بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian Kitab: 𝕀𝕘𝕙𝕠𝕥𝕤𝕒𝕥𝕦𝕝 𝕃𝕒𝕙𝕗𝕒𝕟 𝕄𝕚𝕟 𝕄𝕒𝕤𝕙𝕠𝕪𝕚𝕕𝕚𝕤𝕪 𝕊𝕪𝕒𝕚𝕥𝕙𝕒𝕟
(Penolong Orang yang Terjepit – Dari Perangkap Syaitan)
Karya: Ibnul Qayyim al-Jauziyah 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱.
Pemateri: Ustadz Isnan Efendi, Lc. MA. 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Pertemuan: 11 Dzulqa’dah 1446 / 9 Mei 2025.
FITNAH PECINTA GAMBAR-GAMBAR
Bahasan ini bukan hanya terbatas pada gambar saja, tetapi hal-hal lain yang berkaitan dengan cinta buta kepada hal yang lain.
Dan berkaitan dengan gambar, zaman sekarang sudah maju, sehingga urusan gambar sudah pada tahap teknologi AI.
Dalam sebuah hadits shahih dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau besabda.
لاَ تَدْ خُلُ المَلاَئِكَةُ بَيْتًا فِيْهِ كَلْبٌ وَلاَ صُوْرَةٌ
“Malaikat tidak akan masuk rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan lukisan“. [Hadits Riwayat Al-Bukhari, bab Bad’ul Khalq 3225, Muslim bab Al-Libas 2106].
Gambar atau lukisan yang diharamkan adalah makhluk bernyawa yang berbentuk gambar tetap yang dipajang, tidak seperti di screen komputer atau handphone.
Untuk kamera, seperti yang difatwakan Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin Rahimahullah, selama gambarnya tidak dicetak (tetap) maka tidak mengapa.
Akan tetapi, meskipun di handphone tidak mengapa, akan tetapi setan mengintai sehingga tipu dayanya bermain melalui medsos yang bisa mengarah ke ujub, riya, dan penyakit hati lainnya. Maka, para pecinta gambar hendaknya menghindari gambar yang mendatangkan fitnah selain juga untuk menjaga dari penyakit ain.
– Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:
Termasuk tipu daya dan senjata syetan adalah fitnah yang ditebarkannya terhadap para pecinta gambar-gambar. Dan demi Allah, ia adalah fitnah dan ujian yang sangat besar, di mana menjadikan nafsu menghamba kepada selain Pencipta-Nya, dan membuat hati para pecintanya tertawan pada sesuatu yang rendah, ia mengobarkan peperangan antara kecintaan dengan tauhid, serta menyeru untuk berkasih sayang dengan setiap syetan yang terlaknat.
Sehingga ia menjadikan hati sebagai tawanan hawa nafsu, dan hawa nafsu itu menjadi pemimpin serta pemutus setiap perkara. Maka hati menjadi semakin berat ujiannya, semakin penuh dengan fitnah. Hawa nafsu itu menghalangi hatinya kepada petunjuk yang menuntunnya, memalingkannya dari jalan tujuannya, lalu hawa nafsu itu membawanya di pasar perbudakan, lalu menjualnya dengan harga yang sangat murah, menukarnya dengan bagian yang sangat rendah dan sedikit, yakni kamar-kamar kegilaan, yang tentu hal itu jauh dari kedekatan dengan Yang Maha Penyayang.
Maka, hati itu menjadi tentram dengan sesuatu yang rendah yang dicintainya, yang sakitnya berkali lipat daripada kenikmatannya, bahkan mendapatkannya adalah suatu sebab terbesar bagi kemadharatannya. Dan betapa dekat berubahnya kekasih itu menjadi musuh.
Dan jika mampu, yang dicintainya itu sesungguhnya ingin berlepas diri daripadanya, sehingga seakan-akan ia tidak pernah dicintai. Dan meskipun yang bersangkutan menikmatinya di dunia fana ini, tetapi ia akan mendapatinya sebagai sesuatu yang menyakitkan kelak, apatah lagi jika telah terjadi,
ٱلْأَخِلَّآءُ يَوْمَئِذٍۭ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا ٱلْمُتَّقِينَ
Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa. (Az-Zukhruf. 67).
Maka, alangkah meruginya pecinta yang menjual dirinya dengan harga yang sangat murah kepada selain yang seharusnya ia cintai pertama kali, juga kepada syahwat sesaat, yang cepat hilang kenikmatannya dan tinggal resikonya, cepat lenyap manfaatnya dan tetap mengendap madharatnya. Syahwat itu sirna dan yang tinggal hanya celaka, mabuknya hilang dan yang tinggal kerugian.
Sungguh amat ironi manakala dua kerugian itu bersatu pada diri seseorang; kerugian hilangnya kecintaan kepada Dzat tertinggi yang nikmat dan abadi, serta kerugian yang dirasakannya dari berbagai derita karena siksaan yang pedih. Dan di sanalah orang yang tertipu itu mengetahui apa yang hilang daripadanya. Dan sungguh orang yang memiliki jiwa dan hatinya tak patut menjadi budak dan pengikut (nafsunya).
Dan musibah apakah yang lebih besar dari musibah raja yang diturunkan dari singgasana kerajaannya, lalu ia dijadikan tawanan bagi orang yang tidak berhak meski sebagai hamba sahayanya, lalu ia dipaksa memenuhi segenap perintah dan larangannya. Dan seandainya engkau lihat hatinya, sedang ia berada dalam belenggu kekasihnya, niscaya engkau melihat ia seperti,
“Burung pipit yang ada di tangan anak kecil, ia akan hilang dan lenyap daripadanya, tetapi anak kecil itu tetap riang dan bermain-main.”
Dan seandainya engkau menyaksikan tidur dan istirahatnya, niscaya engkau mengetahui bahwa cinta dan tidurnya telah bersepakat untuk tidak bertemu. Dan seandainya engkau menyaksikan aliran air matanya dan kobaran api dalam perutnya, niscaya engkau mengatakan,
“Mahasuci Allah, Tuhan Pemilik Arasy, Yang Mahadetail ciptaanNya, Pencipta dua hal berbeda yang tidak berlawanan; tetesan air dari kobaran api di dalam perut, api dan air ada di satu bejana.”
Dan seandainya engkau melihat menjalar dan merasuknya cinta dalam hati, niscaya engkau mengetahui bahwa cinta lebih halus merasuknya dalam hati daripada ruh dalam tubuhnya.
Lalu pantaskah orang yang berakal menjual miliknya yang taat itu (hati) kepada orang yang menggantinya dengan siksaan yang buruk, yang akan menghalanginya dari Tuhan yang dia sama sekali tidak bisa lepas daripada-Nya dan amat sangat membutuhkan-Nya?
Maka pecinta adalah korban pembunuhan oleh orang yang dicintainya, ia menjadi hamba yang tunduk dan hina di hadapannya. Jika ia menyerunya, maka ia pun memenuhi. Dan jika ditanyakan padanya, apa yang engkau cita-citakan? Maka orang itu adalah puncak dari yang dicitacitakannya, ia tidak merasa tentram dengan selainnya. Karena itu sesungguhnya hendaknya ia tidak memberikan hatinya kecuali kepada Dzat Yang Mahaagung yang harus ia cintai, dan hendaknya ia tidak menjual bagiannya dengan sesuatu yang remeh.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم