Aqidah

Amalan jika bertepatan dengan waktu atau tempat tertentu, bulan yang mulia atau tempat yang mulia maka nilainya spontan akan naik nilainya.

Dalam sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Iman Bukhari dan Imam Muslim rahimahumallahu ta’ala dalam kedua kitab shahihnya dari sahabat Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu dia berkata:

قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : ( يا معاذ, أ تدرى ما حق الله على عباد ؟ ) قال : الله و رسوله أعلم, قال : ( أن يعبدوه ولا يشركو به شيأ, , أ تدرى ما حقهم عليه ؟) قال : الله و رسوله أعلم, قال : (أن لا يعذبهم) و فى لفظ لمسلم : ( و حق العباد على الله عز و خل أن لا يعذب من لا يشرك به شيأ )

Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda : “wahai Mu’adz, tahukah engkau apa hak Allah atas para hamba-Nya ?” Mu’adz berkata : Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui, Beliau bersabda : (yaitu)“hendaknya mereka beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, (dan) tahukah engkau hak hamba terhadap Allah ?” Mu’adz berkata : Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui, Beliau bersabda : “Dia tidak akan mengadzab mereka”,

Dan dalam lafadz Imam Muslim : “bahwasanya Allah tidak akan mengadzab orang yang tidak menyekutukan-Nya”.

Pintu-pintu Kebaikan

Suatu hari Muadz bin Jabal bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tentang amal perbuatan yang memasukkanku ke surga dan menjauhkanku dari neraka… Sampai pada nasehat Rasulullah ﷺ: Kemudian Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Maukah engkau aku tunjukkan pintu-pintu kebaikan? Puasa adalah perisai, sedekah memadamkan kesalahan sebagaimana air memadamkan api, dan shalat seseorang di tengah malam.” Kemudian Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca firman Allah Azza wa Jalla , “Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, mereka berdoa kepada Rabb-nya dengan rasa takut dan penuh harap, dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Maka, tidak seorang pun mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyenangkan hati sebagai balasan terhadap apa yang mereka kerjakan.” (as-Sajdah/32:16-17) (HR. at-Tirmidzi)”

Berbicara masalah aqidah adalah sesuatu yang sangat penting. Apabila disebut bahasan aqidah maka mencakup keseluruhan amalan hati.

Aqidah (اَلْعَقِيْدَةُ) menurut bahasa Arab (etimologi) berasal dari kata al-‘aqdu (الْعَقْدُ) yang berarti ikatan. Yaitu keyakinan yang kokoh akan sesuatu, tanpa ada keraguan.

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Adzariyat ayat 56:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.

Ibadah kepada Allah ﷻ inilah inti aqidah. Dan ilmu aqidah merupakan ilmu yang paling utama.

Ilmu tentang aqidah merupakan ilmu yang sangat mulia, karena ilmu aqidah membahas tentang dzat Allâh Azza wa Jalla, sifat-sifat-Nya, hak-Nya untuk diibadahi, dan yang berkaitan dengannya. Al-Bazdawi rahimahullah berkata, “Sesungguhnya kemuliaan dan keagungan suatu ilmu tergantung pada apa yang diilmui, dan tidak ada yang lebih besar daripada dzat Allâh Azza wa Jalla dan sifat-sifatNya yang dibahas oleh ilmu (aqidah) ini”. (Kasyful Asrâr, 1/8).

Mencintai Rasulullah ﷺ termasuk bagian dari agama yang paling dasar. Setiap mukmin wajib mencintai Rasulullah ﷺ dibandingkan dengan lainya…

Dalil-dalil dari Al-Qur’an:

▪️Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat At-Taubah ayat 24:

قُلْ إِنْ كَانَ آَبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

“Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.”

Imam Al-Qurthubi menjelaskan bahwa ayat ini adalah dalil atas wajibnya mencintai Allah ﷻ dan Rasul-Nya, dan tidak ada khilaf tentang hal itu antara umat akan hal itu, bahwasanya cinta kepada Allah dan Rasul-Nya harus didahulukan dari perkara yang dicintai.

Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa’id] telah menceritakan kepada kami [Jarir] dari [Abdulmalik bin Umair] dari [Jabir bin Samurah] dari [Nafi’ bin Utbah] berkata: Kami bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam dalam suatu peperangan. Ia berkata: Suatu kaum mendatangi nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam dari maghrib, mereka mengenakan baju wool, mereka menemui beliau didekat suatu bukit. Mereka berdiri sementara Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam duduk. Ia (Nafi’) berkata: Hatiku berkata: Datangilah mereka dan berdirilah diantara mereka dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam agar mereka tidak menyerang beliau lalu aku berkata: Mungkin beliau berbicara lirih dengan mereka. Aku mendatangi mereka lalu aku berdiri diantara mereka dan beliau. Aku menghafal empat kalimat dari beliau, aku menghitungnya dengan tanganku. Beliau bersabda: “Kalian akan memerangi jazirah arab lalu Allah menaklukkannya, setelah itu Persia lalu Allah menaklukkannya, kemudian kalian memerangi Romawi lalu Allah menaklukkannya, selanjutnya kalian memerangi Dajjal lalu Allah menaklukkannya.” Kemudian Nafi’ berkata: Hai Jabir, kami tidak berpendapat Dajjal muncul hingga Romawi ditaklukkan.

📖 Syarah Hadits:

Hadits ini menggambarkan begitu perhatiannya para sahabat terhadap perkataan Nabi ﷺ, daya ingat mereka kuat dan perhatian mereka terhadap Sunnahnya.

Hadits ini sebagain kejadian-kejadian telah terjadi dan sebagainya belum terjadi seperti memerangi Jazirah Arab dan Persia.

Beruntunglah orang yang mendapat hidayah Islam. Hanya orang-orang pilihan Allah yang mendapat hidayah ini. Siapa yang Allah beri petunjuk kepada Islam, tak akan ada yang bisa menyesatkannya. Demikian pula sebaliknya, siapa yang Allah sesatkan dari Islam maka tak seorangpun bisa memberinya petunjuk.

📖 Hadits ke-75:

Ibnu Mas’ud Radhiyallahu’anhu berkata: “Seseorang bertanya: “Ya Rasulullah apakah kami akan dituntut terhadap amal perbuatan kami di masa jahiliyah? Nabi ﷺ menjawab: “Siapa yang berbuat baik di dalam Islam, maka tidak akan dituntut terhadap amal yang dilakukan di masa jahiliyah. Dan siapa yang berbuat dosa dalam Islam, maka akan dituntut amal yang awal hingga yang akhir.”

(Dikeluarkan oleh Bukhari pada Kitab ke-88, Kitab Taubatnya Orang-orang yang Murtad dan bab ke-1, bab dosa orang yang menyekutukan Allah).

📖 Hadits ke-77:

BAB: HUKUM AMAL ORANG KAFIR JIKA MASUK ISLAM

Hakim bin Hizam Radhiyallahu’anhu: “Ya Rasulullah, bagaimana pendapatmu tentang ibadah yang telah aku lakukan di masa jahiliyah seperi sedekah, memerdekakan budak, dan silaturrahmi, apakah mendapat pahala?” Nabi ﷺ menjawab: “Engkau masuk Islam dengan (membawa) amal kebaikan yang telah engkau lakukan.”

(Dikeluarkan oleh Bukhari pada Kitab ke-24, Kitab Zakat dan bab ke-24, bab orang yang bersedekah semasa musyrik kemudian masuk Islam)

🏷 Maksudnya: mendapat pahala dari amal kebaikan yang dilakukan di masa jahiliyah, selama engkau melakukan amal seperti itu sesudah Islam.

Yasir bin Jabir berkata: Angin merah bergejolak di Kufah lalu seseorang datang, ia tidak memiliki kebiasaan lain selain berkata: Wahai Abdullah bin Mas’ud, kiamat telah tiba. Yasir berkata: Ibnu Mas’ud duduk setelah sebelumnya bersandar lalu berkata: Kiamat tidak terjadi hingga harta warisan tidak dibagi dan harta rampasan tidak membuat senang. Setelah itu ia berisyarat dengan tangannya seperti ini, ia menunjuk ke arah Syam lalu berkata: Musuh berkumpul untuk kaum muslimin dan kaum muslimin pun berkumpul untuk (menghadapi) mereka. Aku berkata: Romawi maksudmu? Ia menjawab: Ya, saat perang itu terjadi serangan besar-besaran. Kaum muslimin mengirim sekelompok pasukan agar mati, tidak kembali kecuali dalam keadaan menang. Mereka menyerang hingga malam hari lalu masing-masing dari kedua kubu kembali, masing-masing tidak menang dan sekelompok pasukan itu pun lenyap. Kaum muslimin mengirim sepasukan untuk mati, agar tidak kembali kecuali dalam keadaan menang. Mereka menyerang hingga malam hari lalu masing-masing dari kedua kubu kembali, masing-masing tidak menang dan sekelompok pasukan itu pun lenyap. Kaum muslimin mengirim sepasukan untuk mati, agar tidak kembali kecuali dalam keadaan menang. Mereka menyerang hingga malam hari lalu masing-masing dari kedua kubu kembali, masing-masing tidak menang dan sekelompok pasukan itu pun lenyap. Pada hari keempat, sisa kaum muslimin yang masih ada maju lalu Allah menjadikan kekalahan atas mereka. Mereka membunuh banyak pasukan, mungkin ia berkata: Tidak terlihat sepertinya, atau mengatakan: Tidak terlihat sepertinya (LAM YURAA MITSLUHAA atau LAM YURA MITSLUHAA), hingga burung-burung berterbangan melintasi segala penjuru mereka dan tidaklah melintasi mereka melainkan pasti tersungkur mati. Satu kabilah menghitung, tadinya berjumlah seratus orang tapi mereka hanya menjumpai satu orang saja, lalu harta rampasan perang mana yang bisa membuat senang atau harta peninggalan mana yang bisa dibagikan. Saat mereka seperti itu, mereka tiba-tiba mendengar serangan lebih besar darinya kemudian orang yang berteriak mendatangi mereka bahwa Dajjal telah mengganti mereka dikeluarga mereka lalu mereka membuang yang ada ditangan mereka kemudian pulang, setelah itu mereka mengirim sepuluh tentara berkuda ke depan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Sesungguhnya aku mengetahui nama-nama mereka, nama-nama ayah mereka dan warna kuda mereka. Mereka adalah tentara berkuda terbaik di muka bumi saat itu atau diantara tentara berkuda yang terbaik di atas bumi saat itu.” 

Telah menceritakan kepada kami Abdulmalik bin Syu’aib bin Al Laits telah menceritakan kepadaku Abdullah bin Wahab telah mengkhabarkan kepadaku Al Laits bin Sa’ad telah menceritakan kepadaku Musa bin Ali dar ayahnya berkata: Al Mustaurid Al Qurasy berkata didekat Amru bin Al Ash: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Kiamat terjadi dan Romawi adalah manusia yang paling banyak.” Amru berkata: Perhatikan ucapanmu. Ia berkata: Aku mengatakan yang aku dengar dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam. Ia berkata: Bila kau katakan demikian, pada diri mereka terdapat empat hal; mereka adalah orang-orang yang paling sabar saat terjadi fitnah, paling cepat miskin saat terjadi musibah, paling cepat menyerang setelah mundur, dan yang terbaik dari mereka terhadap orang miskin, anak yatim dan orang lemah. Yang kelima adalah yang menawan dan cantik serta paling tahan terhadap kelaliman para raja.

📝 Syarah Hadits:

Beliau Al Mustaurid Al Qurasy Radhiyallahu’anhu tatkala mendengar hadits ini masih kecil, setelah dewasa beliau meriwayatkan hadits ini dan memahami apa yang disampaikan. Meninggal pada 45H.

Sahabat Nabi adalah siapa saja yang berjumpa dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan Islam dan mati dalam keadaan Islam. Meskipun sebelumnya murtad seperti al-‘Asyats bin Qais, ‘Amru bin Ma’dikarib dan selainnya.

Sedangkan Amru bin Al Ash Radhiyallahu’anhu terkenal dengan cendekiawan Arab karena kecerdasannya. Meninggal pada 43H.

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami Ya’qub bin Abdurrahman Al Qari` dari Suhail dari ayahnya dari Abu Hurairah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Kiamat tidak terjadi hingga Furat mengumpulkan emas dari gunung, orang-orang berperang karenanya. Setiap seratus orang, sembilanpuluh sembilan diantaranya terbunuh dan setiap orang diantara mereka berkata: Siapa tahu akulah orang yang selamat.” Telah menceritakan kepadaku Umaiyah bin Bistham telah menceritakan kepada kami Yazid bin Zurai’ telah menceritakan kepada kami Rauh dari Suhail dengan sanad ini dengan matan serupa. Ayahku berkata: Bila kau melihatnya, jangan mendekat.

Telah menceritakan kepada kami Abu Mas’ud Sahl bin Utsman telah menceritakan kepada kami Uqbah bin Khalid As Sakuni dari Ubaidullah dari Khubaib bin Abdurrahman dari Hafsh bin Ashim dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Hampir saja Furat mengumpulkan harta simpanan dari emas, barangsiapa menghadirinya, jangan mengambil apa pun.”

💡 Iman kepada surga dan neraka mencakup tiga hal:
1. Keduanya benar-benar adanya tanpa keraguan.
2. Surga dan neraka keduanya adalah makhluk yang diciptakan.
3. Surga dan neraka Allâh ﷻ jadikan kekal dan tidak fana.

Imam Hafizh bin Ahmad bin Ali Al-Hakami Rahimahullah (w. 1377 H) berkata dalam manzhumah-nya Ma’aariju Al-Qabul:

Neraka dan Surga adalah benar adanya, keduanya telah ada saat ini dan keduanya tidak fana

Keduanya kekal dan abadi karena Allah yang membuat keduanya kekal
Keduanya tidak akan rusak selamanya, dan tidak pula fana penduduk keduanya

Pertama : Surga dan Neraka benar adanya tanpa ada keraguan.

Surga hanya diperuntukkan bagi seorang muslim yang beriman dan beramal shaleh. Neraka diperuntukkan untuk orang kafir, munafiq, atheis dan yang semisal mereka, serta ahli maksiat, orang yang sombong, kasar lagi keras permusuhannya.

Dalil-dalil yang menujukkan adanya surga sangat banyak didalam Al-Quran dan As-Sunnah yang shahih, serta kesepakatan para ulama As-Salafu As-Shaleh dari zaman ke zaman. Allâh ﷻ berfirman:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ وَالَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

21. Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.

الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ فِرَاشًا وَّالسَّمَاۤءَ بِنَاۤءً ۖوَّاَنْزَلَ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً فَاَخْرَجَ بِهٖ مِنَ الثَّمَرٰتِ رِزْقًا لَّكُمْ ۚ فَلَا تَجْعَلُوْا لِلّٰهِ اَنْدَادًا وَّاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

22. (Dialah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia hasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Karena itu janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 21-22)

وَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِيْٓ اُعِدَّتْ لِلْكٰفِرِيْنَ ۚ

“Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir”. (QS. Ali ‘Imran: 131)

Allâh ﷻ berfirman اُعِدَّتْ لِلْكٰفِرِيْنَ (Disediakan untuk orang-orang kafir) merupakan dalil bahwa neraka sudah ada, ini merupakan Fi’il Madhi (Bahasa Arab: فعل ماضي) adalah kata kerja yang menunjukkan peristiwa di masa lalu.

Kata اُعِدَّتْ merupakan bina majhul (telah disediakan) yang maknanya telah ada. Demikian juga untuk surga dengan makna yang sama, pada kata اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَۙ. Lihat ayat berikutnya:

۞ وَسَارِعُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَۙ

133. Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa,

Dari ‘Ubadah bin Shamit Radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: “Siapa saja yang bersaksi bahwa tiada ilaah yang berhak diibadahi kecuali Allah, tiada sekutu bagi-Nya, dan dia bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, Isa puta Maryam adalah hamba dan utusa-Nya, kalimat dan ruh-Nya yang di berikan kepada Maryam, surga itu benar (haq), neraka itu benar adanya, maka Allah akan masukkan dia ke surga-Nya dengan amal apa saja yang dia punya”.

Dalam riwayat lain ada tambahan: “Dari pintu surga yang delapan sesuai yang dia kehendaki”. (HR. Bukhari (no. 3435).

Kedua: Meyakini bahwa Surga dan Neraka telah diciptakan oleh Allâh ﷻ

Dari Sahabat ‘Imran bun Husain Radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: “Maka aku melihat kedalam surga dan kebanyakan penghuninya para fuqara (fakir maskin), dan aku melihat ke neraka dan kebanyakan penghuninya adalah para wanita”. (HR. Bukhari (no. 3241).

Bagian Kelima: Muamalat | Bab 1 – Jihad | Bagian 1

Definisi Jihad (Pengertian Jihad)

▪️ Jihad secara bahasa berarti mengerahkan dan mencurahkan segala kemampuannya baik berupa perkataan maupun perbuatan.

▪️ Secara istilah syari’ah berarti mengerahkan dan mencurahkan segala kemampuan kaum muslimin untuk memperjuangkan melawan orang-orang yang dzalim, murtad maupun pemberontak dan selain mereka untuk menegakan Islam demi mencapai ridha Allâh ﷻ.

Bab ini terdiri atas sebelas materi:

Materi Pertama: Hukum, Macam, dan Hikmah Jihad

1. Hukum Jihad

Jihad khusus, yaitu perang melawan kaum kafir dan kaum yang memerangi umat Islam, hukumnya fardhu kifayah. Apabila sebagian kaum Muslimin sudah melakukannya maka kewajiban sebagian yang lain gugur. Ini berdasarkan firman Allâh ﷻ,

۞ وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُوْنَ لِيَنْفِرُوْا كَاۤفَّةًۗ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَاۤىِٕفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُوْا فِى الدِّيْنِ وَلِيُنْذِرُوْا قَوْمَهُمْ اِذَا رَجَعُوْٓا اِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُوْنَ ࣖ

Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya. (At-
Taubah: 122)

💡 Jihad terbagi menjadi dua, yaitu jihad ath tholab (menyerang) hukumnya fardhu kifayah dan jihad ad daf’u (bertahan) hukumnya fardhu ‘ain.

Hanya saja, bagi orang yang ditunjuk oleh imam maka jihad menjadi fardhu ain baginya, berdasarkan sabda Rasulullah ﷺ, “Dan apabila kalian diminta untuk berangkat maka berangkatlah.” (HR. Al-Bukhari, 3/18, Muslim, Kitab Al-Ijarah, 85, 86, Ibnu Majah, 2773, dan Imam Ahmad, 1/226).

Demikian pula halnya ketika musuh sudah mengepung suatu negeri maka seluruh penduduknya menjadi tertunjuk, termasuk kaum perempuan, untuk melawan musuh.

💡Maka hukum fardhu kifayah berubah menjadi fardhu ‘ain, berlaku pada tiga keadaan:
1. Jika ditunjuk oleh pemimpin.
2. Jika diserang musuh.
3. Jika sudah masuk ke kancah peperangan, maka dilarang untuk melarikan diri.