Aqidah

Masail Jahiliyah ke 52: Mereka Meniadakan Hikmah Allah ﷻ

Semua penciptaan dibangun di atas hikmah, tidak ada sesuatupun yang Allah ciptakan melainkan dengan hikmah. Tidaklah Allah menciptakan sesuatu dengan sia-sia. Menciptakan langit ada hikmahnya, menciptakan bumi ada hikmahnya, menciptakan pepohonan ada hikmahnya, menciptakan lautan dan kehidupan ada hikmahnya, menciptakan gunung-gunung ada hikmahnya, menciptakan alam jin, manusia, hewan dan binatang semuanya Allah ciptakan dengan tujuan hikmah.

Dan tidak ada kewajiban bagi kita selaku makhluk-Nya untuk mencari hikmah dari setiap syariát yang dibebankan kepada hamba-hamba-Nya. Tugas kita hanya tunduk dan taat (sami’na wa atha’na) terhadap dzahir dari nash-nash yang ada. Adapun dalam prosesnya kita mendapatkan hikmah, walhamdulillah, tetapi menyengaja mencari hikmah sebelum melaksanakan ibadah tertentu, ini dilarang.

Masail Jahiliyah ke 52: Mereka Meniadakan Hikmah Allah ﷻ

Semua penciptaan dibangun di atas hikmah, tidak ada sesuatupun yang Allah ciptakan melainkan dengan hikmah. Tidaklah Allah menciptakan sesuatu dengan sia-sia. Menciptakan langit ada hikmahnya, menciptakan bumi ada hikmahnya, menciptakan pepohonan ada hikmahnya, menciptakan lautan dan kehidupan ada hikmahnya, menciptakan gunung-gunung ada hikmahnya, menciptakan alam jin, manusia, hewan dan binatang semuanya Allah ciptakan dengan tujuan hikmah.

Dan tidak ada kewajiban bagi kita selaku makhluk-Nya untuk mencari hikmah dari setiap syariát yang dibebankan kepada hamba-hamba-Nya. Tugas kita hanya tunduk dan taat (sami’na wa atha’na) terhadap dzahir dari nash-nash yang ada. Adapun dalam prosesnya kita mendapatkan hikmah, walhamdulillah, tetapi menyengaja mencari hikmah sebelum melaksanakan ibadah tertentu, ini dilarang.

Masalah Ke–50: Penentangan Mereka Terhadap Kitab-kitab yang Diturunkan Kepada Para Rasul

Perkataan mereka: “Allah tidak menurunkan sesuatupun kepada manusia”. (QS. al-An’am : 91 ).

Masalah Ke – 51: Mereka Menyifati Al-Qur’an Sebagai Ucapan Manusia

Perkataan mereka dalam al-Qur’an: “ini tidak lain hanyalah perkataan manusia”. (QS. al-Muddatsir : 25 ).

Masalah Ke – 48/49/50: Mereka Mengingkari Ayat-ayat Allah ﷻ Secara Menyeluruh / Pengingkaran Mereka Terhadap Sebagian Ayat-ayat Allah ﷻ

Diantara perkara Jahiliyah yaitu kufur terhadap ayat-ayat Allah yang diturunkan kepada Rasul-Nya dalam Taurat, Injil, Zabur, dan al-Qur’an, serta kitab-kitab lainnya yang diturunkan. Allah telah mengancam siapa yang melakukan kekufuran tersebut. Kaum Jahiliyah bermacam-macam dalam mendustakan ayat-ayat Allah ﷻ; ada yang mendustakan ayat Allah secara keseluruhan dan tidak beriman dengan satu kitab pun dari kitab-kitab Allah, sebagaimana kaum musyrikin yang tidak beriman kepada para Nabi secara khusus maupun umum, dan otomatis mereka pun pasti tidak beriman dengan kitab-kitab yang diturunkan Allah ﷻ.

Mencela masa, seperti perkataan mereka:

وَمَا يُهْلِكُنَا إِلَّا الدَّهْرُ

“Tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa “. (QS. al-Jatsiyah : 24 ).

Penjelasan:

Yang menisbatkan peristiwa kejadian kepada masa adalah Atheis. Jika keburukan menimpa mereka maka mereka menisbatkan keburukan tersebut kepada masa, dan mencela masa karena hal tersebut. Yang wajib adalah menisbatkan segala sesuatu kepada Allah ﷻ. Adapun masa, hanyalah sebuah waktu yang diciptakan diantara makhluk-makhluk Allah, tidak memiliki kendali.

“Dan mereka berkata: “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa”.(QS. al-Jatsiyah : 24).

Karena ini merupakan pengingkaran terhadap akhirat dan hari kebangkitan: “kita mati dan kita hidup”, sebagian manusia mati dan sebagian yang lain hidup, mereka mengatakan : “rahim melahirkan dan bumi menelan”. Mereka juga berkata : “ini merupakan tabiat kehidupan; tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa”.

Mereka berhujjah dengan takdir terhadap Allah dan bahwa mereka dibolehkan melakukan kekufuran dan kemaksiatan karena Allah telah metakdirkan mereka demikian.

Padahal Allah tidak memberikan hujjah bagi mereka, akan tetapi memberikan mereka pilihan, dan memberikan mereka kemampuan, dan memberikan mereka keinginan, serta menjelaskan kepada mereka jalan kebaikan, juga menjelaskan kepada mereka jalan keburukan, dan memberikan kepada mereka sarana-saran yang dengannya mereka bisa berbuat atau tidak berbuat, mereka tidak dipaksa sebagai mana mereka katakan. Allah juga menjelaskan bahwa Ia tidak ridha kekufuran dari hamba-Nya.

Ghaib [الغيب ] secara bahasa dari kata ghaba – yaghiibu [غاب – يغيب] yang
artinya tidak kelihatan.

Ar-Raghib al-Asfahani menyebutkan, Kata al-ghaib adalah kata dasar (bentuk masdar) dari kata ghabat [غَابَتِ] yang artinya tidak kelihatan. Ada ungkapan [ُغَابَتِ الشّمس] artinya matahari tenggelam, sehingga tidak kelihatan mata… kata ini digunakan untuk menyebut semua yang tidak bisa ditangkap indra. Dan semua yang tidak bisa dijangkau oleh ilmu manusia disebut ghaib. (al-Mufradat fi Gharib al-Quran, hlm. 616).

Lawan kata dari kata ghaib adalah hadir. Orang yang ada di tempat disebut :
hadir.

Berikut beberapa catatan yang perlu kita ketahui berkenaan dengan hal-hal ghaib:

Pembahasan masalah akidah dalam do’a dan Dzikir adalah turunan dari rukun iman. Dan ini didasarkan pada hadits Jibril yang mengajarkan prinsip dasar Islam:

Rukun iman: Mewakili amal batin.
Rukun islam: Mewakili amal lahir.
Ihsan: menjelaskan tentang teknis beramal baik lahir maupun batin.
Hari kiamat, merupakan konsekuensi amalan hamba yang kelak akan dipertanggungjawabkan di sisi Allah ﷻ.

Maka, masalah tauhid ada di bahasan masalah Iman. Dan Tauhid ada di kajian Iman kepada Allah ﷻ. Yang berbicara masalah hak Allah ﷻ yaitu tauhid yang merupakan kewajiban hamba kepadaNya. Seperti halnya yang Allah ﷻ perintahkan :

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. [QS. Adz-Dzariyat:56]

Pembahasan masalah keimanan dengan hal-hal ghaib harus bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah yang shahih, tidak ada celah bagi akal untuk dijadikan sebagai hujjah. Mengingkari Takdir termasuk dalam kekufuran.

Takdir adalah ketetapan dan ketentuan Allah ﷻ. Ada Qadha dan Qadar, yang keduanya memiliki makna yang sama, meskipun ulama berbeda pendapat.

Qadar yaitu ilmu Allah terhadap segala sesuatu dan ketetapan-Nya terhadapnya sebelum terjadi, dan tulisan-Nya di Lauhul Mahfuzh, kemudian penciptaan-Nya terhadapnya. Iman kepada Qadar merupakan salah satu rukun iman yang enam.