بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Kitab Masail Jahiliyah (Perkara-perkara Jahiliyah)
Karya: Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Pemateri: Ustadz Isnan Efendi, Lc. MA. 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Pertemuan 18: 15 Ramadhan 1446 / 15 Maret 2025



Masail Jahiliyah – 18 dan 19

Telah berlalu, pembahasan beberapa poin dalam Masail Jahiliyah. 17 Masail sebelumnya dapat disimak di link archive berikut ini: https://www.assunnah-qatar.com/category/assunnah-qatar/kajian-rutin/ustadz-isnan-efendi/masail-jahiliyah/

18. Mereka Menisbatkan Diri Kepada Para Nabi Padahal Mereka Menyelisihinya

  • Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:

Kontradiktif mereka dalam penisbatan; mereka menisbatkan diri kepada Ibrahim padahal mereka jelas tidak mengikutinya.

📃 Penjelasan:

Kontrafiktif dalam penisbatan yaitu menisbatkan diri kepada sesuatu yang dia selisihi. Ini merupakan penisbatan yang batil.

Penisbatan yang benar yaitu penisbatan kepada sesuatu yang bersesuaian dengannya. Maka, yang menisbatkan kepada Ibrahim maka ia harus sesuai dengan apa yang dibawa oleh Ibrahim yaitu mentauhidkan Allah, mengikhlaskan ibadah kepada-Nya, berlepas diri dari kaum musyrikin serta tidak menyelisihinya dalam satu perkara pun.

Diantara penisbatan tersebut adalah penisbatan Yahudi kepada Ibrahim. Akan tetapi mereka tidak mau melakukan ibadah Haji dan enggan menghadap kiblat. Oleh karena itu Allah ﷻ berfirman :

إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكاً وَهُدىً لِلْعَالَمِينَ .فِيهِ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ مَقَامُ إِبْرَاهِيمَ وَمَنْ دَخَلَهُ كَانَ آمِناً وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلاً وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ

Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam”. ( QS. ali Imran : 96 – 97 ).

Demikian pula orang yang menisbtakan diri kepada imam yang empat, ia wajib bersesuaian dengan mereka dalam padangan terhadap Jahmiyah, Mu’atazilah serta Asy’ariyah.

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Ali ‘Imran Ayat 67:

مَا كَانَ إِبْرَٰهِيمُ يَهُودِيًّا وَلَا نَصْرَانِيًّا وَلَٰكِن كَانَ حَنِيفًا مُّسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ

Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik.

Sama halnya dengan orang yang mengaku (intisab ) kepada Ahlussunnah wal Jama’ah, tetapi faktanya menyelisihi kaidah Ahlussunnah wal Jama’ah.

Atau intisab kepada Nabi ﷺ, pada kenyataannya tidak istiqamah berjalan di atas sunnah-sunnah Nabi ﷺ.

Ihtisab yang benar adalah sesuai dengan ayat imtihan Surat Ali ‘Imran Ayat 31:

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِى يُحْبِبْكُمُ ٱللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Ayat yang mulia ini merupakan pemberi keputusan yang menentukan atas siapa saja yang mengaku dirinya mencintai Allah . Namun tidak mengikuti nabiNYA, Muhammad dengan sebenar-benarnya, dengan menaati dalam perintah dan larangannya, maka sesungguhnya dia adalah seorang pendusta dalam pengakuannya itu sampai dia mau mengikuti rasulullah dengan sebenar-benarnya.

Jadilah orang-orang yang jujur, jika intisab bermanhhaj salaf, Ahlussunnah wal Jama’ah, ahlul hadits, maka semua lini kehidupan harus sesuai Nabi ﷺ dan para sahabatnya dan komitmen tegak lurus di atasnya, maka inilah intisab yang benar.

Dalam Surat An-Nisa Ayat 115:

وَمَن يُشَاقِقِ ٱلرَّسُولَ مِنۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ ٱلْهُدَىٰ وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ ٱلْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِۦ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصْلِهِۦ جَهَنَّمَ ۖ وَسَآءَتْ مَصِيرًا

Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

19. Mencela Orang-orang Shalih Disebabkan Perbuatan Sebagian Orang yang Menisbatkan Diri Kepada Mereka

  • Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:

Kaum jahiliyah mencela orang-orang shalih karena perbuatan buruk sebagian orang yang menisbatkan diri kepada mereka, seperti celaan Yahudi terhadap Nabi Isa dan seperti celaan Yahudi dan Nasrani terhadap Nabi Muhammad ﷺ.

📃 Penjelasan:

Kaum jahiliyah mencela orang-orang shalih karena perubuatan buruk sebagian orang yang menisbatkan diri kepada mereka. Mereka menisbatkan perbuatan para pengikutnya kepada pihak yang diikuti ( orang-orang shalih ). Padahal orang-orang shalih terlepas dari celaan tersebut. Sebagaimana celaan Yahudi terhadap Nabi Isa karena penyimpangan pengikutnya dari kalangan salibis dan yang yakin bahwa Allah terbagi kepada tiga bagian atau meyakini bahwa al-masih adalah Allah atau anak Allah.

Demikian pula yang mencela Nabi Muhammad ﷺ karena perbuatan sebagian orang yang menisbatkan diri kepadanya dari para penyembah kuburan, juga dari kalangan Jahmiyah , Mu’tazilah dan Khawarij.

Maka, kita katakan kepada para pencela para Nabi : Ini bukanlah agama Musa, bukan pula agama Isa, bukan pula agama Muhammad. Jika ada penyimpangan di kalangan para pengikut maka penyimpangan tersebut jangan dinisbatkan kepada orang yang diikuti, akan tetapi dinisbatkan kepada pihak asal penyimpangan tersebut muncul. Maka, janganlah risalah Nabi Musa ‘alaihissalam dicela disebabkan Yahudi melakukan penghapusan, penggantian dan perubahan. Jangan pula kesyirikan, salibisme dan kekufuran yang buruk yang ada pada Nasrani dinisbatkan kepada agama Isa ‘alaihissalam.

Jangan pula dinisbatakan kepada Muhammad penyimpangan yang ada pada penyembah kubur yang mengaku beragama Islam atau penyimpangan yang ada dikalangan Rafidhah dan Bathiniyah meskipun mereka menamakan diri dengan Islam. Ini jangan dinisbatkan kepada agama Muhammad. Akan tetapi yang dinisbatkan kepada Nabi adalah orang-orang yang mengikutinya dan beriman kepadanya. Dan dinisbatkan kepada orang-orang shalih siapa saja yang mencontoh dan mengikuti mereka. Sebagaimana firman Allah

والسابقون الأولون من المهاجرين والأنصار والذين اتبعوهم بإحسان رضي الله عنهم ورضو عنه

Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah “. ( QS. at-Taubah : 100 ).

Allah ﷻ juga berfirman :

إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِإِبْرَاهِيمَ لَلَّذِينَ اتَّبَعُوهُ وَهَذَا النَّبِيُّ

“Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad) “. (QS. ali Imran : 68 ).

Demikian pula jangan dinisbatkan kepada para imam yang empat penyimpangan akidah dan pertentangan dalil yang ada pada orang-orang yang menisbatkan diri kepada mereka.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم