بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Kitab: 𝕀𝕘𝕙𝕠𝕥𝕤𝕒𝕥𝕦𝕝 𝕃𝕒𝕙𝕗𝕒𝕟 𝕄𝕚𝕟 𝕄𝕒𝕤𝕙𝕠𝕪𝕚𝕕𝕚𝕤𝕪 𝕊𝕪𝕒𝕚𝕥𝕙𝕒𝕟 (Penolong Orang yang Terjepit – Dari Perangkap Syaitan)
Karya: Ibnul Qayyim al-Jauziyah 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱.
Pemateri: Ustadz Isnan Efendi, Lc. MA. 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Pertemuan: 25 Rabi’ul Akhir 1447 / 17 Oktober 2025


Ujian Orang-orang yang Beriman – Bagian 2


Telah berlalu pembahasan mengenai enam prinsip atau kaidah yang bermanfaat bagi hidup seorang mukmin saat musibah menimpanya, yaitu:

  1. Pertama, apa yang menimpa orang-orang beriman dari berbagai keburukan, ujian dan gangguan adalah tidak sama dengan apa yang menimpa orang-orang kafir.
  2. Kedua, apa yang ditimpakan Allah terhadap orang-orang beriman akan disikapi dengan ridha dan mengharap pahala kepada-Nya, jika mereka tidak memiliki ridha, maka mereka akan sabar dan tetap mengharap pahala dari Allah.
  3. Ketiga, bila seorang Mukmin disakiti dan diganggu karena memperjuangkan agama Allah, maka ia bisa menanggungnya sesuai dengan tingkat ketaatan, keikhlasan dan keberadaan imannya di dalam dada.
  4. Keempat, semakin dalam rasa cinta seseorang kepada kekasihnya, maka gangguan dan kesakitan akibat memperjuangkan keridhaan orang yang dicintainya akan terasa nikmat.
  5. Kelima, apa yang didapatkan oleh orang kafir, pendosa dan orang munafik dari berbagai kebesaran, kemuliaan dan kemenangan adalah amat jauh dibanding dengan apa yang diperoleh orang-orang Mukmin. Bahkan sebaliknya, pada hakikatnya semua itu adalah kehinaan, kelemahan dan kehancuran.
  6. Keenam, ujian yang diberikan kepada orang Mukmin adalah laksana obat baginya.

Selanjutnya:

7. Ketujuh, apa yang menimpa orang Mukmin di dunia ini berupa kemenangan para musuh atasnya dan terkadang berupa gangguan adalah suatu hal yang wajar dan semestinya.

Ia sama dengan panas yang menyengat, dingin yang menggigit, sakit, sedih dan galau. Semua itu merupakan hal yang lazim terjadi dan sesuatu yang alami untuk terjadi di dunia, bahkan hingga pada anak-anak dan binatang. Dan semua itu sesuai dengan hikmah Allah sebagai Hakim yang Paling Adil.

Jika di alam dunia ini kebaikan terbebas dari keburukan, kemanfaatan dari kemadharatan, kenikmatan dari kesakitan, tentu hal itu terjadi bukan di alam dunia ini. Dan karenanya akan hilanglah hikmah dicampurkannya antara kebaikan dan keburukan, kesakitan dan kenikmatan, kemanfaatan dan kemadharatan. Dibebaskan dan dipisahkannya sesuatu yang baik dari yang buruk itu bukanlah terjadi di dunia ini, sebagaimana disebutkan Allah dalam firman-Nya,

لِيَمِيزَ ٱللَّهُ ٱلْخَبِيثَ مِنَ ٱلطَّيِّبِ وَيَجْعَلَ ٱلْخَبِيثَ بَعْضَهُۥ عَلَىٰ بَعْضٍ فَيَرْكُمَهُۥ جَمِيعًا فَيَجْعَلَهُۥ فِى جَهَنَّمَ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْخَٰسِرُونَ

Supaya Allah memisahkan (golongan) yang buruk dari yang baik dan menjadikan (golongan) yang buruk itu sebagiannya di atas sebagian yang lain, lalu kesemuanya ditumpukkan-Nya, dan dimasukkan-Nya ke dalam neraka Jahannam. Mereka itulah orang-orang yang merugi. (Al-Anfaal: 37).

