Tag Archives: Ramadhan

Bulan suci Ramadhan, bulan penuh berkah, ampunan, dan rahmat, sudah semakin dekat. Sebagai umat muslim, kita tentu menyambutnya dengan penuh suka cita. Dan target utama adalah sebagai persiapan menjemput surgaNya Allah ﷻ.

Di antara faidah terbesar menjalankan ibadah puasa adalah tumbuhnya ketakwaan di dalam hati, sehingga menahan anggota badan dari berbuat maksiat. Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah [2]: 183)

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ Kajian Istimewa – Tarbiyah Assunnah Pemateri: Ustadz Dr. Firanda Andirja MA. 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 Pertemuan: 23 Sya’ban 1446 / 22 Februari 2025 Tempat: Masjid Agung Al-Ukhuwwah Bandung Meraih Kemenangan di Bulan Penuh Ampunan الـحَمْدُ للهِ عَلَى إِحْسَانِهِ ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ […]

Tinggal menunggu hitungan hari kita akan memasuki bulan yang penuh barokah, Ramadhan mubarok. Semoga Allah Ta’ala menghantarkan kita untuk bertemu dengan Ramadhan. Selayaknya kita mempersiapkan segala bekal yang diperlukan dalam menyambut bulan mulia ini. Dan terus berdo’a agar diberikan kesehatan dan bimbingan untuk beramal (taufik) untuk mengisi amaliah Ramadhan tahun ini.

Do’a adalah kunci agar semuanya berjalan lancar dan bernilai ibadah.

Tinggal menunggu hitungan hari kita akan memasuki bulan penuh barokah, Ramadhan mubarok. Selayaknya kita mempersiapkan segala bekal yang diperlukan dalam menyambut bulan mulia ini. Selayaknya musafir, tentu akan berbekal dalam menyambut perjalanan yang jauh.

Maka, persiapkanlah segala sesuatunya guna persiapan hidup yang kekal di akhirat kelak. Karena kehidupan dunia hanya sementara. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman menceirtakan tentang keluarga Fir’aun yang beriman yang mengatakan:

يَا قَوْمِ إِنَّمَا هَٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَإِنَّ الْآخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِ

Wahai kaumku! Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal. (QS. Ghâfir/al-Mukmin/40:39)

Hubungan baik, perlu dilakukan dengan trik yang tepat agar bisa tercapai tujuannya. Hubungan yang baik perlu istiqomah dan niat yang baik agar saling menguntungkan.

Bulan Sya’ban adalah bulan pembuka semua kebaikan, jika kita mampu mengisinya maka akan sampai bulan panen, Ramadhan dengan lancar. Maka, kenalilah kebaikan dan perbaiki hubungan baik, maka akan membawa keberuntungan dan kebahagiaan. Mulailah bangun hubungan baik dengan Al-Qur’an. InshaAllah, kita akan menjadi orang yang beruntung.

Allâh Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 2:

Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,

Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.

Ukuran kebaikan adalah sempurna di akhir bukan kurangnya di awal. Dalam sebuah riwayat disebutkan,

وَإِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya.” (HR. Bukhari, no. 6607).

Begitu banyak ampunan di bulan Ramadhan, sehingga apabila ada yang tidak diampuni di bulan Ramadhan maka benar-benar “keterlaluan” jeleknya. Dalam suatu hadits disebutkan bahwa orang yang tidak diampuni di bulan Ramadhan akan mendapatkan celaka dan kerugian yang besar.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda,

رَغِمَ أَنْفُ عَبْدٍ – أَوْ بَعُدَ – دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ فَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ

“Celakalah seorang hamba yang mendapati bulan Ramadhan kemudian Ramadhan berlalu dalam keadaan dosa-dosanya belum diampuni.” [HR. Ahmad, shahih]

Maka masuk sepertiga Ramadhan hendaknya lebih bersungguh-sungguh dalam mengisi amaliah di akhir Ramadhan, karena keutamaan Ramadhan yang paling besar adalah di sepuluh hari terakhirnya. Karena pada malam-malam akhir terdapat malam Lailatul Qadar.

Dalam hadits disebutkan,

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: – كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا دَخَلَ اَلْعَشْرُ -أَيْ: اَلْعَشْرُ اَلْأَخِيرُ مِنْ رَمَضَانَ- شَدَّ مِئْزَرَهُ, وَأَحْيَا لَيْلَهُ, وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ – مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa ketika memasuki 10 Ramadhan terakhir, beliau mengencangkan sarungnya, menghidupkan malam-malam tersebut dengan ibadah, dan membangunkan istri-istrinya untuk beribadah.” Muttafaqun ‘alaih. (HR. Bukhari no. 2024 dan Muslim no. 1174).

Karakter manusia berbeda-beda, ada yang terlalu serius dan ada yang suka riang dan bercanda. Jika terlalu kaku atau serius hendaknya membuka diri agar hidup lebih rileks dan segar. Ibarat garam dalam makanan, maka yang terlalu banyak bercanda, hendaknya dikurangi agar tidak berlebihan.

Tujuan-tujuan Bercanda

▪️ Menyegarkan suasana.
▪️ Menimbulkan senyuman dan rasa bahagia.
▪️ Mempermudah meluluhkan hati orang lain agar tunduk dan taat. Inilah yang dilakukan Rasulullah ﷺ kepada para sahabat.
▪️ Mengobati hati yang lemah, terutama wanita dan anak-anak.
▪️ Meningkatkan semangat beraktivitas dan meningkatkan kemampuan menanggung beban hidup.

Rasulullah ﷺ juga Bercanda

Sebagai manusia biasa, kadang kala beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bercanda. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sering mengajak istri, dan para sahabatnya bercanda dan bersenda gurau, untuk mengambil hati, dan membuat mereka gembira. Namun canda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berlebih-lebihan, tetap ada batasannya. Bila tertawa, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak melampaui batas tetapi hanya tersenyum. Begitu pula, meski dalam keadaan bercanda, beliau tidak berkata kecuali yang benar.

Dituturkan ‘Aisyah Radhiyallahu anha. Aku belum pernah melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa terbahak-bahak hingga kelihatan lidahnya, namun beliau hanya tersenyum. [Tafsir Ibnu Katsir]

Berbicara masalah aqidah adalah sesuatu yang sangat penting. Apabila disebut bahasan aqidah maka mencakup keseluruhan amalan hati.

Aqidah (اَلْعَقِيْدَةُ) menurut bahasa Arab (etimologi) berasal dari kata al-‘aqdu (الْعَقْدُ) yang berarti ikatan. Yaitu keyakinan yang kokoh akan sesuatu, tanpa ada keraguan.

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Adzariyat ayat 56:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.

Ibadah kepada Allah ﷻ inilah inti aqidah. Dan ilmu aqidah merupakan ilmu yang paling utama.

Ilmu tentang aqidah merupakan ilmu yang sangat mulia, karena ilmu aqidah membahas tentang dzat Allâh Azza wa Jalla, sifat-sifat-Nya, hak-Nya untuk diibadahi, dan yang berkaitan dengannya. Al-Bazdawi rahimahullah berkata, “Sesungguhnya kemuliaan dan keagungan suatu ilmu tergantung pada apa yang diilmui, dan tidak ada yang lebih besar daripada dzat Allâh Azza wa Jalla dan sifat-sifatNya yang dibahas oleh ilmu (aqidah) ini”. (Kasyful Asrâr, 1/8).

Setiap kita menginginkan husnul khâtimah, Setiap Muslim wajib berpegang teguh kepada agama Islam, dan janganlah ia mati melainkan dalam keadaan Islam. Allâh Azza wa Jalla berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allâh sebenar-benar taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. [Ali ‘Imrân/3:102]

Dalam surat Al-Hijr ayat 99:

وَٱعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ ٱلْيَقِينُ

Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).

Orang yang istiqamah tidak akan sedih dengan yang telah lalu dan tidak takut dengan yang akan datang.