Tazkiyatun Nufus

Termasuk puncak tipu daya syetan dan olok-olokannya kepada orang-orang yang terkena fitnah dengan gambar-gambar (hawa nafsu) yaitu syetan itu memberikan angan-angan dan dalih kepada salah seorang dari mereka bahwa dia tidak mencintai wanita bukan mahramnya itu, atau anak kecil yang tampan tersebut kecuali karena Allah semata, tidak untuk suatu kemungkaran (zina).

Karena itu syetan memerintahkan agar dia menjalin persaudaraan dengan mereka. Padahal ini termasuk jenis mukhadanah (mengambil wanita atau pria sebagai kekasih yang ia berzina dengannya), bahkan ia termasuk mukhadanah secara rahasia, seperti para wanita yang memiliki kekasih-kekasih sebagai piaraan (yang Allah memperingatkan agar kita tidak menikah dengan mereka, dan menyebut mereka sebagai wanita-wanita yang tidak memelihara diri).

Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:

Apabila Nabi ﷺ lebih utama dibandingkan diri kita sendiri dalam perkara kecintaan berikut konsekuensinya, maka bukankah Allah jauh lebih utama untuk dicintai oleh para hamba-Nya daripada kecintaan terhadap diri mereka sendiri?

Semua hal yang Allah karuniakan kepada hamba-Nya yang Mukmin merupakan faktor pendorong untuk mencintai-Nya, baik perkara tersebut disukai maupun dibenci oleh seorang hamba. Pemberian, pencegahan, keselamatan, cobaan, keadilan, karunia, kematian, kehidupan, kasih sayang, kebaikan, rahmat, pemaafan, santunan, kesabaran-Nya atas perilaku hamba, pengabulan-Nya terhadap do’a hamba, dan pertolongan-Nya terhadap kesusahan hamba meskipun Dia tidak membutuhkan mereka, bahkan Dia Mahakaya dan tidak butuh terhadap sesuatu pun dari segala sisi. Semua ini merupakan faktor pendorong bagi hati untuk beribadah kepada-Nya dan mencintai-Nya.

Alhamdulillah atas nikmat yang Allah ﷻ karuniakan kepada kita semua berupa kesempatan menuntut ilmu dan berada dalam waktu yang utama, musim kebaikan untuk beramal yaitu awal bulan Dzulhijjah. Inilah bentuk rahmat-Nya berupa pelipatgandaan pahala amalan-amalan.

Maka, janganlah kita mencela kecuali kepada diri sendiri, karena banyaknya musim kebaikan yang kita lalui. Ada bulan haram Sya’ban, Rajab Ramadhan, dan awal Dzulhijjah.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ditanya ‘mana yang lebih utama antara 10 hari pertama Dzulhijjah dan 10 hari terakhir Ramadhan? Beliau menjawab:

أيام عشر ذي الحجة أفضل من أيام العشر من رمضان والليالي العشر الأواخر من رمضان أفضل من ليالي عشر ذي الحجة .اهـ
(الفتاوى 25/287 )

“Sepuluh siang hari awal Dzulhijjah lebih utama dari sepuluh siang hari akhir Ramadhan. Dan sepuluh malam terakhir Ramadhan lebih utama dari sepuluh malam pertama Dzulhijjah” (Majmu’ Fatawa 25/287).

Sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah adalah hari-hari terbaik dan paling agung di sisi Allah Ta’ala. Ini ditegaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bazzar dengan sanad hasan dan Abu Ya’la dengan sanad sahih, sebagaimana dikutip oleh Imam Al-Mundziri dalam At-Targhib wat-Tarhib.

Kecintaan memiliki dua pendorong : keindahan dan pengagungan, Allah ﷻ memiliki kesempurnaan mutlak pada hal tersebut. Maka, sesungguhnya Dia Maha Indah dan suka keindahan, bahkan keindahan dan keagungan datangnya dari Allah ﷻ, maka tiada yang berhak untuk dicintai karena Dzatnya selain Dia.

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an :

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِى يُحْبِبْكُمُ ٱللَّهُ

Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, (QS Ali Imran ayat 31)

Manusia, pada dasarnya diciptakan dalam keadaan zalim dan bodoh. la tidak akan bisa terlepas dari kebodohan dan kezaliman kecuali jika Allah mengajarinya apa yang bermanfaat serta memberikannya petunjuk. Siapa yang dikehendaki-Nya baik, maka Dia akan mengajarinya apa yang bermanfaat baginya, sehingga ia terbebas dari kebodohan, dan bermanfaat baginya apa yang diajarkan-Nya, dan dengan demikian, ia juga terbebas dari kezaliman.

Telah dibahas sebelumnya hakekat cinta kepada gambar dan selainnya, Jika diketahui demikian, maka setiap perbuatan dan gerakan di alam semesta ini adalah berasal dari cinta dan keinginan. Kedua hal itulah yang mengawali segala pekerjaan dan gerakan, sebagaimana benci dan ketidaksukaan yang mengawali untuk meninggalkan dan menahan diri dari sesuatu.

Segala keinginan dan niat hendaknya diawali dengan niat karena Allah ﷻ, sehingga kegiatan aktifitas kita akan dinilai sebagai ibadah. Rubahlah hal-hal yang mubah menjadi bernilai ibadah dengan niat karena Allah ﷻ. Sabda Nabi ﷺ :

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى،

Sesungguhnya setiap amalan tergantung dengan niatnya,dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. (HR. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907).

Termasuk tipu daya dan senjata syetan adalah fitnah yang ditebarkannya terhadap para pecinta gambar-gambar. Dan demi Allah, ia adalah fitnah dan ujian yang sangat besar, di mana menjadikan nafsu menghamba kepada selain Pencipta-Nya, dan membuat hati para pecintanya tertawan pada sesuatu yang rendah, ia mengobarkan peperangan antara kecintaan dengan tauhid, serta menyeru untuk berkasih sayang dengan setiap syetan yang terlaknat.

Sehingga ia menjadikan hati sebagai tawanan hawa nafsu, dan hawa nafsu itu menjadi pemimpin serta pemutus setiap perkara. Maka hati menjadi semakin berat ujiannya, semakin penuh dengan fitnah. Hawa nafsu itu menghalangi hatinya kepada petunjuk yang menuntunnya, memalingkannya dari jalan tujuannya, lalu hawa nafsu itu membawanya di pasar perbudakan, lalu menjualnya dengan harga yang sangat murah, menukarnya dengan bagian yang sangat rendah dan sedikit, yakni kamar-kamar kegilaan, yang tentu hal itu jauh dari kedekatan dengan Yang Maha Penyayang.

Maka, hati itu menjadi tentram dengan sesuatu yang rendah yang dicintainya, yang sakitnya berkali lipat daripada kenikmatannya, bahkan mendapatkannya adalah suatu sebab terbesar bagi kemadharatannya. Dan betapa dekat berubahnya kekasih itu menjadi musuh.

Dan jika mampu, yang dicintainya itu sesungguhnya ingin berlepas diri daripadanya, sehingga seakan-akan ia tidak pernah dicintai. Dan meskipun yang bersangkutan menikmatinya di dunia fana ini, tetapi ia akan mendapatinya sebagai sesuatu yang menyakitkan kelak, apatah lagi jika telah terjadi…

Awal mula kasmaran adalah anggapan baik. Hal ini bisa melalui penglihatan atau pendengaran. Sekiranya perkara ini tidak diiringi oleh hasrat untuk menjalin hubungan dan justru diiringi oleh keputusasaan, niscaya perasaan tersebut tidak akan berubah menjadi kasmaran. Apabila timbul hasrat lalu ia memalingkan pikirannya dan tidak menyibukkan hatinya dengan perkara tersebut, maka tidak akan terjadi kasmaran.

Kalau ia tetap berhasrat dan terus memikirkan kebaikan objek yang dicintainya, namun kemudian ia membandingkan antara kenikmatan hubungan dengan rasa takut terhadap perkara yang lebih besar—-rasa takut tersebut bisa terkait dengan agama, seperti takut masuk Neraka, takut kemarahan Allah, dan takut terhadap terkumpulnya dosa—lalu rasa takut ini mengalahkan hasrat dan pikirannya tadi, maka tidak akan pula terjadi kasmaran.

Jika telah diketahui demikian, maka jalan yang mengandung kemanfaatan bagi umat Islam, pengokohan terhadap agama, pembelaan kepada orang-orang yang dizalimi, pertolongan terhadap orang-orang yang lengah serta jalan yang mengandung penentangan terhadap orang-orang yang bersiasat dengan batil untuk menghancurkan kebenaran adalah jalan yang paling bermanfaat, juga termasuk ilmu, pengamalan dan pengajaran yang paling agung.

Karena itu seseorang dibolehkan menampakkan ucapan atau perbuatan yang maksudnya baik, meskipun orang-orang menyangka bahwa ia memaksudkan hal yang sebaliknya, jika di dalamnya terdapat maslahat agama. Seperti menolak kezaliman dari dirinya, orang Muslim, orang non-Muslim yang ada dalam perjanjian perlindungan, mempertahankan kebenaran, menyatakan kebatilan orang yang bersiasat dengan sesuatu yang haram, melindungi umat Islam dari orang-orang kafir atau mengambil sarana untuk melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya. Hal-hal tersebut adalah dibolehkan, dianjurkan bahkan diwajibkan.

Pada kasmaran terdapat kezhaliman dua arah yang dilakukan oleh masing-masing, pencinta dan objeknya, yaitu dengan saling menolong dalam melakukan kekejian dan kezhaliman terhadap diri sendiri. Keduanya telah menzhalimi diri sendiri dan pasangannya. Kezhaliman tersebut lalu menular kepada yang lainnya, sebagaimana telah dijelaskan. Bahkan yang lebih parah dari itu adalah kezhaliman keduanya berupa syirik. Oleh sebab itu, kasmaran mengandung semua bentuk kezhaliman.