8. Kedelapan, ujian yang ditimpakan terhadap orang-orang Mukmin berupa kekalahan dari musuhnya, terkadang pemaksaan dan pengusiran oleh mereka di dalamnya terdapat hikmah yang agung, tidak mengetahui hikmahnya secara rinci kecuali Allah Azza wa Jalla.

Di antaranya, orang-orang Mukmin akan semakin menyadari kehambaan, kehinaan dan ketidak berdayaannya di hadapan Sang Pencipta. Selanjutnya, ia merasa sangat membutuhkan pada-Nya, dan ia pun meminta kemenangan atas para musuhnya. Dan seandainya mereka senantiasa menang dan berkuasa, tentu mereka akan sombong dan lupa diri.

Sebaliknya, kalau mereka senantiasa kalah dan diperintah oleh musuh-musuh mereka, tentu tak ada lagi penopang bagi agama, tidak pula kebenaran menjadi milik suatu bangsa.

Karena itu, di antara hikmah oleh Yang Mahahikmah dan Mahaadil adalah menjadikan mereka suatu ketika menang, dan pada ketika lain harus menderita kalah. Jika mereka dikalahkan, mereka merendahkan diri ke hadapan Tuhan, kembali kepada-Nya, menghinakan diri dan bertaubat kepada-Nya. Dan jika mereka menang, maka mereka menegakkan agama dan syiar-syiarnya, memerintahkan yang baik dan melarang yang mungkar, mereka berjihad melawan musuh serta menolong para kekasih mereka.

Hikmah yang lain adalah, seandainya mereka selalu menang dan berkuasa, tentu mereka disusupi oleh orang-orang yang niatnya bukan untuk agama dan mengikuti Rasul Shallallahu Alaihi wa Sallam, mereka hanya mau bergabung dengan orang-orang yang menang dan berkuasa. Sebaliknya, seandainya orang-orang Mukmin itu senantiasa kalah, maka mungkin tak seorang pun yang mau masuk ke dalam agama mereka. Karena itu, di antara hikmah Allah adalah menjadikan mereka berkuasa suatu saat, dan pada saat yang lain mereka harus diperintah. Dengan demikian akan menjadi jelas perbedaan antara orang-orang yang menginginkan Allah dan Rasul-Nya Shallallahu Alaihi wa Sallam dengan orangorang yang memang tujuannya hanya mencari dunia dan kekuasaan.

Hikmahnya yang lain yaitu bahwasanya Allah mencintai untuk menyempurnakan kehambaan hamba-Nya, baik ketika senang maupun susah, ketika dalam kondisi sentosa maupun penuh bala’, dan baik sedang berkuasa maupun sedang diperintah. Demikianlah karena Allah memiliki penghambaan dari segenap hamba-Nya dalam masing-masing dari dua kondisi itu. Tanpa itu, maka hati tidak akan menjadi lurus, sebagaimana badan tidak akan lurus (sehat) kecuali dengan adanya panas dan dingin, lapar dan dahaga, letih dan lelah serta lawan daripadanya. Maka, berbagai ujian itu merupakan syarat bagi kesempurnaan manusia, syarat bagi kelurusan dirinya. Sehingga kesempurnaan dan kelurusan itu tak akan terjadi, kecuali dengan berbagai ujian itu.

Hikmah lainnya yaitu diujinya mereka dengan kemenangan musuh atas mereka akan menyeleksi secara baik antara orang-orang yang benarbenar setia kepada agamanya dengan mereka yang berpura-pura, di samping hal itu juga akan membersihkan mereka dari dosa-dosa. Demikian sebagaimana yang difirmankan Allah tentang kemenangan orangorang kafir atas kaum Mukminin pada masa perang Uhud. Allah befirman,

لَا تَهِنُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟ وَأَنتُمُ ٱلْأَعْلَوْنَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ.إِن يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ ٱلْقَوْمَ قَرْحٌ مِّثْلُهُۥ ۚ وَتِلْكَ ٱلْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ ٱلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَيَتَّخِذَ مِنكُمْ شُهَدَآءَ ۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ ٱلظَّٰلِمِينَ. وَلِيُمَحِّصَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَيَمْحَقَ ٱلْكَٰفِرِينَ. أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُوا۟ ٱلْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ جَٰهَدُوا۟ مِنكُمْ وَيَعْلَمَ ٱلصَّٰبِرِينَ.وَلَقَدْ كُنتُمْ تَمَنَّوْنَ ٱلْمَوْتَ مِن قَبْلِ أَن تَلْقَوْهُ فَقَدْ رَأَيْتُمُوهُ وَأَنتُمْ تَنظُرُونَ.وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِهِ ٱلرُّسُلُ ۚ أَفَإِي۟ن مَّاتَ أَوْ قُتِلَ ٱنقَلَبْتُمْ عَلَىٰٓ أَعْقَٰبِكُمْ ۚ وَمَن يَنقَلِبْ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ فَلَن يَضُرَّ ٱللَّهَ شَيْـًٔا ۗ وَسَيَجْزِى ٱللَّهُ ٱلشَّٰكِرِينَ

Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada’. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim,Dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar.Sesungguhnya kamu mengharapkan mati (syahid) sebelum kamu menghadapinya; (sekarang) sungguh kamu telah melihatnya dan kamu menyaksikannya. Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (QS. Ali Imran ayat 139-144)

Pada ayat di atas Allah menjelaskan tentang beberapa hikmah kekalahan yang diderita umat Islam oleh orang-orang kafir, di mana sebelumnya Allah meneguhkan dan menguatkan mereka, serta memberi kabar gembira bahwa mereka adalah orang-orang yang paling tinggi derajatnya karena keimanan mereka. Selanjutnya Allah menghibur, jika mereka mendapat luka karena perjuangan mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka hal yang sama juga dirasakan oleh musuh-musuh mereka, karena memusuhi Allah dan Rasul-Nya.

Kemudian dengan hikmah-Nya, Allah mengabarkan bahwa Dia mempergilirkan kekuasaan dan kemenangan di antara manusia, sehingga masing-masing mendapatkan bagiannya, sebagaimana rezki dan ajal yang pasti akan mereka terima.

Selanjutnya Allah memberitakan bahwa Dia melakukan hal itu untuk mengetahui siapa yang beriman di antara mereka, dan Allah mengetahui segala sesuatu sebelum adanya dan setelah adanya sesuatu itu, tetapi Allah hendak memberitahukan hal itu secara realita, sehingga iman mereka tampak pula dalam kenyataan. Lalu Allah mengabarkan bahwa Dia mencintai kesyahidan dari mereka, karena kesyahidan adalah suatu derajat yang tinggi dan mulia di sisi-Nya, yang ia tidak bisa diperoleh kecuali melalui perang di jalan Allah. Dan seandainya bukan karena kemenangan musuh, tentu tak akan ada derajat kesyahidan yang hal itu merupakan sesuatu yang paling Ia cintai dan sesuatu yang paling bermanfaat bagi hamba itu sendiri.

Selanjutnya Allah mengabarkan bahwa Dia hendak membersihkan umat Islam dari dosa-dosa mereka, karena mereka akan bertaubat, kembali kepada-Nya serta memohon ampun atas dosa-dosa mereka, sehingga mereka dikalahkan oleh musuh-musuh mereka. Tetapi meski demikian, Allah tetap berkehendak untuk melenyapkan orang-orang kafir karena kedurhakaan dan tindakan mereka yang melampaui batas, serta karena permusuhan mereka jika mendapatkan kemenangan. Lalu Allah mengingkari persangkaan mereka, bahwa mereka bisa masuk surga tanpa jihad dan kesabaran, dan sungguh hikmah Allah tidak menghendaki yang demikian. Mereka tidak akan masuk surga kecuali dengan jihad dan kesabaran. Seandainya mereka senantiasa menang, maka tak seorang pun berkesempatan untuk berjihad, dan tentu kesabaran mereka tak lagi diuji dengan gangguan musuh-musuh mereka. Demikianlah sebagai dari hikmah kemenangan dan kekuasaan musuh atas mereka.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم