بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian Kitab Masail Jahiliyah
(Perkara-perkara Jahiliyah)
Karya: Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Pemateri: Ustadz Isnan Efendi, Lc. MA. 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Pertemuan 20: 5 Dzulqa’dah 1446 / 3 Mei 2025
Masalah Ke-23: Terlena Dengan Dunia
Sesungguhnya kehidupan dunia telah menipu mereka. Mereka mengira bahwa pemberian Allah kepada mereka merupakan bukti keridhaan Allah ﷻ, sebagaimana perkataan mereka :
نَحْنُ أَكْثَرُ أَمْوَالاً وَأَوْلاداً وَمَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِينَ
“Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak-anak (daripada kamu) dan kami sekali-kali tidak akan diazab“. (QS. Saba : 35).
🏷️ Syarah DR. Shalih bin Fauzan bin Abdullah al-Fauzan:
Kaum jahiliyah menganggap bahwa pemberian anak-anak dan harta merupakan kemulian terhadap Allah dan bahwa Allah tidak akan mengadzab mereka.
وَقَالُوا نَحْنُ أَكْثَرُ أَمْوَالاً وَأَوْلاداً وَمَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِينَ قُلْ إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ وَمَا أَمْوَالُكُمْ وَلا أَوْلادُكُمْ بِالَّتِي تُقَرِّبُكُمْ عِنْدَنَا زُلْفَى
“Dan mereka berkata: “Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak-anak (daripada kamu) dan kami sekali-kali tidak akan diazab. Katakanlah: “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkan (bagi siapa yang dikehendaki-Nya). akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun..” (QS. Saba : 35 – 37 ).
Hingga firman-Nya :
قُلْ إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
“Katakanlah: “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)”. Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya”. (QS. Saba : 39 ).
Banyak harta dan anak-anak bukanlah bukti kecintaan Allah kepada hamba-Nya, namun bisa jadi hal tersebut diberikan kepada orang kafir dengan tujuan istidraj ( pembiaran ).
Disebutkan dalam sebuah hadits:
إن الله يعطي الدنيا من يحب ومن لا يحب، وأما الدين فلا يعطيه إلا من يحب
“Sesungguhnya Allah memberikan dunia kepada orang yang Dia cintai dan yang tidak Dia cintai, sedangkan agama tidak diberikan kecuali kepada orang yang Dia cintai”.
Dalam hadits yang lain disebutkan :
لو كانت الدنيا تعدل عند الله جناح بعوضة ما سقى منها كافراً شربة ماء
“Seandainya dunia di sisi Allah setara dengan sayap nyamuk, maka tidak mungkin memberikan satu tegukan air pun kepada orang kafir”.
Inilah Rasulullah, manusia yang paling mulia di sisi Allah, juga para sahabatnya, mereka tertimpa kelaparan, mereka mengalami kefakiran dan kesusahan, padahal mereka makhluk yang paling mulia setelah para Nabi ﷺ. Sedangkan orang-orang kafir bersenang-senang dan gembira ria dalam kenikmatan sebagai bentuk istidraj bagi mereka.
Maka, jangan berdalil dengan perhiasan dunia terhadap karamah ahli dunia di sisi Allah ﷻ. Akan tetapi bukti karamah seorang hamba adalah jika ia berada dalam amal shalih, baik ia orang kaya maupun orang miskin, inilah orang mulia di sisi Allah ﷻ.
Sedangkan dalam ukuran manusia bahwa ahli dunia dan orang kaya adalah orang paling mulia di sisi Allah dan bahwa orang fakir dan miskin tidak demikian, melainkan karena kehinaan mereka di hadapan Allah.
📃 Penjelasan:
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Yunus Ayat 58:
قُلْ بِفَضْلِ ٱللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِۦ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا۟ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ
Katakanlah: “Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”.
Merupakan karunia dan Rahmat Allah adalah : al-Qur’an dan keimanan dalam diri seorang hamba; maka barangsiapa yang bergembira dengannya sungguh ia telah bergembira dengan sesuatu yang paling agung, sebaliknya barangsiapa yang bergembira kepada selainnya sungguh ia telah berbuat zholim terhadap dirinya.
Karunia dan rahmat Allah itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan yaitu daripada peninggalan dunia dan perhiasan yang pasti lenyap. Maka, jangan bangga dengan dunia, karena ini merupakan watak Jahiliyah!
Ibnu Katsir Rahimahullah menyebut dalam tafsir surat Saba’ ayat 35:
Dan mereka berkata, “Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak-anak (daripada kamu) dan kami sekali-kali tidak akan diazab” yaitu, mereka membanggakan dirinya dengan banyaknya dan anak-anak mereka, dan mereka yakin bahwa hal itu menunjukkan kepada kecintaan dan besarnya perhatian Allah kepada mereka. Tidaklah Allah memberi mereka semuanya itu di dunia, kemudian Allah mengazab mereka di akhirat.
Maka Allah berfirman dalam Surat Al-Mukminun : (Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa) (55) Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar (56).
Istidraj dari Allah ﷻ
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-A’raf Ayat 182-183:
وَٱلَّذِينَ كَذَّبُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا سَنَسْتَدْرِجُهُم مِّنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ
Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka dengan berangaur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui.
وَأُمْلِى لَهُمْ ۚ إِنَّ كَيْدِى مَتِينٌ
Dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh.
Istidraj berasal dari kata dasar “daraja” (درج) dalam bahasa Arab, yang berarti “bertahap” atau “anak tangga”. Secara istilah, istidraj mengacu pada keadaan di mana seseorang yang berbuat maksiat diberikan kenikmatan duniawi secara bertahap oleh Allah ﷻ, tanpa disertai hidayah atau kesadaran untuk bertobat.
Istidraj sering dikaitkan dengan hukuman yang ditangguhkan oleh Allah, yang datang dalam bentuk nikmat duniawi sebelum azab di akhirat. Orang yang terkena istidraj, mungkin merasa hidupnya baik-baik saja, padahal sebenarnya mereka sedang dibiarkan semakin jauh dari jalan kebenaran.
Hadits tentang Dunia
Dunia diumpamakan seperti makanan yang dikonsumsi oleh manusia, kemudian setelah itu menjadi kotoran. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ مَطْعَمَ ابْنِ آدَمَ جُعِلَ مَثَلًا لِلدُّنْيَا وَإِنْ قَزَّحَهُ وَمَلَّحَهُ فَانْظُرُوْا إِلَى مَا يَصِيْرُ
Sesungguhnya makanan anak Adam (makanan yang dimakannya) dijadikan perumpamaan terhadap dunia. Walaupun ia sudah memberinya bumbu dan garam, lihatlah menjadi apa makanan tersebut akhirnya.
Hasan: HR. Ahmad, V/136; Ibnu Hibbân, no. 2489-Mawâriduzh Zham`ân), dan lainnya dari Ubay bin Ka’ab Radhiyallahu anhu. Lihat Silsilah al-Ahâdîts ash-Shahîhah(no. 382).
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى جَعَلَ مَا يَخْرُجُ مِنَ ابْنِ آدَمَ مَثَلاً لِلدُّنْيَا-الطبراني
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, ”Sesungguhnya Allah Ta’ala telah menjadikan apa yang keluar dari (badan) anak Adam sebagai permisalan terhadap dunia.”
(Ath Thabarani, dishahihkan oleh Al Hafidz As Suyuthi)
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم