Assunnah Qatar

Kegiatan Kajian Melayu Assunnah Qatar

Beberapa hari lagi InshaAllah Bulan Ramadhan akan segera tiba. Saatnya kita berharap akan rahmat dan ampunan-Nya.

Tidak ada yang menjamin, setiap muslim akan menjumpai bulan yang mulia ini. Untuk itu, selayaknya kita berdo’a agar bisa berjumpa dengan bulan Ramadhan.

Diantara doa sebagian sahabat ketika datang Ramadhan,

اَللَّهُمَّ سَلِّمْنـِي إِلَى رَمَضَانَ وَسَلِّمْ لِـي رَمَضَانَ وَتَسَلَّمْهُ مِنِي مُتَقَبَّلاً

“Ya Allah, antarkanlah aku hingga sampai Ramadhan, dan antarkanlah Ramadhan kepadaku, dan terimalah amal-amalku di bulan Ramadhan.” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 264)

Semoga kita mampu mengamalkan segala amaliah di bulan Ramadhan dan diterima sebagai amal ibadah disisi Nya. Karena tidak ada daya dan kekuatan kecuali karena pertolongan Allah ﷻ.

Bergembira dengan Datangnya Bulan Ramadhan

Tak kenal maka tak sayang, maka jika kita tidak paham akan keutamaan bulan Ramadhan, tentu akan banyak keutamaan yang terlewatkan. Sungguh rugi, jika keluar Ramadhan kita tidak mendapatkan maghfirahNya.

Ibadah Adalah Cinta yang Diiringi dengan Ketundukan dan Penghinaan Diri kepada yang Dicintai

📖 Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah Rahimahullah berkata:

Kekhususan ibadah adalah cinta yang diiringi dengan ketundukan dan penghinaan diri kepada yang dicintai. Barang siapa yang mencintai sesuatu dan merendahkan diri kepadanya berarti dia telah beribadah dengan hatinya. Bahkan, ibadah itu merupakan tingkatan akhir (puncak) sebuah cinta. Hal ini dinamakan juga dengan tatayyum.

Tingkatan cinta yang pertama adalah al-‘alaaqah (hubungan). Dinamakan hubungan karena terdapat keterkaitan antara hati orang yang mencintai dan orang yang dicintai.

▪️ Seorang penya’ir berkata:

Aku punya hubungan dengan Laila, si pemilik kuncir, saat payudara gadis sebaya dengannya belum berbentuk.

▪️ Penyair lain berkata:

Apakah engkau berhubungan dengan Ummul Walid, padahal kepalamu telah beruban seperti tanaman yang memutih? Tingkatan cinta selanjutnya adalah shabaabah (kerinduan). Dinamakan demikian karena tertuangnya hati orang yang mencintai kepada yang dicintai.

Bagian kedua: HAL-HAL YANG WAJIB DALAM SHALAT

Hal-hal yang wajib dalam shalat ada delapan, yaitu sebagai berikut:
1. SELURUH TAKBIR DALAM SHALAT, SELAIN TAKBIRATUL IHRAM, HUKUMNYA WAJIB.
Karenanya seluruh takbir untuk berpindah (dari satu rukun ke rukun yang lain) termasuk wajib, bukan rukun.
2. AT-TASMI’. Yaitu ucapan, (sami’allaahu li man hamidah).
Ucapan ini wajib bagi imam dan munfarid (orang yang shalat sendirian), adapun makmum, tidak mengucapkannya.
3. AT-TAHMIID. Yaitu mengucapkan: (rabbanaa wa lakal hamdu),bagi imam, makmum dan orang yang shalat sendirian.
4. UCAPAN SUBHAANA RABBIYAL’AZHIIM DALAM RUKU SEBANYAK SATU KALI.
5. UCAPAN (SUBHAANA RABBIYAL A’LA DALAM SUJUD, SEBANYAK SATU KALI. Namun disunnahkan menambahnya hingga tiga kali.
6. UCAPAN (RABBIGHFIRLI), ANTARA DUA SUJUD, SEBANYAK SATU KALI.
7. UCAPAN DO’A TASYAHHUD PERTAMA.
8. DUDUK TASYAHHUD PERTAMA.

Orang yang sengaja tidak melakukan salah satu dari hal-hal yang wajib ini, baik yang berupa ucapan, ataupun gerakan yang delapan ini, secara sengaja, maka shalatnya batal. Karena berarti ia mempermainkan shalat. Namun orang yang tidak melakukannya karena lupa, atau karena tidak tahu, maka ia cukup bersujud sahwi. Karena ia meninggalkan sesuatu yang tidak boleh ditinggalkan. Maka, ia harus menutupi kekurangan itu dengan sujud sahwi.

Sebentar lagi kita akan memasuki bulan Ramadhan. Bulan yang penuh rahmat, penuh berkah, dan pengampunan. Bulan mulia yang istimewa di banding bulan-bulan lainnya. Pada bulan Ramadhan nilai ibadah dilipatgandakan, doa-doa dikabulkan, dosa diampuni, pintu surga dibuka, sementara pintu neraka ditutup. Ramadhan tak ubahnya tamu agung yang selalu dinanti-nanti kedatangannya.

Oleh karena itu, kita perlu mempersiapkan diri dalam menyambut bulan Ramadhan yang mulia. Persiapan itu dibutuhkan agar kita dapat secara maksimal memanfaatkan dan beribadah di bulan tersebut. Para ulama menjelaskan beberapa cara menyambut Ramadhan.

Kita diperintahkan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Allah ta’aala berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al Muthaffifin Ayat 22-26:

اِنَّ الْاَبْرَارَ لَفِيْ نَعِيْمٍۙ – ٢٢ عَلَى الْاَرَاۤىِٕكِ يَنْظُرُوْنَۙ – ٢٣ تَعْرِفُ فِيْ وُجُوْهِهِمْ نَضْرَةَ النَّعِيْمِۚ – ٢٤ يُسْقَوْنَ مِنْ رَّحِيْقٍ مَّخْتُوْمٍۙ – ٢٥ خِتٰمُهٗ مِسْكٌ ۗوَفِيْ ذٰلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُوْنَۗ – ٢٦

“Sesungguhnya orang-orang yang berbakti benar-benar berada dalam (surga yang penuh) kenikmatan,mereka (duduk) di atas dipan-dipan melepas pandangan.Kamu dapat mengetahui dari wajah mereka kesenangan hidup yang penuh kenikmatan.Mereka diberi minum dari khamar murni (tidak memabukkan) yang (tempatnya) masih dilak (disegel),laknya dari kasturi. Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.” (QS. Al Muthaffifin: 22-26)

Bab 14: Kiamat tidak akan terjadi hingga keluar api dari arah Hijaz

📖 Hadits Muslim Nomor 5164:

Telah menceritakan kepadaku Harmalah bin Yahya telah mengkhabarkan kepada kami Ibnu Wahab telah mengkhabarkan kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab telah mengkhabarkan kepadaku Ibnu Al Musayyib bahwa Abu Hurairah diberi khabar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam, beliau bersabda. Telah menceritakan kepadaku Abdulmalik bin Syu’aib bin Al Laits telah menceritakan kepada kami ayahku dari kakekku telah menceritakan kepadaku Uqail bin Khalid dari Ibnu Syihab bekata: Berkata Ibnu Al Musayyib: telah mengkhabarkan kepadaku Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Tidak akan terjadi hari kiamat hingga keluar sebuah api dari bumi Hijaz yang menerangi leher seekor onta yang berada di Bushro.” (kota di Syam, pent.)

Bab 15: Menjelang kiamat Madinah akan tertimpa paceklik kemudian menjadi ramai (makmur)

📖 Hadits Muslim Nomor 5165:

Telah menceritakan kepadaku Amru An Naqid telah menceritakan kepada kami Al Aswad bin Amir telah menceritakan kepada kami Zuhair dari Suhail bin Abu Shalih dari ayahnya dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Rumah-rumah tempat tinggal itu akan sampai ke daerah Ihab atau Yahab.” Zuhair berkata: Aku bertanya kepada Suhail: Seberapa jauh jarak (Ihab atau Yahab) dari kota Madinah? Ia menjawab: sekian dan sekian mil.

📖 Hadits Muslim Nomor 5166:

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami Ya’qub bin Abdurrahman dari Suhail dari ayahnya dari Abu Hurairah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Kemarau itu bukannya kalian tida dihujani, tapi kemarau adalah kalian dihujani dan dihujani tapi bumi tidak menumbuhkan apa pun.”

📖 Hadits ke-80:

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anha -semoga Allah meridhainya- ia berkata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: Apabila salah seorang dari kalian memperbagus keislamannya, maka setiap kebaikan yang ia amalkan ditulis untuknya sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat. Dan setiap keburukan yang ia amalkan ditulis sama dengannya. (Dikeluarkan oleh Bukhari pada Kitab ke-2, Kitab Iman dan bab ke-24, bab baiknya ke-lslaman seseorang)

📖 Hadits ke-81:

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang hadits yang beliau riwayatkan dari Rabb-nya Tabaraka wa Ta’ala. Beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah menulis kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukan kemudian menjelaskannya. Barangsiapa yang berniat melakukan kebaikan lalu tidak mengerjakannya, maka Allah menulis itu di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna, dan jika dia berniat mengerjakan kebaikan lalu mengerjakannya, maka Allah menulis itu di sisi-Nya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus lipat hingga perlipatan yang banyak. Jika dia berniat melakukan keburukan lalu tidak jadi mengerjakannya, maka Allah menulis itu di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna, dan jika dia berniat melakukan keburukan lalu mengerjakannya, maka Allah menulis itu sebagai satu keburukan.” (Dikeluarkan oleh Bukhari pada Kitab ke-81, Kitab Kehalusan Hati dan bab ke-31, bab orang yang berniat melakukan kebakan atau keburukan)

Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 167:

وَقَالَ ٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوا۟ لَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَتَبَرَّأَ مِنْهُمْ كَمَا تَبَرَّءُوا۟ مِنَّا ۗ كَذَٰلِكَ يُرِيهِمُ ٱللَّهُ أَعْمَٰلَهُمْ حَسَرَٰتٍ عَلَيْهِمْ ۖ وَمَا هُم بِخَٰرِجِينَ مِنَ ٱلنَّارِ

Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: “Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami”. Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ كُلُوا۟ مِمَّا فِى ٱلْأَرْضِ حَلَٰلًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ ۚ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ

Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.

إِنَّمَا يَأْمُرُكُم بِٱلسُّوٓءِ وَٱلْفَحْشَآءِ وَأَن تَقُولُوا۟ عَلَى ٱللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ

Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.

Jika kamu telah memahami muqaddimah ini, maka dapat diketahui bahwasanya rasa cinta terhadap Dzat yang paling dicintai lagi tertinggi dan cinta yang semu dalam hati seorang hamba tidak akan pernah bersatu. Keduanya saling bertolak belakang sehingga tidak akan pernah bertemu, bahkan salah satunya pasti akan mengeluarkan yang lain.

Barang siapa yang seluruh kekuatan cintanya ditujukan untuk Dzat yang paling dicintai lagi tertinggi, menganggap kecintaan kepada selain Nya sebagai suatu kebathilan dan adzab, maka niscaya dia akan memalingkan cintanya dari selain Nya. Kalaupun mencintai selainNya, maka hal itu didasari cinta karena Nya, atau disebabkan sesuatu itu merupakan sarana untuk mencintai Nya, atau dikarenakan ia adalah pemutus dari perkara-perkara yang berseberangan dan yang dapat mengurangi rasa cinta kepada Nya.

Cinta yang benar adalah pengesaan terhadap Dzat yang dicintai. Tidak disekutukan antara Dia dan selain-Nya dalam cintanya, karena Allah membenci hal itu. Menjauhkannya dan tidak memberinya kesempatan untuk berada di sisi-Nya dan menggolongkannya sebagai pendusta dalam pengakuan cintanya. Jika makhluk saja enggan dan cemburu sekiranya kecintaan terhadapnya disekutukan dengan selainnya, padahal dia tidak berhak menerima seluruh kekuatan cinta itu, maka bagaimana pula dengan Dzat Yang Mahatinggi, yang rasa cinta itu hanya layak ditujukan kepada Nya, sedangkan seluruh cinta kepada selain Nya ditetapkan sebagai adzab dan bencana baginya?

Kesehatan hati dan badan akan berpengaruh terhadap kemampuan ibadah kita. Keduanya sangat berkaitan erat.

Para ulama mengatakan hati adalah raja bagi badan. Hati diibaratkan raja, sedang aggota badan adalah prajuritnya. Bila rajanya baik, maka akan baik pula urusan para prajuritnya. Bila buruk, maka demikian pula urusan para prajuritnya.

Bila hati terjangkit penyakit maksiat, penyakit yang menjauhkannya dari Allâh Azza wa Jalla, maka hati tidak bisa menjalankan fungsi kerjanya. Ia tidak bisa menghadirkan amalan-amalan untuk ibadah kepada-Nya. Ia akan jauh dari mengenal Allâh Azza wa Jalla .

Oleh sebab itu, dalam Islam amalan hati memiliki kedudukan yang agung. Bisa dikatakan, pahala dari amalan hati lebih besar daripada amalan badan. Hati adalah standar kebaikan amalan badan. Ia ibarat pemimpin bagi badan. Baiknya hati akan berpengaruh pada baiknya amalan badan.

Hati seharusnya menjadi perhatian utama daripada lahiriyah. Karena baiknya hati, baik pula amalan lainnya. Karena hati yang bersih, amalan yang lain bisa diterima. Beda halnya jika memiliki hati yang rusak, terutama hati yang tercampur noda syirik. Karena itu perhatikanlah hatimu!

Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa’id] telah menceritakan kepada kami [Jarir] dari [Abdulmalik bin Umair] dari [Jabir bin Samurah] dari [Nafi’ bin Utbah] berkata: Kami bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam dalam suatu peperangan. Ia berkata: Suatu kaum mendatangi nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam dari maghrib, mereka mengenakan baju wool, mereka menemui beliau didekat suatu bukit. Mereka berdiri sementara Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam duduk. Ia (Nafi’) berkata: Hatiku berkata: Datangilah mereka dan berdirilah diantara mereka dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam agar mereka tidak menyerang beliau lalu aku berkata: Mungkin beliau berbicara lirih dengan mereka. Aku mendatangi mereka lalu aku berdiri diantara mereka dan beliau. Aku menghafal empat kalimat dari beliau, aku menghitungnya dengan tanganku. Beliau bersabda: “Kalian akan memerangi jazirah arab lalu Allah menaklukkannya, setelah itu Persia lalu Allah menaklukkannya, kemudian kalian memerangi Romawi lalu Allah menaklukkannya, selanjutnya kalian memerangi Dajjal lalu Allah menaklukkannya.” Kemudian Nafi’ berkata: Hai Jabir, kami tidak berpendapat Dajjal muncul hingga Romawi ditaklukkan.

📖 Syarah Hadits:

Hadits ini menggambarkan begitu perhatiannya para sahabat terhadap perkataan Nabi ﷺ, daya ingat mereka kuat dan perhatian mereka terhadap Sunnahnya.

Hadits ini sebagain kejadian-kejadian telah terjadi dan sebagainya belum terjadi seperti memerangi Jazirah Arab dan Persia.