بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Daurah Al-Khor Sabtu Pagi – Masjid At-Tauhid
Syarah Riyadhus Shalihin Bab 54-4
🎙 Ustadz Abu Hazim Syamsuril Wa’di, SH, M.Pd, PhD. 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱.
📗 | Syarah: Prof. Dr. Khalid Utsman Ats-Tsabt 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱.
🗓 Al-khor, 26 Rabi’ul Akhir 1447 / 18 Oktober 2025



٥٤ ـ باب فضل البكاء من خشية الله تعالى وشوقا إليه

Bab 54/4: Keutamaan Menangis Karena Takut Kepada Allah ﷻ Dan Karena Rindu Pada-Nya.

Hadits ke-4 No. 449: 7 Golongan yang Mendapatkan Naungan di Hari Kiamat

📖 Imam An-Nawawi rahimahullah berkata:

٤/٤٤٩ ـ وعنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((سبعة يظلهم الله في ظله يوم لا ظل إلا ظله: إمام عادل، وشاب نشأ في عبادة الله تعالى، ورجل قلبه معلق في المساجد، ورجلان تحابا في الله اجتمعا عليه، وتفرقا عليه، ورجل دعته امرأة ذات منصب وجمال، فقال: إني أخاف الله تعالى، ورجل تصدق بصدقة فأخفاها حتى لا تعلم شماله ما تنفق يمينه، ورجل ذكر الله خالياً ففاضت عيناه)) متفق عليه.

📖 https://shamela.ws/book/9260/1539#p1

449. Darinya (Abu Hurairah) juga, Rasulullah ﷺ bersabda: “Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah di bawah naungan-Nya pada hari di mana tidak ada naungan kecuali hanya naungan-Nya semata, yaitu: (1) imam (pemimpin) yang adil, (2) pemuda yang senantiasa beribadah kepada Allah, (3) seseorang yang hatinya senantiasa dipertautkan dengan masjid, (4) dua orang yang saling mencintai karena Allah di mana keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah, dan (5) orang yang dibujuk oleh seorang wanita yang berkedudukan lagi rupawan, lalu dia mengatakan: “Sungguh aku takut kepada Allah,’ (6) serta orang yang bersedekah lalu dia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya, dan (7) orang yang berdzikir kepada Allah di tempat yang sunyi kemudian kedua matanya mencucurkan air mata.” (Muttafaq ‘alaih)

📃 Pengesahan Hadits:

Pengesahan dan penjelasan hadits ini telah diulas pada pembahasan hadits nomor (376), Bab-46: “Keutamaan Cinta kepada Allah dan Perintah untuk Menanamkannya”.

📃 Penjelasan:

  • Pada hadits ini disebut dengan golongan, bukan individu.
  • Ketika manusia dikumpulkan di padang Mahsyar, matahari didekatkan sejauh satu mil dari mereka, sehingga manusia berkeringat, hingga keringat tersebut menenggelamkan mereka sesuai dengan amalan masing-masing ketika di dunia.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

تُدْنَى الشَّمْسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنَ الْخَلْقِ حَتَّى تَكُوْنَ مِنْهُمْ كَمِقْدَارِ مِيْلٍ، قَالَ سُلَيْمُ بْنُ عَامِرٍ : فَوَاللهِ، مَا أَدْرِي مَا يَعْنِي بِالْمِيْلِ أَمَسَافَةَ اْلأَرْضِ أَمْ الْمِيْلَ الَّذِي تُكْتَحَلُ بِهِ الْعَيْنُ، قَالَ : فَيَكُوْنُ النَّاسُ عَلَى قَدْرِ أَعْمَالِهِمْ فِي الْعَرَقِ فَمِنْهُمْ مَنْ يَكُوْنُ إِلَى كَعْبَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُوْنُ إِلَى رُكْبَتَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُوْنُ إِلَى حَقْوَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يُلْجِمُهُ الْعَرَقُ إِلْجَامًا، وَأَشَارَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِهِ إِلَى فِيْهِ

“Pada hari kiamat, matahari didekatkan jaraknya terhadap makhluk hingga tinggal sejauh satu mil.” –Sulaim bin Amir (perawi hadits ini) berkata: “Demi Allah, aku tidak tahu apa yang dimaksud dengan mil. Apakah ukuran jarak perjalanan, atau alat yang dipakai untuk bercelak mata?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sehingga manusia tersiksa dalam keringatnya sesuai dengan kadar amal-amalnya (yakni dosa-dosanya). Di antara mereka ada yang keringatnya sampai kedua mata kakinya. Ada yang sampai kedua lututnya, dan ada yang sampai pinggangnya, serta ada yang tenggelam dalam keringatnya.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan isyarat dengan meletakkan tangan ke mulut beliau.” (Hadits shahih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2864)

Syaikh Utsaimin Rahimahullah menjelaskan bahwa naungan Allah ﷻ maksudnya, ada yang menafsirkan Allah ﷻ yang menaungi mereka (bayang-bayang Allah ﷻ) adalah pemahaman yang salah, yang benar adalah naungan yang Allah ﷻ ciptakan baik berupa awan yang berair atau selainya yang fungsinya sebagai pelindung dari siapapun yang dikehendaki Allah ﷻ mendapat perlindungan.

Perincian Tujuh golongan yang mendapatkan naungan pada hari kiamat:

1. Pemimpin yang adil, yang dimaksud adalah pemimpin yang besar yang memiliki kekuasaan, sebagian menafsirkan pemimpin secara umum, dimana wanita masuk di dalamnya: termasuk pemimpin di rumah suaminya.

Adil adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya, termasuk adil dalam keluarga (harta suami) dan ini memiliki keutamaan yang besar.

عن عبد الله بن عمرو رضي الله عنهما قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «إِنَّ الْمُقْسِطِينَ عِنْدَ اللهِ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ، عَنْ يَمِينِ الرَّحْمَنِ عَزَّ وَجَلَّ، وَكِلْتَا يَدَيْهِ يَمِينٌ، الَّذِينَ يَعْدِلُونَ فِي حُكْمِهِمْ وَأَهْلِيهِمْ وَمَا وَلُوا».
[صحيح] – [رواه مسلم] – [صحيح مسلم: 1827]

Abdullah bin ‘Amr -raḍiyallāhu ‘anhumā- meriwayatkan, Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya orang-orang yang adil itu berada di sisi Allah di atas mimbar-mimbar dari cahaya di samping kanan Ar-Raḥmān ﷻ, sementara kedua tangan-Nya ialah kanan. Mereka itulah yang berlaku adil di dalam kekuasaan, keluarga, dan semua urusan yang mereka pegang.” – [HR. Sahih Muslim – 1827]

Adapun kecondongan hati, adalah sesuatu yang dibolehkan asal tidak ditampakkan di luar hingga berlaku tidak adil.

2. Seorang pemuda yang tumbuh dalam keadaan beribadah kepada Allâh

Dalam sebuah hadits dari Shahabat Salmân al-Fârisi Radhiyallahu anhu disebutkan:

أَفْنَى شَبَابَهُ وَنَشَاطَهُ فِي عِبَادَةِ اللهِ

Dia menghabiskan waktu mudanya dan rajin dalam beribadah kepada Allâh. [Lihat Fat-hul Bâri (II/145)].

Pada umumnya, seseorang saat masa mudanya lebih condong kepada kejahatan, kemaksiatan dan perbuatan-perbuatan yang melanggar syari’at. Namun ada orang di saat mudanya ia justru mengekang hawa nafsunya dan beribadah kepada Allâh Azza wa Jalla . Orang seperti inilah yang akan dilindungi oleh Allâh Azza wa Jalla .

Allah ﷻ berfirman:

{ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا ۖ فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِّنَفْسِهِ وَمِنْهُم مُّقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ} [فاطر : 32]

“Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar,” [QS Faathir: 32].

✒Ibnu Katsir Rahimahullah berkata:

Umat ini terbagi ke dalam tiga golongan:

1. Dzalimu linafsih (Orang yang menganiaya diri sendiri), yaitu mereka yang:
– mengabaikan sebagian yg wajib
– mengerjakan sebagian yg haram

2. Muqtashidun (Orang pertengahan), yaitu mereka yang:
– mengerjakan sebagian yg wajib
– meninggalkan sebagian yg mustahab
– mengerjakan sebagian yg makruh

3. Saabiqun bil khairat (Orang yg lebih dahulu berbuat kebaikan), yaitu mereka yg:
– mengerjakan banyak amalan wajib dan mustahab
– meninggalkan berbagai hal yg haram, makruh, bahkan sebagian yg mubah.

✒Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma berkata:

“Kelompok tiga akan masuk surga tanpa hisab; kelompok dua akan masuk surga karena Rahmat Allah; dan kelompok satu berikut orang-orang yg ada di al-A’raaf (tempat yg tinggi) akan masuk surga dengan syafaat dari Nabi Muhammad ﷺ.”

3. Seseorang yang hatinya bergantung pada masjid

Dalam riwayat at-Tirmidzi disebutkan,

وَرَجُلٌ كَانَ قَلْبُهُ مُعَلَّقًا بِالْـمَسْجِدِ إِذَا خَرَجَ مِنْهُ حَتَّى يَعُوْدَ إِلَيْهِ …

Seorang laki-laki yang hatinya terpaut dengan masjid, apabila ia keluar dari masjid hingga kembali kepadanya …[HR. At-Tirmidzi (no. 2391). Lihat Irwâ-ul Ghalîl (no. 887)].

Hal ini menunjukkan tentang rasa cintanya kepada masjid untuk shalat dan dzikir kepada Allâh Azza wa Jalla . Hatinya bagaikan lampu pelita yang terpasang di atapnya, di mana tidaklah dia keluar darinya melainkan dia akan kembali.

Kata rajulun (seorang laki-laki) disini hanya terbatas pada laki-laki saja karena perempuan tidak diperintahkan untuk meramaikan masjid-masjid Allâh, dalam artian untuk melaksanakan shalat berjama’ah di masjid. Namun dianjurkan bagi para wanita Muslimah untuk melaksanakan shalat di rumah mereka,

وَبُيُوْتُهُنَّ خَيْرٌ لَهُنَّ

Dan rumah-rumah mereka lebih baik bagi mereka. [HR. Ahmad (II/76) dan Abu Dawud (no. 567) dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma].

Sedangkan bagi laki-laki diwajibkan untuk melaksanakan shalat berjama’ah di masjid.

Namun, wanita yang selalu menjaga shalatnya termasuk di dalamnya, karena masjid maknanya juga tempat sujud.

4. Dan orang yang saling mencintai di jalan Allâh, dia berkumpul dan berpisah karena-Nya

Imam an-Nawawi rahimahullah memasukkan hadits ini dalam kitabnya, Riyâdhush Shâlihîn pada bab “Keutamaan Cinta karena Allâh”.

Mencinta seseorang hanya karena Allâh Azza wa Jalla adalah cinta yang tidak dapat dinodai oleh unsur-unsur keduniaan, ketampanan, harta, kedudukan, fasilitas, suku, bangsa dan yang lainnya. Akan tetapi dia melihat dan mencintai seseorang karena ketaatannya dalam melaksanakan perintah Allâh Azza wa Jalla dan kekuatannya dalam meninggalkan larangan-Nya.

Hal ini kelihatannya mudah, tetapi jika dihadapkan kepadanya, akan terasa sulit.

Oleh sebab itu, apabila kita mencintai seseorang karena ketaatannya dalam melaksanakan ketaatan kepada Allâh Azza wa Jalla dan kesungguhannya dalam menjauhi larangan-Nya, maka dianjurkan oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam agar kita memberitahukan kepadanya. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits, yaitu:

إِنِّي أُحِبُّكَ فِي اللهِ

Sesungguhnya aku cinta kepadamu karena Allâh …

Kemudian jawabannya adalah:

أَحَبَّكَ الَّذِي أَحْبَبْتَنِي لَهُ

Mudah-mudahan Allâh mencintaimu yang telah mencintaiku karena-Nya [Riyadhus Shalihin Hadits 383]

Jika berpisah keduanya karena Allah ﷻ, maka dipastikan salah satu diantara keduanya melakukan kesalahan.

5. Seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang memiliki kedudukan dan kecantikan, lalu laki-laki tersebut berkata, “Sungguh aku takut kepada Allâh.”

Hal ini bukan hanya berlaku bagi laki-laki, namun juga bagi wanita. Apabila dia diajak berzina oleh laki-laki kemudian dia menolaknya sambil mengatakan,

إِنِّي أَخَافُ اللهَ رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

Sungguh aku takut kepada Allâh, Rabb semesta alam.

Yaitu dia takut hanya kepada Allâh Azza wa Jalla , maka dia akan diberikan perlindungan oleh-Nya.

Disebutkannya laki-laki ini sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur’an, yaitu kisah Nabi Yûsuf Alaihissallam. Beliau alaihissalam diajak oleh seorang isteri penguasa pada waktu itu untuk berzina, namun beliau menolaknya. Allâh Azza wa Jalla melarang seseorang mendekati perbuatan zina. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا ۖ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk. [Al-Isrâ’/17:32]

Contoh lainya adalah, yang disebutkan hadits 3 orang pemuda yang terjebak dalam gua yang tertutup batu, kemudian berusaha membuka dengan bertawassul dengan amalan mereka.

Pemuda yang ketiga berdo’a: “Ya Allah, Engkau tahu aku mempunyai saudari sepupu (puteri paman), dia adalah wanita yang paling aku cintai. Aku selalu menggoda dan membujuknya (berbuat dosa) tapi dia menolak. Hingga akhirnya aku memberinya (pinjaman) 100 dinar. (Jelasnya), dia memohon uang pinjaman dariku (karena dia sangat membutuhkan dan terpaksa), maka (aku jadikan hal itu sebagai hilah untuk mendapatkan kehormatannya). Maka aku datang kepadanya membawa uang tersebut lalu aku berikan kepadanya, akhirnya dia pun memberiku kesempatan untuk menjamah dirinya. Ketika aku duduk di antara kedua kakinya, dia berkata, ‘Bertakwalah engkau kepada Allah, janganlah engkau merusak cincin kecuali dengan haknya’. Maka dengan segera aku berdiri dan keluar meninggalkan uang 100 dinar itu (untuknya). Ya Allah, bila Engkau tahu bahwa apa yang aku kerjakan itu hanya karena aku takut kepada-Mu, maka keluarkanlah kami (dari gua ini)”. Tiba-tiba bergeserlah batu itu sekali lagi, dan Allah pun mengeluarkan mereka (dari sekapannya). (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Contoh lainnya adalah, kisah Maryam dituduh berzina oleh masyarakat karena ia mengandung dan melahirkan Nabi Isa Alaihissalam tanpa seorang suami. Tuduhan ini membuatnya sangat cemas dan sedih, meskipun ia tahu bahwa ia akan memiliki seorang anak melalui mukjizat dari Allah ﷻ. Kisah ini dijelaskan dalam Al-Qur’an, khususnya pada surat Maryam.

6. Seseorang yang bersedekah dengan sesuatu lalu ia menyembunyikannya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfaqkan oleh tangan kanannya.

Menyembunyikan sedekah dalam Islam memiliki keutamaan, yaitu dapat menjauhkan diri dari sifat riya’. Maka sangat dianjurkan untuk bershadaqah dalam keadaan sepi dan sembunyi-sembunyi, tidak terang-terangan.

7. Seseorang yang mengingat Allâh Azza wa Jalla dalam keadaan sepi lalu air matanya mengalir

Yaitu, seorang laki-laki yang mengingat Allâh atau berdzikir kepada-Nya, berdzikir dengan hati dan lisannya, dan dalam keadaan sepi lalu air matanya mengalir. Penyebutan rajulun (seorang laki-laki) bukan pembatasan karena ini juga berlaku bagi kaum wanita. Jika seorang Muslimah mengalir air matanya tatkala berdzikir kepada Allâh Azza wa Jalla di kala sepi, maka ia berhak atas naungan Allâh Azza wa Jalla di hari Kiamat.

Beberapa catatan:

  1.  Ibnu Hajar berkata dalam Fathul Bâri (2/144): “Penyebutan ar-Rijal (laki-laki) di sini tidak boleh dipahami terbatas, tetapi ia mencakup juga wanita. Kecuali jika maksud imam (pemimpin) yang adil itu adalah imamah (kepemimpinan) yang agung, adapun jika tidak maka dimungkinkan masuknya kaum Hawa, sebab dia pun mempunyai keluarga sehingga mungkin berbuat adil walau tidak termasuk ke dalam kategori orang yang aktif datang ke masjid, karena shalat wanita di rumah lebih baik daripada di masjid. Dan selain itu, maka semua kriteria dalam hadits tersebut melibatkan kaum wanita. Bahkan laki-laki yang diajak oleh wanita untuk berbuat keji, hal yang sama berlaku jika wanita diajak seorang raja yang tampan -misalnya- untuk berbuat keji, lalu dia menolak karena takut kepada Allah padahal amat membutuhkannya. Atau seorang pemuda yang ditawari seorang raja untuk dinikahkan dengan putrinya, tetapi dia takut akan perbuatan keji hingga menolak hal tersebut padahal dia sangat menginginkannya.”
  2. Sabda Rasulullah : “Dan dua orang yang saling mencintai karena Allah ﷻ.” dikategorikan sebagai satu kriteria meskipun pelakunya dua orang, karena cinta tidak terwujud tanpa keberadaan dua pihak. Atau karena dua orang yang mencinta itu memiliki satu pengertian, sehingga pengkategorian salah satu dari keduanya cukup, tidak perlu yang lainnya, karena tujuannya pengkategorian kriteria dan bukan pengkategorian semua orang yang disifati dengan sifat-sifat itu.
  3. Di sini ada peringatan lain; bahwa engkau akan mendapati di antara golongan-golongan dalam hadits tersebut satu hal tambahan pada eksistensi ibadah, yaitu pengendalian diri agar selalu mentaati Allah ﷻ sekaligus penahanan dan pengekangan hawa nafsu dari kemaksiatan, padahal setiap orang punya sarana dan dorongan untuk berbuat ini. Yang demikian menekankan bahwa pahala itu sesuai dengan tingkat kesulitan. Maka kita memohon semoga Allah menolong kita agar bisa senantiasa mentaati, berdzikir, bersyukur, serta beramal shalih.

