahukannya, sehingga akhirnya orang itu memberitahukan pula perihal orang yang membunuh di atas, apa-apa yang dilakukan olehnya. Orang itu dipanggil oleh beliau ﷺ dan menanyakan padanya, lalu sabdanya: “Mengapa engkau membunuh orang itu?” Orang tadi menjawab: “Ya Rasulullah, orang itu telah banyak menyakiti di kalangan kaum Muslimin dan telah membunuh si Fulan dan si Fulan.” Orang itu menyebutkan nama beberapa orang yang dibunuhnya. Ia melanjutkan: “Saya menyerangnya, tetapi setelah melihat pedang, ia mengucapkan: “La ilaha illallah.” Rasulullah ﷺ bertanya: “Apakah ia sampai kau bunuh?” Ia menjawab: “Ya.” Kemudian beliau bersabda: “Bagaimana yang hendak kau perbuat dengan La ilaha illallah, jikalau ia telah tiba pada hari kiamat?” Orang itu berkata: “Ya Rasulullah, mohonkanlah pengampunan -kepada Allah- untukku.” Rasulullah ﷺ bersabda: “Bagaimana yang hendak kau perbuat dengan La ilaha illallah, jikalau ia telah tiba pada hari kiamat?” Beliau ﷺ tidak menambahkan sabdanya lebih dari kata-kata: “Bagaimanakah yang hendak kau perbuat dengan La ilaha illallah, jikalau ia telah tiba pada hari kiamat?” (Riwayat Muslim)

Jika ditanyakan, apa yang menjerumuskan para penyembah kuburan kepada fitnah kuburan, padahal mereka mengetahui orang-orang yang ada di dalamnya telah mati, tidak bisa memberikan madharat atau manfaat sama sekali kepada mereka, juga tidak kematian, kehidupan dan kebangkitan?

Maka jawabnya adalah, sebab-sebab yang menjerumuskan mereka kepada hal tersebut adalah:

1. Kebodohan terhadap hakikat apa yang dengannya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam diutus oleh Allah, juga segenap rasul, dari realiasi tauhid dan memangkas sebab-sebab syirik. Karena itu, bagian mereka dalam hal tersebut sangat sedikit. Lalu syetan menyeru mereka kepada fitnah pada saat mereka tidak memiliki ilmu yang bisa membatalkan ajakannya, sehingga ia memenuhi ajakan syetan tersebut sebesar kebodohan yang ada pada dirinya, dan mereka dijaga daripadanya sesuai dengan ilmu yang mereka miliki.

Diriwayatkan dari Aisyah radhiyallohu ‘anha , katanya:

أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم: أن ننزل الناس منازلهم (رواه أبو داود في سننه والبزار في مسنده قال الحاكم أبو عبد الله في علوم الحديث هو حديث صحيح)

“Rasulullah Shallallohu ‘alaihi wa sallam menyuruh kami menempatkan orang-orang sesuai dengan kedudukan mereka.”

(Riwayat Abu Dawud dalam Sunnannya dan Al-Bazzar dalam Musnadnya. Abu Abdillah Al-Hakim berkata dalam Ulumul hadits, derajat hadits sahih).

Sunan Abu Dawud no. 4842, Bab “Menempatkan Orang Sesuai Dengan Kedudukannya”. Diriwayatkan pula secara ‘mu’allaq’ oleh Imam Muslim dalam Muqaddimah kitab Sahihnya.  Dalam sanadnya ada ‘inqitha’’ (terputus) dan dinilai dha’if oleh al-Albani dalam Tahqiq Riyadhus Shalihin.

Dalam hadits di atas Rasulullah ﷺ menempatkan para sahabat sesuai dengan ilmu dan kondisi setiap individu. Akan tetapi dalam hal dosa dan pelanggaran, beliau bersikap tegas. Seperti tatkala Sahabat Usamah bin Zaid 𝓡𝓪𝓭𝓱𝓲𝔂𝓪𝓵𝓵𝓪𝓱𝓾’𝓪𝓷𝓱𝓾 yang membunuh ssseorang yang telah mengucapkan kalimat tauhid dengan tuduhan hanya berpura-pura, sementara Rasulullah ﷺ menegaskan bahwa urusan hati adalah urusan Allah ﷻ sementara manusia hanya melihat dari sisi lahiriah saja. (Lihat hadits Muttafaqun alaihi).

Bahkan kepada orang kafir. Rasulullah ﷺ menyebutkan posisi sesuai dengan kedudukannya, seperti saat mengirim surat kepada para pembesar Romawi.

Demikian juga terhadap isteri-isteri beliau, selalu menempatkan mereka di atas akhlak yang baik.

Mutiara Salaf

TOP LIMA HAL MENARIK DALAM SITUS INI

Situs ini merupakan ikhtiar kami untuk menyediakan alternatif bacaan yang menarik dan informatif. Tentu banyak kekurangan di sana sini, terutama karena beberapa kali pindah server dan berubahnya tampilan disesuaikan dengan perkembangan informasi dan teknologi. Silakan pilih beberapa kategori berikut...

  1. Do'a dan Dzikir

    Do’a dan Dzikir dua kata yang tidak terpisahkan dari kehidupan seorang muslim. Berdzikir kepada Allah merupakan kesibukan yang terbaik, dan cara yang paling utama bagi seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Allah yang Mahasuci dan Mahatinggi.

    Dzikir Setelah Sholat

    Dzikir setelah Sholat yang benar sesuai contoh Rasulullah ﷺ.

    Dzikir Pagi dan Petang

    Dzikir yang selayaknya dibaca setiap pagi dan petang .

    Dzikir sebelum Tidur

    Beberapa dzikir dan do’a yang diamalkan sebelum tidur.

    *) Klik pada gambar untuk membuka link.

  2. Online E-book

    Online E-book dari beberapa kitab yang masyhur di kalangan penuntut ilmu, dalam bentuk chm online. Akan tetapi hanya bisa dibaca melalui perangkat komputer. Untuk membaca menggunakan handphone belum tersedia.

    Syarhus Sunnah

    Kupas Tuntas: Islam adalah Sunnah dan Sunnah adalah Islam.

    Bulughul Maram

    Kitab yang masyhur dari Ibnu Hajar al-‘Asqalani.

    Kitab Tauhid

    Tiga jilid kitab yang dikarang oleh Dr. Shalih bin Fauzan.

    *) Klik pada gambar untuk membuka link.

  3. Salafus Shalih

    Sebaik-baik generasi umat Islam. Mereka adalah para Sahabat Nabi, Tabi’in, dan Tabi’ut Tabi’in.

    Ulama Ahlul Hadist

    Berisi Ulama Ahlussunnah dari zaman sahabat hingga sekarang.

    Fatwa Ulama

    Beberapa fatwa ulama yang dapat dijadikan rujukan.

    Biografi Ulama

    Beberapa artikel tentang biografi ulama.

    *) Klik pada gambar untuk membuka link.

  4. Penting untuk Diketahui

    Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata, “Kebutuhan manusia terhadap ilmu (syar’i) itu melebihi kebutuhannya terhadap makanan dan minuman. Hal itu karena seseorang membutuhkan makanan dan minuman hanya sekali atau dua kali (saja), adapun kebutuhannya terhadap ilmu (syar’i) itu sebanyak tarikan nafasnya.” [Madaarijus Saalikiin, 2/440]

  5. Haji dan Umrah

    Media, Artikel dan Materi yang berkaitan dengan Haji dan Umrah. InsyaAllah sangat membantu bagi saudara-saudarakuku yang baru pertama kali berkunjung

Artikel Terbaru