Artikel Islam
Alhamdulillah artikel yang telah terkumpul sejak tahun 2008, dapat menjadi alternatif sarana referensi Islam dari sumber yang benar. Biidznillah...
Alhamdulillah artikel yang telah terkumpul sejak tahun 2008, dapat menjadi alternatif sarana referensi Islam dari sumber yang benar. Biidznillah...
Kumpulan video kajian dari beberapa asatidzah salaf yang layak kita ikuti dan dengarkan sebagai penambah ilmu agama kita.
Download materi e-book, media dan lainnya sebagai bahan referensi.
Mencela masa, seperti perkataan mereka:
وَمَا يُهْلِكُنَا إِلَّا الدَّهْرُ
“Tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa “. (QS. al-Jatsiyah : 24 ).
Penjelasan:
Yang menisbatkan peristiwa kejadian kepada masa adalah Atheis. Jika keburukan menimpa mereka maka mereka menisbatkan keburukan tersebut kepada masa, dan mencela masa karena hal tersebut. Yang wajib adalah menisbatkan segala sesuatu kepada Allah ﷻ. Adapun masa, hanyalah sebuah waktu yang diciptakan diantara makhluk-makhluk Allah, tidak memiliki kendali.
“Dan mereka berkata: “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa”.(QS. al-Jatsiyah : 24).
Karena ini merupakan pengingkaran terhadap akhirat dan hari kebangkitan: “kita mati dan kita hidup”, sebagian manusia mati dan sebagian yang lain hidup, mereka mengatakan : “rahim melahirkan dan bumi menelan”. Mereka juga berkata : “ini merupakan tabiat kehidupan; tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa”.
Bab tentang keutamaan menangis karena takut kepada Allah ﷻ, artinya karena takut kepada-Nya dan rindu kepada-Nya, Yang Maha Suci dan Maha Tinggi. Hal ini karena menangis memiliki sebab: terkadang takut, terkadang sakit, terkadang rindu, dan sebab-sebab lain yang diketahui manusia.
447. Dari Anas Radhiyallahu’anhu, ia bercerita: “Rasulullah ﷺ pernah memberikan khutbah yang belum pernah aku dengar sebelumnya sama sekali, yakni beliau bersabda: ‘Seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui niscaya kalian benar-benar akan sedikit tertawa dan banyak menangis.’ Maka para Sahabat beliau menutup wajah mereka sambil terisak-isak.” (Muttafaq ‘alaih)
448. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda: “Tidak akan masuk Neraka orang yang menangis karena takut kepada Allah sehingga air susu masuk kembali ke dalam payudara. Dan debu bekas perjuangan di jalan Allah itu tidak akan pernah dapat berkumpul dengan asap Neraka Jahannam.” (HR. At-Tirmidzi, dan dia mengatakan: “Hadits ini hasan shahih.”)
Petunjuk dan Rahmat adalah maqam yang agung. Dan maqam ini akan didapatkan pada seorang hamba dengan menerapkan prinsip-prinsip atau kaidah yang bermanfaat bagi hidupnya saat musibah menimpanya, yaitu:
1. Pertama, apa yang menimpa orang-orang beriman dari berbagai keburukan, ujian dan gangguan adalah tidak sama dengan apa yang menimpa orang-orang kafir. Dan memang demikianlah kenyataan yang ada. Demikian pula dengan apa yang menimpa orang-orang ahli kebaikan di dunia ini, tidak sama dengan apa yang menimpa orang-orang ahli dosa, kefasikan dan kezaliman.
2. Kedua, apa yang ditimpakan Allah terhadap orang-orang beriman akan disikapi dengan ridha dan mengharap pahala kepada-Nya, jika mereka tidak memiliki ridha, maka mereka akan sabar dan tetap mengharap pahala dari Allah. Dan hal tersebut akan meringankan beban ujian yang dipikulnya. Sebab jika mereka menyaksikan imbalan yang bakal diterimanya, maka akan terasa ringan ujian dan beban yang dipikulnya.
Al-Qardhu secara bahasa berarti al-qath’u (memotong). Sedangkan menurut syariat adalah memberikan pinjaman yaitu dengan menyerahkan uang kepada orang yang bisa memanfaatkannya, kemudian meminta pengembaliannya sebesar uang tersebut.
Misalnya, seseorang yang berkata kepada orang yang mau berbuat baik, “Tolong pinjami saya uang atau harta atau binatang dan akan saya bayar pada waktu tertentu. Jika waktu pelunasan tiba maka saya akan mengembalikannya padamu.” Orang itu lalu memberikan pinjaman.
Allah Ta’ala menciptakan setelah era para Tabi’in generasi dari para pengemban ilmu [ulama], yang mengambil ilmu dari mereka, dan melanjutkan jalan menurut teladan para guru mereka. Mereka berpegang pada hadits-hadits Rasulullah ﷺ dan mengambil hujah dari perkataan para Sahabat dan Tabi’in, karena mereka mengetahui bahwa itu baik berupa hadits yang disampaikan dari Rasulullah ﷺ yang mereka ringkas sehingga dijadikan mursal (terputus sanad), atau berupa ijtihad yang mereka keluarkan berdasarkan nash dan pendapat mereka sendiri. Mereka adalah yang terbaik dalam segala hal dibandingkan orang-orang setelah mereka, paling sering tepat [banyak benarnya], paling awal zamannya dan paling memahami ilmu, sehingga wajib diamalkan kecuali jika terjadi perbedaan dan hadits Rasulullah ﷺ bertentangan nyata dengan pendapat mereka.
Mereka berhujjah dengan takdir terhadap Allah dan bahwa mereka dibolehkan melakukan kekufuran dan kemaksiatan karena Allah telah metakdirkan mereka demikian.
Padahal Allah tidak memberikan hujjah bagi mereka, akan tetapi memberikan mereka pilihan, dan memberikan mereka kemampuan, dan memberikan mereka keinginan, serta menjelaskan kepada mereka jalan kebaikan, juga menjelaskan kepada mereka jalan keburukan, dan memberikan kepada mereka sarana-saran yang dengannya mereka bisa berbuat atau tidak berbuat, mereka tidak dipaksa sebagai mana mereka katakan. Allah juga menjelaskan bahwa Ia tidak ridha kekufuran dari hamba-Nya.
Ada tiga perkara, siapa yang mengumpulkannya, sungguh dia telah mengumpulkan keimanan: inshaf dari jiwamu, menebarkan salam kepada alam, dan berinfak bersama kefakiran. [Diriwayatkan oleh Al-Bukhâry secara Mu’allaq dan Al-Baihaqy]
Setiap nikmat yang tidak mendekatkan kepada Allah, maka hal tersebut adalah ujian/petaka. [Diriwayatkan oleh Ibnu Abid Dunyâ dalam Asy-Syukr Lillâh]
Perbanyaklah istighfar di rumah kalian, di depan hidangan kalian, di jalan, di pasar dan dalam majelis-majelis kalian dan dimana saja kalian berada! Karena kalian tidak tahu kapan turunnya ampunan!
Tidak ada satu perkara yang lebih berat atas jiwa daripada niat ikhlas, karena ia (seakan-akan –red.) tidak mendapat bagian apapun darinya.