Pertemuan:3 Jumadil Awwal 1447 / 25 Oktober 2025

💡 Kandungan Hadits:

  1. Keutamaan seorang imam yang adil yang menerapkan syariat Islam dan memimpin hamba-hamba Allah. Oleh karena itu, dia lebih awal disebutkan karena keumuman manfaatnya. Ya Allah, perbaikilah Para pemimpin kaum Muslimin.
  2. Keutamaan pemuda yang tumbuh dalam ketaatan kepada Rabbnya, karena dia cenderung tidak mau mendekati kemaksiatan dan tidak juga mengerjakan perbuatan keji.
  3. Kewajiban mendidik generasi muda untuk selalu mentaati Allah ﷻ dan mengesakan-Nya.
  4. Keutamaan orang yang aktif mendatangi masjid sementara hatinya tetap terkait padanya, sehingga setiap keluar darinya dia akan selalu ingin segera kembali kepadanya sebab cinta untuk berdzikir kepada Allah serta jiwanya yang terus menantikan saat-saat dikerjakan Shalat berjamaah di masjid tersebut.
  5. Cinta hamba itu harus karena Allah dan untuk Allah, bukan karena sesuatu hal yang sifatnya tidak abadi atau suatu perhiasan dunia yang akan hilang.
  6. Keutamaan menjaga kesucian diri dan menjauhkan diri dari segala perbuatan keji karena takut kepada Allah, meskipun banyak faktor pendorongnya yang menggiurkan.
  7. Keutamaan sikap selalu merasa dia wasi oleh Allah ﷻ dan rasa takut kepada-Nya dalam keadaan sembunyi-sembunyi.
  8. Keutamaan menangis karena takut kepada Allah.
  9. Keutamaan bersedekah secara diam-diam (sembuny-sembunyi) yang jauh dari riya dan menyakiti orang lain.
  10. Takut dari mengerjakan yang haram, termasuk sesuatu yang paling besar seseorang mendekatkan diri kepada tuhannya.

Tambahan selain 7 Golongan Di atas

Dalam kitab Ma’rifatul Khisal al-Mukafirat lil Dunubil Muqadimat wal Mu’akhirat  – Imam Ibn Hajar al-‘Asqalani disebutkan tambahan 4 golongan:

1. Seorang yang memberikan tangguh kepada orang yang kesulitan.

Dari Abul Yasar, Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُظِلَّهُ اللهُ فِي ظِلِّهِ، فَلْيُنْظِرْ مُعْسِرًا أَوْ لِيَضَعْ لَهُ.

“Barangsiapa yang ingin untuk dinaungi oleh Allah dalam naungan-Nya, maka hendaklah ia memberi tangguh kepada orang yang kesulitan atau ia membebaskan hutangnya.’” [ Shahih: [Shahiih Sunan Ibni Majah (no. 1963), Sunan Ibni Majah (II/808, no. 2419)]

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ أَنْظَرَ مُعْسِرًا أَوْ وَضَعَ عَنْهُ أَظَلَّهُ اللَّهُ فِى ظِلِّهِ

Barangsiapa memberi tenggang waktu bagi orang yang berada dalam kesulitan untuk melunasi hutang atau bahkan membebaskan utangnya, maka dia akan mendapat naungan Allah.” (HR. Muslim no. 3006)

Abu Qotadah pun mengatakan bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ نَفَّسَ عَنْ غَرِيمِهِ أَوْ مَحَا عَنْهُ كَانَ فِي ظِلِّ الْعَرْشِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Barangsiapa memberi keringanan pada orang yang berutang padanya atau bahkan membebaskan utangnya, maka dia akan mendapatkan naungan ‘Arsy di hari kiamat.”

Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shohih. (Lihat Musnad Shohabah fil Kutubit Tis’ah dan Tafsir Al Qur’an Al Azhim pada tafsir surat Al Baqarah ayat 280)

Allah ta’aala berfirman dalam Surat Al-Baqarah Ayat 280:

وَإِن كَانَ ذُو عُسْرَةٍ فَنَظِرَةٌ إِلَىٰ مَيْسَرَةٍ ۚ وَأَن تَصَدَّقُوا۟ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ

Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.

2. Melepaskan Hutang dari Orang yang Kesulitan.

Dari Abul Yasar, Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُظِلَّهُ اللهُ فِي ظِلِّهِ، فَلْيُنْظِرْ مُعْسِرًا أَوْ لِيَضَعْ لَهُ.

“Barangsiapa yang ingin untuk dinaungi oleh Allah dalam naungan-Nya, maka hendaklah ia memberi tangguh kepada orang yang kesulitan atau ia membebaskan hutangnya.’” [ Shahih: [Shahiih Sunan Ibni Majah (no. 1963), Sunan Ibni Majah (II/808, no. 2419)]

3. Orang yang membantu berjihad di jalan Allah.

4. Orang yang membantu orang yang berhutang dalam melunasi hutangnya.

Prioritas pembayaran utang
  • Dharuriyat (Primer): 

    Kebutuhan yang jika tidak terpenuhi akan membahayakan jiwa, seperti utang yang wajib dibayar segera untuk bertahan hidup. Pembayaran utang yang bersifat dharuriyat harus diutamakan. 

  • Hajiyat (Sekunder): 

    Kebutuhan yang jika tidak dipenuhi akan menyulitkan hidup, namun tidak sampai membahayakan jiwa. Jika utang belum masuk kategori dharuriyat dan masih ada kelonggaran, bersedekah (sesuai kemampuan) tetap dianjurkan. 

  • Tahsiniyat (Tersier): 
    Kebutuhan yang berkaitan dengan peningkatan kualitas hidup dan kesenangan. Kebutuhan ini dapat ditunda setelah kebutuhan dharuriyat dan hajiyat terpenuhi. 

5. Siapa yang membantu orang Mukatab [Budak yang mengusahakan kebebasannya]

Ketiganya disebutkan dalam satu hadits riwayat Ahmad dan Al-Hakim dari Sahal bin Hunaif, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Siapa yang membantu orang berjihad di jalan Allah ﷻ, atau orang yang terlilit hutang dalam kesulitannya atau budak mukatab, maka Allah akan memberi naungan pada hari dimana tidak ada naungan”.

6. Seorang pedagang yang Jujur.

Diriwayatkan oleh Ad-Dailami dan Al-Baghawi dalam Syarkhus Sunnah dari Salman: “Pedagang yang jujur akan mendapatkan naungan Allâh Azza wa Jalla bersama 7 kelompok tersebut di hari kiamat”

7. Berakhlak Baik

وَقَالَ صلى الله عليه وسلم: أوْحَى اللهُ إلى إِبراهيمَ: يَا إبْرَاهِيْمُ، حَسِّن خُلُقَكَ وَلَوْ مَعَ الكُفَّارِ، تَدخلْ مَداخِلَ الأَبْرارِ، فإنَّ كَلِمَتِيْ سَبَقَتْ لِمَن حَسُنَ خُلُقَهُ أنْ أُظِلَّهُ في عَرْشِي ، وَأنْ أُسْكِنَهُ فِيْ حَظِيرةِ قُدْسِي، وَأنْ أُدْنِيَه مِنْ جِوارِي

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Allah ﷻ mewahyukan kepada Nabi Ibrahim, “Wahai Ibrahim, baguskanlan akhlakmu walaupun terhadap kaum kafir, niscaya engkau akan masuk ke tempat orang-orang yang berbuat baik. Sebab ketetapan-Ku telah mendahului bagi orang yang bagus akhlaknya, yaitu Aku akan menaunginya di (bawah) Arsy-Ku, Aku menempatkannya dari di dalam surga-Ku dan Aku akan mendekatkannya dengan rahmat-Ku” (HR at-Tirmidzi dalam kitab Nawadir-nya).

 

 

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم