Tag Archives: ammi nur baits

Induk dari semua keyakinan adalah rukun iman, maka yang lainnya adalah turunannya. Berikut beberapa catatan tentang Takdir:

1. Pertama, Iman kepada Takdir mendapatkan perhatian khusus dalam syariat sebagaimana diisyaratkan dalam hadis Jibril, dimana ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam ditanya tentang rukun iman beliau memisahkan iman kepada Taqdir dari 5 rukun iman sebelumnya.

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, Engkau beriman kepada Allah, para Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasulNya, dan hari akhir. Serta engkau beriman kepada taqdir, yang baik maupun yang buruk. (HR. Muslim)

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam memisahkan iman kepada taqdir sebagai bentuk penekanan. Karena potensi penyimpangan terkait iman dalam masalah taqdir sangat besar.

2. Kedua, Kelompok sesat di tengah umat islam Secara umum, kelompok sesat di tengah kaum muslimin ada 2 latar belakang.

[a] Karena latar belakang politik: seperti khawarij (Sudah ada sejak zaman Utsman, Ali – krn mengkafirkan kaum muslimin. Muawiyah & Aisyah tidak disebut khawarij). Bahkan bibitnya sudah ada di zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, yaitu Dzul Huwaishirah yang menuduh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam tidak adil dengan perkataanya :

فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ اعْدِلْ

“Wahai Rasulullah berlaku adillah”

Lalu beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menyebutkan tentang Dzul Huwaishirah, Akan muncul dari keturunan orang ini sekelompok manusia yang yang membaca al-Quran namun tidak melewati ujung lehernya. Mereka melesat dari agama, sebagaimana anak panah melesat dari sasarannya. Mereka membunuh kaum muslimin dan membiarkan penyembah berhala. (HR. Bukhari)

[b] Karena latar belakang pemikiran Seperti Qadariyah, Jabariyah, Jahmiyah, Mu’tazilah, Maturidiyah, Kullabiyah, Karramiyah, dan yang lainnya.

Rasulullah ﷺ mengingatkan kita: “Ketahuilah bahwa di dalam badan manusia terdapat segumpal darah. Apabila baik maka baiklah keseluruhan segala perbuatannya dan apabila buruk maka buruklah keseluruhan tingkah lakunya. Ketahuilah bahwa ia adalah hati”.

Ungkapan Rasulullah ﷺ di atas menunjukkan bahwa ‘hati’ merupakan asas yang sangat penting dan tersembunyi dalam diri setiap manusia. la memiliki peran yang vital dalam keseharian manusia. Kebaikan atau pun keburukan manusia bersumber dari hati. Hati merupakan pengarah bagi semua komponen indrawi yang ada pada diri manusia. Andai hatinya buruk dan busuk, maka segala perbuatannya akan jahat dan keji, senantiasa cenderung ke arah maksiat mengikut kehendak hati dan hawa nafsu, dan mengabaikan akal sehatnya.

Dalam hadits qudsi, Allah Ta’ala berfirman,

يَا عِبَادِى لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِى مُلْكِى شَيْئًا يَا عِبَادِى لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِى شَيْئًا

“Wahai hamba-Ku, kalau orang-orang terdahulu dan yang terakhir di antara kalian, sekalian manusia dan jin, mereka itu bertaqwa seperti orang yang paling bertaqwa di antara kalian, tidak akan menambah kekuasaan-Ku sedikit pun. Jika orang-orang yang terdahulu dan yang terakhir di antara kalian, sekalian manusia dan jin, mereka itu berhati jahat seperti orang yang paling jahat di antara kalian, tidak akan mengurangi kekuasaan-Ku sedikit pun juga.” (HR. Muslim no. 2577)

Dalam hadits ini Allâh ﷻ menyebut taqwa ada di dalam hati. Hati ibarat seorang raja bagi seluruh rakyatnya. Tidak ada yang bisa menolak perintah raja. Jika hatinya baik maka akan memerintahkan kebaikan, begitu pula sebaliknya.

Dan Allah sendiri menegaskan yang paling mulia adalah yang paling bertakwa. Ayat yang patut jadi renungan ini adalah firman Allah Ta’ala,

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu.” (QS. Al Hujurat: 13)

Di zaman sekarang, mungkin ada seseorang yang ibadahnya lebih banyak kuantitasnya daripada ibadah para sahabat,akan tetapi dari sisi hati, tidak ada yang mampu menandingi.

Ibu adalah sebuah Madrasah. Ia menjadi sekolah pertama bagi anak-anaknya, Maka jika ibu menyiapkan dengan maksimal maka akan ada output yang berguna bagi masyarakat.

Bahkan do’a para ibadurrahman diabadikan Allâh ﷻ dalam surah Al-Furqan ayat 74.

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

“Wahai Tuhan kami, jadikanlah istri-istri dan anak-anak kami orang-orang yang shalih. Jadikanlah anak keturunan kami suri teladan bagi orang-orang yang shalih.”

Para hamba Allah yang Maha Pengasih (ibadurrahman) mereka memiliki karakteristik yang kuat dalam menentukan visi, tidak hanya untuk diri sendiri, melainkan juga untuk keluarga terdekatnya seperti para istri dan anak.

Sehingga Rasulullah ﷺ memberikan guide agar mencari bibit unggul sebelum menikah: Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ: لِمَـالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِيْنِهَا، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّيْنِ تَرِبَتْ يَدَاكَ.

“Wanita dinikahi karena empat perkara; karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya; maka pilihlah wanita yang taat beragama, niscaya engkau beruntung.” [HR. Al-Bukhari (no. 5090) kitab an-Nikaah, Muslim (no. 1466) kitab ar-Radhaa’ ]

💡 Wanita adalah pemimpin di rumah suaminya, karena lelaki punya karakter kerja di luar.

Rasulullah ﷺ bersabda,

وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا

“Dan seorang wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya.” (HR Al Bukhari )

Karena seorang wanita tidak boleh keluar rumah kecuali dengan izin dari suaminya. Dan semuanya akan dimintai pertanggungjawaban.

Rasulullah ﷺ bersabda,

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin bertanggung jawab atas kepemimpinannya.” (HR Al Bukhari dan Muslim)

  • 1
  • 2