ʙɪꜱᴍɪʟʟᴀʜ

Kajian Kitab Masail Jahiliyah
(Perkara-perkara Jahiliyah)
Karya: Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Pemateri: Ustadz Isnan Efendi, Lc. MA. 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Pertemuan 32: 14 Rabi’ul Awal 1447 / 6 September 2025



Telah berlalu, pembahasan beberapa poin dalam Masail Jahiliyah. 40 Masail sebelumnya dapat disimak di link archive berikut ini: https://tinyurl.com/2p9sra27

Masalah Ke – 41: Menyifati Allah Dengan Sifat Yang Kurang

Menisbatkan kekurangan kepada Allah ﷻ seperti beranak, butuh dan capek. Padahal mereka memsucikan pendeta mereka dari sifat seperti itu.

📃 Penjelasan:

Seperti diketahui bahwa Allah ﷻ memiliki nama-namaNya yang khusna, al-khusna yaitu puncak kesempurnaan dan keindahan yang tidak ada lagi kekurangan. Kesempurnaan yang menyeluruh – syamil kamil mutakammil.

Seperti Dzat Allah ﷻ yang memiliki nama Ar-Rahman, maka dalam Dzat-Nya memiliki sifat rahmat yang memiliki puncak kesempurnaan, melebihi rahmat apapun selain-Nya. Dalam hadits disebut melebihi kasih sayang seorang ibu yang ditinggal anaknya, kemudian bertemu dengannya.

Lafadz dalam Ar-Rahman tidak hanya memiliki sifat rahmat saja, tetapi juga memiliki kesempurnaan sifat lainya yaitu hidup, memberi rezeki, memberi ampunan, dan sifat lain yang merupakan kesempurnaan namanya.

Berbeda dengan manusia, seperti seseorang yang memiliki nama Muhammad, tentu bukan nama yang sempurna karena banyak sifat buruk lainya yang ada pada dirinya.

Inilah makna Al-Husna yang terkait dengan dzilalatul alfadz (kandungan lafadz) yaitu, penunjukan atau makna yang terkandung di dalam suatu lafadz.

Bahasan ini ada dalam kitab Ushul, yang disebut ada tiga dan inilah makna nama-nama Allah ﷻ Al-Husna:

  1. Dzilaltu al-Mutabaqah: kandungan makna yang menunjukkan keseluruhan alfadz (sesuatu yang disebut atau dinamakan), seperti rumah maka termasuk didalam maknanya ada kamar, dapur, toilet dan lainnya.
  2. Dzilalatu at-Tadhammun: makna yang dikandung dalam suatu lafadz yang menunjukkan sebagian yang disebutkan. Seperti jendela, menyebut bagian dari rumah. Yaitu sebagian saja bagian dari rumah.
  3. Dzilalatul Iltizam: penunjukan atau kandungan lafadz di luar makna yang ditunjukkan. Seperti sifat indah, kotor, asri yang merupakan bagian dari sifat rumah yang dibahas.

Nama-nama terdiri dari lafadz, yaitu suatu kata yang terdiri dari huruf-huruf yang bermakna.

Contoh nama Allah ﷻ Al-Ghafur (berdasarkan dalil-dalil yang syari), maka dilihat dari dzilalatul alfadz. Ditinjau dari:
1. Dzilaltu al-Mutabaqah: maka sifat-sifat Allah ﷻ yang lain akan masuk seperti Ar-Rahman, alkhalik, asyahid dan lainnya. Terkandung sifat ghufron.
2. Dzilalatu at-Tadhammun: meskipun menunjukkan hanya satu sifat saja, tetapi bermakna lainnya seperti Nama Al-Ghafur menunjukkan Allah ﷻ memiliki sifat ghufron (ampunan) maka ini hanya menyebut sebagian saja.
3. Dzilalatul Iltizam: jika menyebut Al-Ghafur maka otomatis akan menyebut Allah ﷻ.

Maka, ketika menyebut sifat Al-Ghafur memiliki sifat ghofur, ketika dimasukkan nama lain seperti al-Kalam banyak yang tidak menerima. Dan aturan dalam menggunakan Dzilalatul Iltizam harus menggunakan dalil.

Sebagian kelompok tidak menerimanya, meskipun ini adalah dalil akal. Dengan alasan itu sifat baru, padahal Allah ﷻ qadim, semua sudah ada sejak lama.

Dengan memahami nama-nama Allah ﷻ yang Husna maka akan terhindar dari mensifati kekurangan nama-nama Allah ﷻ.

Walillahil asmaul husna (Surat Al-A’raf ayat 180) “Hanya milik Allah asmaul husna (nama-nama yang terbaik)“.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم