Tag Archives: Riyadhus Shalihin

Mukadimah

๐Ÿ“– Allah ๏ทป berfirman dalam Al-Qurโ€™an Surat Al-Ahzab ayat 58:

ูˆูŽุงู„ู‘ูŽุฐููŠู’ู†ูŽ ูŠูุคู’ุฐููˆู’ู†ูŽ ุงู„ู’ู…ูุคู’ู…ูู†ููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุงู„ู’ู…ูุคู’ู…ูู†ูฐุชู ุจูุบูŽูŠู’ุฑู ู…ูŽุง ุงูƒู’ุชูŽุณูŽุจููˆู’ุง ููŽู‚ูŽุฏู ุงุญู’ุชูŽู…ูŽู„ููˆู’ุง ุจูู‡ู’ุชูŽุงู†ู‹ุง ูˆู‘ูŽุงูุซู’ู…ู‹ุง ู…ู‘ูุจููŠู’ู†ู‹ุง เฃ–

Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, tanpa ada kesalahan yang mereka perbuat, maka sungguh, mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.

Dan orang-orang yang menyakiti kaum mukminin dan mukminat dengan ucapan maupun perbuatan tanpa adanya dosa yang mereka lakukan seperti perbuatan jahat yang mengharuskan untuk disakiti, maka sesungguhnya mereka telah melakukan kedustaan dan dosa yang jelas.

Menyakiti di sini secara umum dengan cara apapun baik itu dengan perkataan maupun perbuatan. Seperti cacian, celaan maupun pukulan dan semuanya hukumnya haram.

Tetapi, jika menyakiti karena perbuatan yang mereka lakukan seperti memotong tangan karena mencuri, rajam atau cambuk bagi pezina, maka hal ini tidak termasuk dalam larangan ini.

Imam Ibnu Katsir ๐“ก๐“ช๐“ฑ๐“ฒ๐“ถ๐“ช๐“ฑ๐“พ๐“ต๐“ต๐“ช๐“ฑ dalam menafsirkan ayat ini menjelaskan dengan memberi contoh perbuatan ghibah. Sebagaimana hadits Abu Hurairah radhiyallahuโ€™anhu.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu โ€˜anhu, Rasulullah shallallahu โ€˜alaihi wa sallam bersabda, โ€œTahukah engkau apa itu ghibah?โ€ Mereka menjawab, โ€œAllah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.โ€ Ia berkata, โ€œEngkau menyebutkan kejelekan saudaramu yang ia tidak suka untuk didengarkan orang lain.โ€ Beliau ditanya, โ€œBagaimana jika yang disebutkan sesuai kenyataan?โ€ Jawab Nabi shallallahu โ€˜alaihi wa sallam, โ€œJika sesuai kenyataan berarti engkau telah mengghibahnya. Jika tidak sesuai, berarti engkau telah memfitnahnya.โ€ (HR. Muslim no. 2589).

Hadits ke-3:

Dari Aisyah radhiallahu ‘anha bahwasanya Rasulullah ๏ทบ mengirimkan seorang untuk memimpin sepasukan tentara ke medan peperangan. Orang itu suka benar membaca untuk kawan-kawannya dalam shalat mereka dengan Qulhu wallahu ahad -surat Al-Ikhlash- sebagai penghabisan bacaannya. Setelah mereka kembali, hal itu mereka sampaikan kepada Rasulullah ๏ทบ , lalu beliau bersabda: “Coba tanyakanlah pada orang itu, mengapa melakukan yang semacam itu?” Mereka sama bertanya padanya, kemudian orang itu menjawab: “Sebab itu adalah sifatnya Allah yang Maha Penyayang, maka dari itu saya senang sekali membacanya.” Maka bersabdalah Rasulullah ๏ทบ. -setelah diberitahu jawaban orang itu-: “Beritahukanlah padanya bahwasanya Allah Ta’ala mencintainya.” (Muttafaq ‘alaih)

Kata ุณูŽุฑูŠู‘ูŽุฉู bermakna peperangan yang tidak diikuti Rasulullah ๏ทบ di dalamnya (sekelompok kecil tentara). Jadi Nabi ๏ทบ hanya mengutus utusannya saja. Dalam sebuah riwayat utusan itu bernama Kultsum, meskipun ada riwayat dengan nama lain.

Dinamakan ุณูŽุฑูŠู‘ูŽุฉู karena diutus diam-diam, dan jumlahnya di atas seratus. Jika kurang dari seratus namanya ู‹ุจุนุซ.

Jika jumlahnya sekitar 800 dinamakan ุฌูŠุด (Jaisy) atau Tentara. Jika 4000 orang dinamakan Jundun (ุฌู†ุฏู†)

Di dalam hadits ini dia yang mengimami mereka yang selalu ditutup dengan Surat al-ikhlas. Yaitu menutup bacaan ayatnya dengan ู‚ู„ ู‡ูˆ ุงู„ู„ู‡ ุฃุญุฏ.

Inilah sunnah Rasulullah ๏ทบ, yang menjadi imam adalah sang pemimpin atau penguasa wilayah, termasuk di rumah, meskipun sedikit hafalannya.

Dari Abu Hurairah ๐“ก๐“ช๐“ญ๐“ฑ๐“ฒ๐”‚๐“ช๐“ต๐“ต๐“ช๐“ฑ๐“พโ€™๐“ช๐“ท๐“ฑ๐“พ pula dari Nabi ๏ทบ, sabdanya: “Jikalau Allah Ta’ala itu mencintai seorang hamba, maka Dia memanggil Jibril untuk memberitahukan bahwa Allah mencintai si Fulan, maka cintailah olehmu -hai Jibril- si Fulan itu. Jibril lalu mencintainya, kemudian ia mengundang kepada seluruh penghuni langit memberitahukan bahwa Allah mencintai si Fulan, maka cintailah olehmu semua -hai penghuni-penghuni langit- si Fulan itu. Para penghuni langitpun lalu mencintainya. Setelah itu diletakkanlah penerimaan baginya -yang dimaksudkan ialah kecintaan padanya- di kalangan penghuni bumi.” (Muttafaq ‘alaih)

Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan: Rasulullah ๏ทบ bersabda: “Sesungguhnya Allah Ta’ala apabila mencintai seorang hamba, lalu memanggil Jibril kemudian berfirman: “Sesungguhnya Saya mencintai si Fulan, maka cintailah ia.” Jibril lalu mencintainya. Seterusnya Jibril memanggil pada seluruh penghuni langit lalu berkata: “Sesungguhnya Allah mencintai si Fulan, maka cintailah olehmu semua si Fulan itu.” Orang itupun lalu dicintai oleh para penghuni langit. Selanjutnya diletakkanlah penerimaan -kecintaan- itu baginya dalam hati para penghuni bumi. Dan jikalau Allah membenci seorang hamba, maka dipanggillah Jibril lalu berfirman: “Sesungguhnya Saya membenci si Fulan itu, maka bencilah engkau padanya.” Jibril lalu membencinya, kemudian ia memanggil semua penghuni langit sambil berkata: “Sesungguhnya Allah membenci si Fulan, maka bencilah engkau semua padanya.” Selanjutnya diletakkanlah rasa kebencian itu dalam hati para penghuni bumi.”

Bab 47. Tanda-tanda Kecintaan Allah Kepada Seorang Hamba dan Anjuran untuk Berakhlak Dengannya serta Berusaha untuk Mendapatkannya.

๐Ÿ“– Hadits 1:

385. Dari Abu Hurairah radhiyallahuโ€™anhu , katanya: “Rasulullah ๏ทบ bersabda: “Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman -dalam hadis Qudsi: “Barangsiapa yang memusuhi waliku (kekasihKu), maka Aku memberitahukan padanya bahwa ia akan Kuperangi -Kumusuhi. Tidaklah seorang hambaKu itu mendekat padaKu dengan sesuatu yang amat Kucintai lebih daripada apabila ia melakukan apa-apa yang telah Kuwajibkan padanya. Tidaklah seorang hambaKu itu mendekat padaKu dengan melakukan hal-hal yang sunnah, sehingga akhirnya Aku mencintainya. Apabila Aku telah mencintainya, maka Akulah telinganya yang ia pakai untuk mendengarkan, Akulah matanya yang ia pakai untuk melihat, Akulah tangannya yang ia pakai untuk mengambil dan Aku pulalah kakinya yang ia pakai untuk berjalan. Jikalau ia meminta sesuatu padaKu, pasti Kuberi dan jikalau ia mohon perlindungan padaKu, pasti Kulindungi.” (Riwayat Imam Bukhari)

Hadits ini adalah hadits Qudsi yakni hadits yang disampaikan Nabi ๏ทบ yang menyatakan firman-firman Allah selain yang tercantum dalam al-Quran.

Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah dalam Kitabnya Madarijus Salikin berkata: kecintaan kepada Allah ๏ทป bagi para wali-Nya, nabi-nabiNya dan rasul-rasulNya adalah sifat tambahan dari kasih sayangNya, kebaikan-kebaikanNya dan juga pemberian-pemberianNya. Ini adalah dampak atau efek dari kecintaan tersebut. Maka tatkala Allah ๏ทป mencinta mereka, mereka akan memperoleh rahmat-Nya, cintaNya dengan sempurna.

๐Ÿ“– Allah ๏ทป berfirman dalam Al-Qurโ€™an:

ู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰: {ู‚ูู„ู’ ุฅูู†ู’ ูƒูู†ู’ุชูู…ู’ ุชูุญูุจู‘ููˆู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ูŽ ููŽุงุชู‘ูŽุจูุนููˆู†ููŠ ูŠูุญู’ุจูุจู’ูƒูู…ู ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽูŠูŽุบู’ููุฑู’ ู„ูŽูƒูู…ู’ ุฐูู†ููˆุจูŽูƒูู…ู’ ูˆูŽุงู„ู„ู‡ู ุบูŽูููˆุฑูŒ ุฑูŽุญููŠู…ูŒ} [ุขู„ ุนู…ุฑุงู†: 31]ุŒ

Allah Ta’ala berfirman: “Katakanlah -wahai Muhammad-, jikalau engkau semua mencintai Allah, maka ikutilah saya, tentu engkau semua dicintai oleh Allah, serta Allah mengampuni dosamu semua dan Allah itu adalah Maha Pengampun lagi Penyayang.” (Ali-Imran: 31)

Ayat ini dinamakan ayat ujian, karena hati itu ketika mengaku cinta kepada Allรขh, maka Allah ๏ทป menurunkan ayat ini sebagai ujian. Untuk membedakan mana yang jujur dan yang mengaku saja.

Jika dia mengikuti Nabi ๏ทบ maka menunjukkan kebenaran yang ada padanya. Kalau seseorang mencintai Allah ๏ทป maka Allah ๏ทป akan mencintainya. Inilah buah yang sangat besar, jika kita mencintai Nabi-Nya maka Allah ๏ทป akan mencintai kita.

Pada ayat ini ada isyarat tentang cinta, buahnya dan faedahnya. Maka bukti dan cinta itu adalah ittiba kepada Nabi ๏ทบ. Faedahnya adalah cinta Allah ๏ทป pada kalian. Maka seseorang yang ingin menunjukkan cintanya kepada Allah ๏ทป, dia harus mencintai Rasulullah ๏ทบ, konsekuensinya Allah ๏ทป akan mencintainya.

Hadits 11:

ูˆุนู† ุฃู†ุณ – ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡: ุฃู†ู‘ูŽ ุฑูŽุฌูู„ู‹ุง ูƒูŽุงู†ูŽ ุนูู†ู’ุฏูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุจูŠู‘ูุŒ – ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… – ููŽู…ูŽุฑู‘ูŽ ุฑูŽุฌูู„ูŒ ุจูู‡ูุŒ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ: ูŠูŽุง ุฑูŽุณููˆู„ ุงู„ู„ู‡ุŒ ุฃู†ู‘ููŠ ู„ุฃูุญูุจู‘ู ู‡ูŽุฐูŽุงุŒ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ู„ูŽู‡ู ุงู„ู†ู‘ูŽุจูŠู‘ – ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…: ยซุฃุฃุนู’ู„ูŽู…ู’ุชูŽู‡ูุŸยป ู‚ูŽุงู„ูŽ: ู„ุงูŽ. ู‚ูŽุงู„ูŽ: ยซุฃูŽุนู’ู„ูู…ู’ู‡ูยปุŒ ููŽู„ูŽุญูู‚ูŽู‡ูุŒ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ: ุฅู†ู‘ููŠ ุฃูุญูุจู‘ููƒูŽ ููŠ ุงู„ู„ู‡ุŒ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ: ุฃูŽุญูŽุจู‘ูŽูƒูŽ ุงู„ู‘ูŽุฐููŠ ุฃูŽุญู’ุจูŽุจู’ุชูŽู†ููŠ ู„ูŽู‡ู. ุฑูˆุงู‡ ุฃูŽุจููˆ ุฏุงูˆุฏ ุจุฅุณู†ุงุฏ ุตุญูŠุญ

385. Dari Anas ๐“ก๐“ช๐“ญ๐“ฑ๐“ฒ๐”‚๐“ช๐“ต๐“ต๐“ช๐“ฑ๐“พโ€™๐“ช๐“ท๐“ฑ๐“พ bahwasanya ada seorang lelaki yang berada di sisi Nabi ๏ทบ, lalu ada seorang lelaki lain berjalan melaluinya, lalu orang yang di dekat beliau berkata: “Ya Rasulullah, sesungguhnya saya mencintai orang ini.” Nabi ๏ทบ bertanya: “Adakah engkau sudah memberitahukan padanya tentang itu?” Ia menjawab: “Tidak -belum saya beritahukan.” Nabi ๏ทบ bersabda: “Beritahukanlah padanya.” Orang yang bersama beliau lalu menyusul orang yang melaluinya tadi, lalu berkata: “Sesungguhnya saya mencintaimu.” Orang itu lalu menjawab: “Engkau juga dicintai oleh Allah yang karena Allah itulah engkau mencintai aku.”

Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih.

Hadits ini mengandung perintah agar memberitahukan bahwa seseorang mencintainya karena Allah ๏ทป.

๐Ÿ“– Hadits 9:

ูˆุนู† ุฃูŽุจูŠ ูƒูŽุฑููŠู…ูŽุฉูŽ ุงู„ู…ู‚ุฏุงุฏ ุจู† ู…ุนุฏ ูŠูƒุฑุจ – ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ – ุนู† ุงู„ู†ู‘ูŽุจูŠู‘ – ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… – ู‚ูŽุงู„ูŽ: ยซุฅูุฐูŽุง ุฃูŽุญูŽุจู‘ูŽ ุงู„ุฑู‘ูŽุฌูู„ู ุฃูŽุฎูŽุงู‡ูุŒ ููŽู„ูŠูุฎู’ุจูุฑู’ู‡ู ุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ูŠูุญูุจู‘ูู‡ูยป. ุฑูˆุงู‡ ุฃูŽุจููˆ ุฏุงูˆุฏ ูˆุงู„ุชุฑู…ุฐูŠุŒ ูˆูŽู‚ุงู„ูŽ: ยซุญุฏูŠุซ ุตุญูŠุญยป.

382. Dari Abu Karimah yaitu al-Miqdad -di sebagian naskah disebut al-Miqdam- bin Ma’dikariba ๐“ก๐“ช๐“ญ๐“ฑ๐“ฒ๐”‚๐“ช๐“ต๐“ต๐“ช๐“ฑ๐“พโ€™๐“ช๐“ท๐“ฑ๐“พ dari Nabi ๏ทบ, sabdanya: “Jikalau seorang itu mencintai saudaranya, maka hendaklah memberitahukan pada saudaranya itu bahwa ia mencintainya.”

Hadits ini shahih, diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad (542), Abu Dawud (5124), at-Tirmidzi (2592 -Tuhfah).

๐Ÿ“– Hadits 10:

ูˆุนู† ู…ุนุงุฐ – ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡: ุฃู† ุฑูŽุณููˆู„ ุงู„ู„ู‡ – ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… – ุฃุฎุฐ ุจูŠุฏู‡ูุŒ ูˆูŽู‚ุงู„ูŽ: ยซูŠูŽุง ู…ูุนูŽุงุฐูุŒ ูˆูŽุงู„ู„ู‡ูุŒ ุฅู†ู‘ููŠ ู„ุฃูุญูุจู‘ููƒูŽุŒ ุซูู…ู‘ูŽ ุฃููˆุตููŠูƒูŽ ูŠูŽุง ู…ูุนูŽุงุฐูุŒ ู„ุงูŽ ุชูŽุฏูŽุนูŽู†ู‘ูŽ ููŠ ุฏูุจูุฑู ูƒูู„ู‘ู ุตูŽู„ุงูŽุฉู ุชูŽู‚ููˆู„ู: ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูู…ู‘ูŽ ุฃูŽุนูู†ู‘ููŠ ุนูŽู„ูŽู‰ ุฐููƒู’ุฑููƒูŽุŒ ูˆูŽุดููƒู’ุฑููƒูŽุŒ ูˆูŽุญูุณู’ู†ู ุนูุจูŽุงุฏูŽุชููƒูŽยป. ุญุฏูŠุซ ุตุญูŠุญุŒ ุฑูˆุงู‡ ุฃูŽุจููˆ ุฏุงูˆุฏ ูˆุงู„ู†ุณุงุฆูŠ ุจุฅุณู†ุงุฏ ุตุญูŠุญ.

383. Dari Mu’az ๐“ก๐“ช๐“ญ๐“ฑ๐“ฒ๐”‚๐“ช๐“ต๐“ต๐“ช๐“ฑ๐“พโ€™๐“ช๐“ท๐“ฑ๐“พ bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengambil tangannya dan bersabda: “Hai Mu’az, demi Allah, sesungguhnya saya ini mencintaimu. Kemudian saya hendak berwasiat padamu hai Mu’az, yaitu: Janganlah setiap selesai shalat meninggalkan bacaan -yang artinya: Ya Allah, berilah saya pertolongan untuk tetap mengingatMu serta bersyukur padaMu, juga berilah saya pertolongan untuk beribadah yang sebaik-baiknya padaMu.”

Hadits shahih, diriwayatkan oleh Abu Dawud dan an-Nasaa’i dengan sanadnya yang shahih.

๐Ÿ“’ Pengesahan Hadits:

Hadits shahih, diriwayatkan oleh Abu Dawud (1522), an-Nasaa’i (III/53), dan lainnya melalu jalan Haiwah bin Syuraih, aku pernah mendengar Uqbah bin Muslim at-Tujibi, dia mengatakan, Abu Abdirrahman al-Hubuli memberitahuku dari ash-Shunabihi.

Penulis katakan: โ€œSanad hadits ini shahih dan para rijalnya pun tsiqah.โ€

Dan hadits ini mempunyat dua syahid (penguat) dari Abdullah bin Mas’ud dan Abu Hurairah Radhiyallahuโ€™anhum.

Dari Abu Idris al-Khawlani rahimahullah, katanya: “Saya memasuki masjid Damsyik, tiba-tiba di situ ada seorang pemuda yang bercahaya giginya -yakni suka sekali tersenyum- dan sekalian manusia besertanya. Jikalau orang-orang itu berselisih mengenai sesuatu hal, mereka lalu menyerahkan persoalan itu kepadanya dan mereka mengeluarkan uraian dari pendapatnya, kemudian saya bertanya mengenai dirinya, lalu menerima jawaban: “Ini adalah Mu’az bin Jabal. Setelah hari esoknya, saya datang pagi-pagi sekali, lalu saya dapati Mu’az sudah mendahului saya datang paginya. Ia saya temui sedang bershalat. Kemudian saya menantikannya sehingga ia menyelesaikan shalatnya. Seterusnya sayapun mendatanginya dari arah mukanya, lalu saya mengucapkan salam padanya, kemudian saya berkata: “Demi Allah, sesungguhnya saya ini mencintaimu karena Allah.” Ia berkata: “Karena Allahkah?” Saya menjawab: “Ya, karena Allah.” Ia berkata: “Karena Allah?” Saya menjawab: “Ya, karena Allah.” Mu’az lalu mengambil belitan selendangku, kemudian menarik tubuhku kepadanya, terus berkata: “Bergembiralah engkau, karena sesungguhnya saya pernah mendengar Rasulullah ๏ทบ bersabda: “Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman -dalam hadis Qudsi: “Wajiblah kecintaanKu itu kepada orang-orang yang saling cinta mencintai karena Aku, saling duduk-duduk bersama karena Aku, saling ziarah menziarahi karena Aku dan saling hadiah menghadiahi karena Aku.”

Hadis shahih yang diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Al-Muwaththa’ dengan isnadnya yang shahih. Hajartu artinya berpagi-pagi sekali mendatangi, ini adalah dengan syaddahnya jim. Aallahi, faqultu: Allah. Yang pertama dengan hamzah mamdudah untuk istifham -pertanyaan-, sedang yang kedua tanpa mad.

381. Dari Mu’az Radhiyallahuโ€™anhu, katanya: “Saya mendengar Rasulullah ๏ทบ bersabda: “Allah ‘Azzawajalla berfirman: “Orang-orang yang saling cinta-mencintai karena keagunganKu, maka mereka itu akan memiliki mimbar-mimbar dari cahaya yang diinginkan pula oleh para nabi dan para syahid -mati dalam peperangan untuk membela agama Allah-.” Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadis hasan shahih.

๐Ÿ“ Syarah Hadits:

Hadits ini menjelaskan tentang keinginan para nabi dan syuhada terhadap Orang-orang yang saling cinta-mencintai karena Allรขh ๏ทป. Dimana mereka akan memiliki mimbar-mimbar dari cahaya.

Inilah sifat hasad yang diperbolehkan, dinamakan ghibthah. Ingin agar semisal dengan orang lain, namun tidak menginginkan nikmat orang lain hilang.

Dari โ€˜Abdullah bin Masโ€™ud radhiyallahu โ€˜anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu โ€˜alaihi wa sallam bersabda,

ู„ุงูŽ ุญูŽุณูŽุฏูŽ ุฅูู„ุงู‘ูŽ ููู‰ ุงุซู’ู†ูŽุชูŽูŠู’ู†ู ุฑูŽุฌูู„ูŒ ุขุชูŽุงู‡ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ู…ูŽุงู„ุงู‹ ููŽุณูู„ู‘ูุทูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ู‡ูŽู„ูŽูƒูŽุชูู‡ู ููู‰ ุงู„ู’ุญูŽู‚ู‘ู ุŒ ูˆูŽุฑูŽุฌูู„ูŒ ุขุชูŽุงู‡ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุงู„ู’ุญููƒู’ู…ูŽุฉูŽ ุŒ ููŽู‡ู’ูˆูŽ ูŠูŽู‚ู’ุถูู‰ ุจูู‡ูŽุง ูˆูŽูŠูุนูŽู„ู‘ูู…ูู‡ูŽุง

โ€œTidak boleh hasad (ghibtoh) kecuali pada dua orang, yaitu orang yang Allah anugerahkan padanya harta lalu ia infakkan pada jalan kebaikan dan orang yang Allah beri karunia ilmu (Al Qurโ€™an dan As Sunnah), ia menunaikan dan mengajarkannya.โ€ [HR. Bukhari no. 73 dan Muslim no. 816].

Sifat hasad yang buruk kelak akan dihilangkan dari penduduk surga dan akan ditambah pada penduduk neraka.

Allah ๏ทป berfirman dalam Al-Qur’an:

โ€œ(Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa di hadapan mereka; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali. (166)

Dari Albara’ bin ‘Azib radhiallahu’anhuma dari Nabi ๏ทบ bahwasanya beliau bersabda mengenai golongan sahabat Anshar: “Tidak mencintai kaum Anshar itu melainkan orang mu’min dan tidak membenci mereka itu melainkan orang munafik; barangsiapa yang mencintai mereka, maka ia dicintai oleh Allah dan barangsiapa membenci mereka, maka mereka dibenci oleh Allah.” (Muttafaq ‘alaih).

๐Ÿ“ Syarah Hadits:

Hadits di atas amat jelas telah mewajibkan kita untuk mencintai semua sahabat Rasulullah Shallallahu โ€˜alaihi wa sallam , baik sahabat dari kalangan Muhajirin maupun Anshar.

Asal-usul kaum Anshar

Istilah kaum โ€˜Ansharโ€™ hanya melekat pada dua suku, Aus dan Khazraj yang tinggal menetap di Madinah. Sebelumnya, mereka dikenal dengan Bani Qailah. Qailah adalah ibu yang menyatukan mereka. Kemudian Rasulullah shallallahu โ€˜alaih wasallam menamakan mereka dengan sebutan Anshar sebagaimana tertuang dalam hadits di atas (dan hadits lainnya) dan selanjutnya menjadi simbol nama yang melekat erat pada mereka.