Tag Archives: penyakit isyk

Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:

Apabila Nabi ﷺ lebih utama dibandingkan diri kita sendiri dalam perkara kecintaan berikut konsekuensinya, maka bukankah Allah jauh lebih utama untuk dicintai oleh para hamba-Nya daripada kecintaan terhadap diri mereka sendiri?

Semua hal yang Allah karuniakan kepada hamba-Nya yang Mukmin merupakan faktor pendorong untuk mencintai-Nya, baik perkara tersebut disukai maupun dibenci oleh seorang hamba. Pemberian, pencegahan, keselamatan, cobaan, keadilan, karunia, kematian, kehidupan, kasih sayang, kebaikan, rahmat, pemaafan, santunan, kesabaran-Nya atas perilaku hamba, pengabulan-Nya terhadap do’a hamba, dan pertolongan-Nya terhadap kesusahan hamba meskipun Dia tidak membutuhkan mereka, bahkan Dia Mahakaya dan tidak butuh terhadap sesuatu pun dari segala sisi. Semua ini merupakan faktor pendorong bagi hati untuk beribadah kepada-Nya dan mencintai-Nya.

Berbicara tentang masalah ini harus dengan membedakan antara yang haram dan yang halal, serta yang bermanfaat dan yang membahayakan. Secara keseluruhan, hal ini tidak dapat dihukumi dengan celaan dan pengingkaran atau pujian dan penerimaan. Hukum dan perkaranya dijelaskan berdasarkan kasusnya karena kasmaran dari segi dzatnya tidaklah tercela atau terpuji. Berikut ini akan kami jelaskan tentang cinta yang bermanfaat dan yang membahayakan, serta yang dibolehkan dan yang diharamkan.

Ketahuilah bahwa cinta yang paling bermanfaat, paling wajib, paling tinggi, paling mulia, dan paling agung secara mutlak adalah mencintai Dzat yang hati itu memang dijadikan untuk mencintai-Nya dan fitrah makhluk itu diciptakan untuk menyembah-Nya. Dengan cinta inilah langit dan bumi dapat tegak. Di atas cinta tersebut pula para makhluk diciptakan.

Cinta ini merupakan rahasia kalimat syahadat Laa ilaaha illallah (tidak ada ilah yang berhak diibadahi selain Allah). Yang dimaksud dengan ilah adalah yang disembah oleh hati dengan cinta, pengagungan, penghinaan diri, ketundukan, dan penyembahan. Ibadah itu tidak dianggap benar melainkan hanya ditujukan kepada-Nya. Ibadah adalah kesempurnaan cinta yang dibarengi dengan kesempurnaan ketundukan dan penghinaan diri. Oleh karena itulah, syirik dalam ibadah merupakan kezhaliman terbesar yang tidak akan diampuni oleh Allah ﷻ.

Awal mula kasmaran adalah anggapan baik. Hal ini bisa melalui penglihatan atau pendengaran. Sekiranya perkara ini tidak diiringi oleh hasrat untuk menjalin hubungan dan justru diiringi oleh keputusasaan, niscaya perasaan tersebut tidak akan berubah menjadi kasmaran. Apabila timbul hasrat lalu ia memalingkan pikirannya dan tidak menyibukkan hatinya dengan perkara tersebut, maka tidak akan terjadi kasmaran.

Kalau ia tetap berhasrat dan terus memikirkan kebaikan objek yang dicintainya, namun kemudian ia membandingkan antara kenikmatan hubungan dengan rasa takut terhadap perkara yang lebih besar—-rasa takut tersebut bisa terkait dengan agama, seperti takut masuk Neraka, takut kemarahan Allah, dan takut terhadap terkumpulnya dosa—lalu rasa takut ini mengalahkan hasrat dan pikirannya tadi, maka tidak akan pula terjadi kasmaran.

Pada kasmaran terdapat kezhaliman dua arah yang dilakukan oleh masing-masing, pencinta dan objeknya, yaitu dengan saling menolong dalam melakukan kekejian dan kezhaliman terhadap diri sendiri. Keduanya telah menzhalimi diri sendiri dan pasangannya. Kezhaliman tersebut lalu menular kepada yang lainnya, sebagaimana telah dijelaskan. Bahkan yang lebih parah dari itu adalah kezhaliman keduanya berupa syirik. Oleh sebab itu, kasmaran mengandung semua bentuk kezhaliman.

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ Kajian Senin – Kitab Ad Daa’ wa Ad Dawaa’ Karya: Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah Rahimahullah Syarh oleh: Syeikh Dr. Abdurrazzaq Al-Badr Hafidzahullah Bersama: Ustadz Abu Hazim Syamsuril Wa’di, SH, M.Pd, Ph.D Hafidzahullah Al Khor, 23 Syawal 1446 / 21 April 2025. Bab – Mabuk Asmara (Al-‘Isyq) Tingkatan Orang yang Kasmaran dan Efek […]

Kisah ini mengajarkan pentingnya menjaga keadilan dan tidak mudah percaya begitu saja terhadap fitnah atau gosip.

Kisah ini juga menunjukkan betapa pentingnya menjaga kebersihan hati dan pikiran, serta tidak mudah menyerah dalam menghadapi cobaan.

Kisah ini merupakan contoh tersebarnya fitnah Isyk jika seseorang menceritakan tentang aibnya kepada orang lain, dimana hal ini akan menyebar tak terkendali.