Tag Archives: Kasmaran

Berbicara tentang masalah ini harus dengan membedakan antara yang haram dan yang halal, serta yang bermanfaat dan yang membahayakan. Secara keseluruhan, hal ini tidak dapat dihukumi dengan celaan dan pengingkaran atau pujian dan penerimaan. Hukum dan perkaranya dijelaskan berdasarkan kasusnya karena kasmaran dari segi dzatnya tidaklah tercela atau terpuji. Berikut ini akan kami jelaskan tentang cinta yang bermanfaat dan yang membahayakan, serta yang dibolehkan dan yang diharamkan.

Ketahuilah bahwa cinta yang paling bermanfaat, paling wajib, paling tinggi, paling mulia, dan paling agung secara mutlak adalah mencintai Dzat yang hati itu memang dijadikan untuk mencintai-Nya dan fitrah makhluk itu diciptakan untuk menyembah-Nya. Dengan cinta inilah langit dan bumi dapat tegak. Di atas cinta tersebut pula para makhluk diciptakan.

Cinta ini merupakan rahasia kalimat syahadat Laa ilaaha illallah (tidak ada ilah yang berhak diibadahi selain Allah). Yang dimaksud dengan ilah adalah yang disembah oleh hati dengan cinta, pengagungan, penghinaan diri, ketundukan, dan penyembahan. Ibadah itu tidak dianggap benar melainkan hanya ditujukan kepada-Nya. Ibadah adalah kesempurnaan cinta yang dibarengi dengan kesempurnaan ketundukan dan penghinaan diri. Oleh karena itulah, syirik dalam ibadah merupakan kezhaliman terbesar yang tidak akan diampuni oleh Allah ﷻ.

Awal mula kasmaran adalah anggapan baik. Hal ini bisa melalui penglihatan atau pendengaran. Sekiranya perkara ini tidak diiringi oleh hasrat untuk menjalin hubungan dan justru diiringi oleh keputusasaan, niscaya perasaan tersebut tidak akan berubah menjadi kasmaran. Apabila timbul hasrat lalu ia memalingkan pikirannya dan tidak menyibukkan hatinya dengan perkara tersebut, maka tidak akan terjadi kasmaran.

Kalau ia tetap berhasrat dan terus memikirkan kebaikan objek yang dicintainya, namun kemudian ia membandingkan antara kenikmatan hubungan dengan rasa takut terhadap perkara yang lebih besar—-rasa takut tersebut bisa terkait dengan agama, seperti takut masuk Neraka, takut kemarahan Allah, dan takut terhadap terkumpulnya dosa—lalu rasa takut ini mengalahkan hasrat dan pikirannya tadi, maka tidak akan pula terjadi kasmaran.

Pada kasmaran terdapat kezhaliman dua arah yang dilakukan oleh masing-masing, pencinta dan objeknya, yaitu dengan saling menolong dalam melakukan kekejian dan kezhaliman terhadap diri sendiri. Keduanya telah menzhalimi diri sendiri dan pasangannya. Kezhaliman tersebut lalu menular kepada yang lainnya, sebagaimana telah dijelaskan. Bahkan yang lebih parah dari itu adalah kezhaliman keduanya berupa syirik. Oleh sebab itu, kasmaran mengandung semua bentuk kezhaliman.

Hati orang yang mencinta adalah tawanan dalam genggaman orang yang dicintai, dia menimpakan kehinaan terhadapnya.

Namun, karena sedang dimabuk asmara, orang itu tidak menyadari musibah yang menimpa pencintanya.

Keadaan hatinya sebagaimana dikatakan dalam bait sya’ir ini:

Seperti burung kecil dalam genggaman tangan anak, dia menimpakan kematian kepadanya sementara anak itu tetap bermain.

Jika orang yang berakal dihadapkan dalam permasalahan yang mengandung maslahat dan mudharat, maka ia wajib melakukan dua perkara:

Perkara yang sifatnya keilmuan.
Perkara yang sifatnya amal perbuatan.

Perkara yang sifatnya keilmuan adalah mencari yang paling kuat antara maslahat dan mudharat. Apabila sudah jelas mana perkara yang paling benar, maka seseorang wajib mengutamakan perkara yang terbaik (maslahat) untuknya. Termasuk perkara yang sudah jelas diketahui ialah cinta semu tidak mengandung maslahat, baik dari segi agama maupun dunia. Bahkan, kerusakannya jauh berkali-kali lipat lebih besar daripada kemaslahatannya.

Golongan kedua yang Allah ﷻ ceritakan berkaitan dengan kasmaran adalah pelaku homoseks.

Allah ﷻ berfirman: “Dan datanglah penduduk kota itu (ke rumah Luth) dengan gembira (karena) kedatangan tamu-tamu itu. Luth berkata: “Sesungguhnya mereka adalah tamuku, maka janganlah kamu memberi malu (kepadaku), dan bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu membuat aku terhina.’ Mereka berkata: Dan bukankah kami telah melarangmu dari (melindungi) manusia? Luth berkata: Inilah puteri-puteriku (negeri)ku (menikahlah dengan mereka), jika kamu hendak berbuat (secara yang halal). (Allah berfirman): “Demi umurmu (Muhammad), sesungguhnya mereka terombang-ambing di dalam kemabukan (kesesatan).” (OS. Al-Hijr: 67-72)

Beginilah kondisi ummat yang menderita penyakit kasmaran atau sedang dimabuk asmara.