بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian Kitab: 𝕀𝕘𝕙𝕠𝕥𝕤𝕒𝕥𝕦𝕝 𝕃𝕒𝕙𝕗𝕒𝕟 𝕄𝕚𝕟 𝕄𝕒𝕤𝕙𝕠𝕪𝕚𝕕𝕚𝕤𝕪 𝕊𝕪𝕒𝕚𝕥𝕙𝕒𝕟
(Penolong Orang yang Terjepit – Dari Perangkap Syaitan)
Karya: Ibnul Qayyim al-Jauziyah 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱.
Pemateri: Ustadz Isnan Efendi, Lc. MA. 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Pertemuan: 21 Jumadil Akhir 1447 / 12 Desember 2025
Tipu Daya Syaitan Terhadap Kedua Orangtua Kita (Adam & Hawwa’)
Dalam Al-Qur’an, Allah telah mengisahkan kepada kita tentang iblis dan ibu-bapak kita (Lihat Surat Al-A’raf ayat 20-22), dan bahwasanya ia masih tetap menipu, memberikan janji-janji dan hayalan tentang keabadian mereka di surga, sampai ia bersumpah dengan nama Allah di hadapan keduanya bahwa ia hanya ingin menasihati mereka. Dengan begitu, keduanya merasa mantap terhadap ucapannya, sehingga keduanya memenuhi apa yang diminta dari keduanya. Dari sinilah kemudian berawal ujian itu. Keduanya keluar dari surga dan pakaian mereka terlucuti. Semua itu merupakan tipu daya dan makar syetan, yang memang telah ditakdirkan Allah. Lalu, Allah membalas tipu daya syetan tersebut, la lalu merahmati dan mengampuni kedua orangtua kita itu. Selanjutnya Allah mengembalikan keduanya ke dalam surga dalam keadaan yang lebih baik dan lebih indah, kemudian akibat buruk dari rencana jahat syetan itu kembali kepada dirinya sendiri. Allah befirman,
وَلَا يَحِيقُ ٱلْمَكْرُ ٱلسَّيِّئُ إِلَّا بِأَهْلِهِۦ ۚ
“Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yan gmerencanakan sendiri.” (Faathir: 43).
Tetapi, musuh Allah tersebut menganggap -karena kebodohannya bahwa kemenangan dan keberuntungan itu berpihak pada dirinya dalam peperangan tersebut, ia tidak mengetahui doa keduanya,
رَبَّنَا ظَلَمْنَآ أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلْخَٰسِرِينَ
Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya din kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (Al-A’raaf: 23).
ثُمَّ ٱجْتَبَٰهُ رَبُّهُۥ فَتَابَ عَلَيْهِ وَهَدَىٰ
“Kemudian Tuhannya memilihnya, maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk.” (Thaha: 122).
Makhluk terlaknat itu mengira -karena kedunguannya- bahwasanya Allah membiarkan kekasih dan pilihan-Nya yang Ia ciptakan sendiri dengan Tangan-Nya, yang Ia hembuskan ruh-Nya ke dalam dirinya, yang diperintahkan kepada para malaikat agar bersujud kepadanya, yang diajarkan kepadanya nama-nama segala sesuatu dari makanan yang ia makan. Ia tidak mengetahui bahwa dokter telah mengajarkan kepada pasien tentang obat-obatan sebelum ia sakit. Maka, ketika ia merasa sakit, ia pun segera menggunakan obat-obatan tersebut. Ya, karena ada musuh yang melemparnya dengan anak panah tetapi tidak mengena pada sasaran yang mematikan. la segera mengobati lukanya, sehingga tampak seakan-akan tidak pernah terserang penyakit.
Musuh itu diuji dengan dosa, tetapi ia masih terus membangkang, berdalih dan menentang perintah, bahkan ia memprotes tentang hikmah Allah. Ironinya, ia tidak mau bertaubat, juga tidak mau menyesal atas keterjerumusannya.
Sebaliknya, sang kekasih (Adam dan Hawwa’) diuji dengan dosa, lalu keduanya mengakuinya, bertaubat dan menyesal. Keduanya menghinakan diri dan pasrah di hadapan-Nya, dan itulah esensi tauhid serta istighfar (memohon ampun). Dan karena pengakuan itu, maka dihapuskanlah kepayahan itu, diampunilah dosa-dosa mereka, taubat mereka diterima, dan dibukakan bagi mereka pintu rahmat dan hidayah dari segala penjuru.
Dan kita, sebagai keturunan mereka, serta mereka yang menyerupai kedua orangtua mereka (Adam dan Hawwa’) adalah berarti tidak aniaya.
“Dan siapa yang suka bertaubat dan beristighfar, maka ia telah diberi petunjuk kepada sifat yang paling baik.”
Tipu Dayanya terhadap Anak Adam
Selanjutnya, iblis melakukan tipu daya kepada salah seorang putera Adam, dan demikian terus mempermainkannya, sampai ia tega membunuh saudaranya sendiri, membuat murka ayahnya dan berbuat maksiat kepada Tuhannya. Dengan demikian ia membuat Sunnah yang buruk terhadap keturunan Adam dalam hal pembunuhan jiwa. Dan disebutkan dalam Ash-Shahih bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
ما مِنْ نَفْسٍ تُقْتَلُ ظُلماً إِلاَّ كَان على ابنِ آدَمَ الأَوَّل كِفْلٌ مِن دمِهَا؛ لِأَنَّه كان أوَّل مَن سَنَّ القَتْلَ
“Tidaklah suatu jiwa pun dibunuh secara zalim kecuali atas anak Adam yang pertama menanggung darah pembunuhannya, sebab dia adalah orang yang pertama kali memberikan Sunnah pembunuhan.”
Maka, si iblis itu melakukan tipu daya kepada pembunuh tersebut agar memutuskan tali silaturrahim, berbuat durhaka kepada kedua orangtuanya, menimbulkan murka Tuhannya, dan berbuat zalim kepada dirinya sendiri, lalu ia mencampakkannya pada siksa yang berat serta mengharamkannya dari pahala yang besar.
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari (3335), Muslim (1677) dari Ibnu Mas’ud.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم

