بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian Kitab: 𝕀𝕘𝕙𝕠𝕥𝕤𝕒𝕥𝕦𝕝 𝕃𝕒𝕙𝕗𝕒𝕟 𝕄𝕚𝕟 𝕄𝕒𝕤𝕙𝕠𝕪𝕚𝕕𝕚𝕤𝕪 𝕊𝕪𝕒𝕚𝕥𝕙𝕒𝕟
(Penolong Orang yang Terjepit – Dari Perangkap Syaitan)
Karya: Ibnul Qayyim al-Jauziyah 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱.
Pemateri: Ustadz Isnan Efendi, Lc. MA. 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Pertemuan: 30 Jumadil Awwal 1447 / 21 November 2025
Telah berlalu pembahasan mengenai sebelas prinsip atau kaidah yang bermanfaat bagi hidup seorang mukmin agar mendapatkan Maqam Al-adzim Kemudian dilanjutkan dengan hakikat Mahabatullah (Kecintaan Allah ﷻ) dan Mahabbaturrasul (Kecintaan Kepada Rasulullah ﷺ) yang harus seorang hamba lebih cintai dari pada dirinya sendiri dan makhluk yang lain.
Kemudian Syaikhul Islam menjelaskan pengaruh mahabatullah dengan jiwa seseorang.
Dan kenikmatan terbesar di dunia adalah tatkala memperoleh kenikmatan dalam beribadah kepada-Nya atas dasar mahabatullah yaitu tatkala beribadah dengan ikhlas dan ittibâ.
Inilah contoh kebahagiaan para ulama salaf, mereka berkata,
لَوْ يَعْلَمُ المُلُوْكُ وَأَبْنَاءُ المُلُوْكِ مَا نَحْنُ فِيْهِ لَجَلِدُوْنَا عَلَيْهِ بِالسُّيُوْفِ
“Seandainya para raja dan pangeran itu mengetahui kenikmatan yang ada di hati kami ini, tentu mereka akan menyiksa kami dengan pedang (untuk merebutnya).” [Rawai’ut Tafsir Ibnu Rajab 2/134].
Mereka merasakan kenikmatan beribadah, kenikmatan bermunajat kepada Allah Ta’ala, kenikmatan mengadu kepada-Nya. Kenikmatan membaca Al-Quran, bergembira dengan janji Allah ketika membaca ayat tentang surga dan kenikmatan dunia-akhirat. Keimanan dan rasa takwa bertambah ketika melewati bacaan ayat-ayat ancaman Allah.
Demikianlan beribadah itu lezat bagi mereka yang mendapat taufik dari Allah.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, Mahabatullah akan menghalangi seseorang untuk melakukan dosa, hal ini karena dua hal:
- Sibuknya hati karena ada sesuatu yang lebih ia cintai daripadanya.
- Karena adanya penghalang diantara dia dan sesuatu yang dicintainya, terkadang karena takut kehilangan sesuatu yang lebih ia cintai daripadanya.
Ada dua jenis hati manusia dikaitkan dengan mahabatullah:
- Orang yang hatinya sudah penuh dengan mahabatullah yaitu keadaan orang yang telah menikmati manis dan hakikatnya iman. Hatinya benar-benar menikmati sehingga tak perlu lagi melakukan dosa. Hal ini ada bagi orang yang memiliki nafsu muthma’innah (jiwa yang tenang)
- Keadaan orang yang memiliki keinginan dan motivasi ke sana. Ia memiliki iman dan kepercayaan dengan janji Allah dan ancamannya. Ia takut kalau ia terjerumus ke dalam
dosa, ia bakal tenggelam dalam sesuatu yang lebih berat dan lebih ia benci. Jenis yang kedua ini bagi orang yang ahli berjihad dan bersabar.
Dua jiwa inilah yang khusus mendapatkan kebahagiaan dan kemenangan. Tentang nafsu muthma’innah (jiwa yang tenang) Allah befirman,
يَا أَيْتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِئّْةُ. إِرْجِعِيْ إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً. فَادْخُلِيْ فِي عِبَادِيْ. وَادْخُلِيْ حَنَّتِي ﴿الفحر: ٢٧-٣٠﴾
“Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya, maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam Surga-Ku.” (Al-Fajr: 27-30).
Adapun tentang nafsu yang kedua [ahli berjihad dan bersabar], Allah befirman dalam Surat An-Nahl Ayat 110:
ثُمَّ إِنَّ رَبَّكَ لِلَّذِينَ هَاجَرُوا۟ مِنۢ بَعْدِ مَا فُتِنُوا۟ ثُمَّ جَٰهَدُوا۟ وَصَبَرُوٓا۟ إِنَّ رَبَّكَ مِنۢ بَعْدِهَا لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ
Dan sesungguhnya Tuhanmu (pelindung) bagi orang-orang yang berhijrah sesudah menderita cobaan, kemudian mereka berjihad dan sabar; sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Jadi, nafsu (jiwa) ada tiga macam: Nafsu muthma’innah (jiwa yang tenang) terhadap Tuhannya, dan ini adalah jiwa yang paling mulia dan suci. Lalu nafsu mujahidah shabirah (jiwa pejuang dan penyabar) serta nafsu maftunah bisy syahawat wal hawa (Jiwa yang terkena fitnah dengan syahwat dan hawa nafsu), dan yang terakhir ini adalah jiwa yang celaka yang akan mendapatkan bagian siksa, kesakitan serta jauh dari Allah Ta’ala.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم

