ʙɪꜱᴍɪʟʟᴀʜ
Kajian Kitab Masail Jahiliyah (Perkara-perkara Jahiliyah)
Karya: Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Pemateri: Ustadz Isnan Efendi, Lc. MA. 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Pertemuan 40: 1 Jumadil Akhir 1447 / 22 November 2025
Telah berlalu, pembahasan beberapa poin dalam Masail Jahiliyah. 51 Masail sebelumnya dapat disimak di link archive berikut ini: https://tinyurl.com/2p9sra27
Masalah Ke–52: Mereka Meniadakan Hikmah Allah ﷻ
Mencela Hikmah
📃 Penjelasan:
Allah ﷻ memiliki nama Al-Hakim dan darinya Allah mensifati diri-Nya dengan hikmah dan bahwa Dia Maha Bijaksana. Hikmah adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya. Hakim yaitu orang yang menempatkan segala sesuatu pada tempatnya yang sesuai dengannya.
Allah telah mensifati diri-Nya dengan sifat hikmah dan bahwa diri-Nya Hakim, yaitu yang memiliki hikmah yang tinggi.
Dalam surat Az Zariyat ayat 56 berbunyi,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.
Ayat ini menjelaskan tujuan utama penciptaan jin dan manusia adalah untuk beribadah, mengabdi, dan taat hanya kepada Allah ﷻ.
Maka, semua penciptaan dibangun di atas hikmah, tidak ada sesuatupun yang Allah ciptakan melainkan dengan hikmah. Tidaklah Allah menciptakan sesuatu dengan sia-sia. Menciptakan langit ada hikmahnya, menciptakan bumi ada hikmahnya, menciptakan pepohonan ada hikmahnya, menciptakan lautan dan kehidupan ada hikmahnya, menciptakan gunung-gunung ada hikmahnya, menciptakan alam jin, manusia, hewan dan binatang semuanya Allah ciptakan dengan tujuan hikmah.
Dan tidak ada kewajiban bagi kita selaku makhluk-Nya untuk mencari hikmah dari setiap syariát yang dibebankan kepada hamba-hamba-Nya. Tugas kita hanya tunduk dan taat (sami’na wa atha’na) terhadap dzahir dari nash-nash yang ada. Adapun dalam prosesnya kita mendapatkan hikmah, walhamdulillah, tetapi menyengaja mencari hikmah sebelum melaksanakan ibadah tertentu, ini dilarang.
Manusia Diberi Hikmah
Manusia sebagai makhluk yang sempurna juga Allah ﷻ karuniakan hikmah berupa: إصابة الحق بالعقل والعلم, mencapai kebenaran dengan akal dan ilmu.
Allah Ta’ala berfirman,
وَلَقَدْ آَتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. Luqman: 12)
Maka, Lukman dengan akal dan ilmunya, mampu menerima kebenaran dan menjelaskannya.
Kaidah mengatakan:
الشَّريعةُ بالجَمْعِ بين المُتمَاثِلاتِ، والتَّفريقِ بَيْنَ المُختلِفاتِ
Syariah didasarkan pada penggabungan hal-hal yang serupa dan membedakan antara hal-hal yang berbeda.
Dan orang-orang yang menyelisihi hikmah Allah ﷻ merubah kaidah ini menjadi kebalikannya: menggabungkan hal-hal yang berbeda dan membedakan hal-hal yang sama.
Maka pelaku eLGeBeTe jelas menyalahi aturan syari’at yang ada. Atau penyetaraan gender bagi Wanita, maka seseorang harus mengikuti qudratNya. Kalau berlawanan dengan qudratNya maka berarti meniadakan Hikmah Allah ﷻ.
Seperti halnya umat Yahudi yang menyatakan tangan Allah terbelenggu, yang hal ini berarti menyamakan antara khalik dengan makhluk-Nya. Sikap mereka menyalahi kaidah umum dengan menggabungkan hal-hal yang berbeda karena Allah ﷻ tidaklah sama dengan makhluk.
Contoh lain, Syiah membedakan antara sahabat satu dengan lain dan ahlul bait dengan non ahlul bait, padahal sahabat semuanya sama, adil dan tepercaya. Tetapi Syiah menyamakan sesuatu hal yang berbeda. Tentu ini menyalahi kaidah, akibatnya menyimpang.
Kemudian, nash-nash (baik berupa janji Al-Wa’du (الْوَعْدُ) atau ancaman Wa’iid (الْوَعِيْدُ)) semuanya berasal dari Allah ﷻ maka keduanya dikumpulkan karena asalnya sama, tetapi kelompok Khawarij dan Mu’tazilah (Madzhab Wa’idiyyah) membedakan antara keduanya meskipun sumbernya sama, yaitu mengambil nash yang berupa ancaman dan menepikan nash berupa janji maka berakibat terjadilah penyimpangan. Seperti mengkafirkan pelaku dosa-dosa besar.
Sebaliknya kelompok Murji’ah hanya mengambil nash-nash janji dan menepikan yang ancaman, akibatnya timbul penyimpangan, semua pelaku dosa-dosa menjadi ringan, menangguhkan hukuman pelaku dosa besar.
Maka, sesuai dengan hikmah Allah ﷻ, segala sesuatu harus sejalan dengan dalil, jika tidak sejalan maka itu bukan hikmah. Karena hikmah adalah kebenaran hakiki dari Rabb yang diambil dari akal dan ilmu (syariát).
******
Jika anda mentadabburi kesempurnaan makhluk-makhluk dan prilakunya maka anda akan tahu hikmah Allah, dan bahwa penciptanya sangat bijaksana memiliki hikmah yang agung:
أَعْطَى كُلَّ شَيْءٍ خَلْقَهُ ثُمَّ هَدَى
“(Allah ) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk penciptaanya, kemudian memberinya petunjuk”. ( QS. Thaha : 50 ).
Allah ﷻ berfirman :
وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاءَ وَالْأَرض وَمَا بَيْنَهُمَا بَاطِلاً ذَلِكَ ظَنُّ الَّذِينَ كَفَرُوا فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ كَفَرُوا مِنَ النَّارِ
“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk nerak”. (QS. Shad : 27 ).
Allah juga berfirman membantah orang yang mengingkari hari kebangkitan :
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثاً وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لا تُرْجَعُونَ
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara sia-sia (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?”. (QS. al-mukminun : 115 ).
أَيَحْسَبُ الْأِنْسَانُ أَنْ يُتْرَكَ سُدىً
“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?”. ( QS. al-Qiyamah : 36 ).
Yakni apakah manusia diperintah dan dilarang kemudian tidak dibalas !?
Kaum jahiliyah mengingkari hikmah Allah dalam penciptaa-Nya dan perintah-Nya. Asy’ariyah dan Mu’tazilah meniadakan hikmah dalam perbuatan Allah ﷻ. Asy’ariyah mengatakan bahwa Allah tidak berbuat dengan tujuan hikmah, akan tetapi berbuat semata-mata kehendak-Nya, karena hikmah maknanya yaitu melakukan sesuatu untuk kebutuhan tertentu, sedangkan Allah disucikan dari kebutuhan. Karena hikmah berpengaruh pada-Nya maka penciptaan mereka untuk sebab ini, dan Allah berbuat sesuai kehendak-Nya bukan karena hikmah.
Maka mereka meniadakan hikmah dari perbuatan Allah dalam syariat-Nya sebagai bentuk pensucian dari kebutuhan – menurut pandangan mereka -. Oleh karena itu mereka mengatakan bahwa Allah bisa saja menyuruh untuk melakukan kekufura, kefasikan dan kemaksiatan serta melarang dari ketaatan, dari shalat, dari silaturahim, dan berbuat baik, karna Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya.
Maka kita katakan kepada mereka : Benar, Allah melakukan apa yang Dia kehendaki, akan tetapi tidaklah melalukannya melainkan dengan tujuan hikmah.
Mereka mengatakan: Allah bisa memasukkan orang kafir ke surga, dan memasukkan orang mukmin ke neraka, karena perkara ini kembali kepada-Nya tidak dipengaruhi sebab-sebab.
Maka kita katakan : Perkataan ini batil, tidak sesuai dengan hikmah Allah ﷻ. Allah ﷻ telah berfiman :
أَمْ نَجْعَلُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَالْمُفْسِدِينَ فِي الْأَرْضِ أَمْ نَجْعَلُ الْمُتَّقِينَ كَالْفُجَّارِ
“Patutkah Kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Patutkah (pula) Kami menganggap orang-orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang berbuat maksiat?”. (QS. Shad : 28 ).
أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ اجْتَرَحُوا السَّيِّئَاتِ أَنْ نَجْعَلَهُمْ كَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَوَاءً مَحْيَاهُمْ وَمَمَاتُهُمْ سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ
“Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? Amat buruklah apa yang mereka sangka itu “. (QS. al- Jatsiyah : 21 ).
Orang yang mengatakan perkataan ini telah mensifati Allah dengan keburukan dan kedustaan. Maha Tinggi Allah dari hal demikian. Inilah madzhab kaum Jahiliyah dan para pengingkar hikmah dari kalangan Asy’ariyah dan sejenisnya, kita memohon keselamatan dari Allah ﷻ.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم

