بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Senin – Kitab Ad Daa’ wa Ad Dawaa’
Karya: Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah Rahimahullah
Syarh oleh: Syeikh Dr. Abdurrazzaq Al-Badr Hafidzahullah
Bersama: Ustadz Abu Hazim Syamsuril Wa’di, SH, M.Pd, Ph.D Hafidzahullah
Pertemuan: 5 Muharram 1447 / 30 Juni 2025



Bab – Mabuk Asmara (Al-‘Isyq)

E. Kesempurnaan Kelezatan dan Kegembiraan Mengikuti Dua Perkara

  • Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah Rahimahullah berkata:

Pada pembahasan ini terdapat hal penting yang seharusnya diperhatikan orang yang berakal, yaitu sempurnanya kelezatan, kegembiraan, kesenangan, kenikmatan hati, dan keceriaan ruh mengikuti dua perkara:

  1. Kesempurnaan dan keindahan dzat yang dicintai, yakni kecintaan kepadanya lebih diutamakan dibandingkan terhadap selainnya.
  2. Kesempurnaan cinta kepadanya, berupaya keras mencintainya, dan mengutamakan kedekatan dengannya di atas segala sesuatu.

Setiap orang yang berakal mengetahui bahwa kelezatan memperoleh sesuatu yang dicintai sangat bergantung pada seberapa besar kekuatan cinta itu sendiri. Semakin besar kekuatan cinta maka kelezatan cinta juga semakin sempurna. Seperti halnya kelezatan orang yang mendapatkan air segar setelah dahaga yang sangat, kelezatan orang yang mendapatkan makanan yang enak setelah kelaparan yang sangat, dan semisalnya, semua itu sesuai dengan kadar kerinduan serta kekuatan kehendak dan cinta.

  • Syarah: Syeikh Dr. Abdurrazzaq Al-Badr Hafidzahullah

Bahwasanya dalam bab ini walaupun seseorang bahagia dengan kelezatan dunia, ini tidaklah sempurna untuk hal-hal yang mubah dan jika hal-hal yang haram, maka setelahnya akan merasa sakit dan berkonsekuensi azab di dunia dan di akhirat.

Kalau orang ingin bahagia mendapatkan kelezatan sempurna seperti yang dijelaskan Ibnul Qayyim rahimahullah adalah tingkat kecintaan dan kesempurnaan Dzat yang dicintai, seperti tingkat lapar yang tinggi kemudian mendapatkan makanan yang lezat, maka tingkat kelezatannya akan sempurna. Sama halnya orang yang butuh pakaian dan dia menemukan pakaian yang diinginkannya berbeda tingkat kelezatannya dibanding dengan orang yang tidak membutuhkan pakaian.

  • Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah Rahimahullah berkata:

Apabila hal ini diketahui, maka kelezatan, kegembiraan dan kesenangan adalah hal yang dicari. Bahkan, hal itu menjadi tujuan setiap yang hidup dan berakal. Jika kelezatan itu pada dasarnya yang dicari, maka menjadi tercelalah kelezatan tersebut, jika kemudian menyebabkan kepedihan yang lebih besar, atau menyebabkan terhalangnya kelezatan yang jauh lebih baik dan sempurna.

Maka bagaimana pula jika kelezatan tersebut menyebabkan penyesalan yang amat sangat, berikut menghilangkan kelezatan dan kegembiraan yang paling besar?

Kelezatan tersebut terpuji apabila membantu diperolehnya kelezatan yang agung dan abadi, tidak ada kekurangan dan kekeruhan di dalamnya, itulah kelezatan akhirat, kenikmatannya dan keindahan hidup di dalamnya.

  • Syarah: Syeikh Dr. Abdurrazzaq Al-Badr Hafidzahullah

Setiap orang menginginkan kesenangan dan bahagia, tetapi tidak semua orang melihat efek dari kesenangan dan kebahagiaan. Mereka hanya melihat sebatas hidungnya saja.

Dia akan tercela jika menghasilkan penyesalan. Tidak dicela kesenangan itu, tetapi yang dicela pelakunya. Ada yang mencari kesenangan dengan berzina dan ada yang mencarinya dengan menikah. Yang tercela adalah akibat dari kesenangan yang didapat, yaitu penyakit atau rasa malu.

Pada kelezatan perbuatan hal yang mubah, juga akan menambah penyakit pada hati seperti shalat. Tidak merasakan nikmatnya shalat, jika imam membaca sedikit panjang hati kita sudah berontak dan merasa tersiksa.

Rasulullaah shalallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَا بِلَالُ ! أَرِحْنـــَا بِالصَّلَاة

“Wahai Bilal, istirahatkanlah kami dengan salat” (HR. Ahmad no. 23088 dan Abu Dawud no. 4985. Dinilai sahih oleh Syekh Al-Albani dalam Shahih Al Jami’ no. 7892).

Jika kelezatan yang didapatkan merupakan kelezatan yang lebih besar dan kekal, itulah yang dipuji. Itulah kelezatan akhirat.

  • Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah Rahimahullah berkata:

Allah ﷻ berfirman:

بَلْ تُؤْثِرُونَ ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَا. وَٱلْءَاخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰٓ

“Tetapi kamu (orang-orang) kafir memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Al-A’laa: 16-17)

Tukang-tukang sihir berkata kepada Fir’aun tatkala mereka beriman:

فَٱقْضِ مَآ أَنتَ قَاضٍ ۖ إِنَّمَا تَقْضِى هَٰذِهِ ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَآ. إِنَّآ ءَامَنَّا بِرَبِّنَا لِيَغْفِرَ لَنَا خَطَٰيَٰنَا وَمَآ أَكْرَهْتَنَا عَلَيْهِ مِنَ ٱلسِّحْرِ ۗ وَٱللَّهُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰٓ

“.. maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu hanya akan dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini saja. Sesungguhnya kami telah beriman kepada Rabb kami, agar Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang telah kami paksakan kepada kami melakukannya. Dan Allah lebih baik (pahala-Nya, dan lebih kekal (adzab-Nya).” (QS. Thaaha: 72-73)

Allah ﷻ menciptakan makhluk agar mereka mendapatkan kelezatan yang abadi dalam negeri yang kekal. Adapun kelezatan dunia akan terputus, tidak murni dan tidak pula kekal. Berbeda dengan akhirat yang kelezatannya kekal dan kenikmatannya bersih dari setiap kotoran serta kepedihan. Di dalamnya terdapat perkara-perkara abadi yang disenangi oleh jiwa dan dinikmati oleh mata. Tidaklah jiwa itu mengetahui apa yang Allah ﷻ sembunyikan kepada para hamba-Nya di dalamnya sebagai penyejuk mata.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم