Manhaj

Masalah Ke – 32: Pengingkaran Mereka terhadap Kebenaran Bila Kebenaran Itu Bersama dengan Orang Selain Mereka yang Tidak Mereka Sukai

Ini merupakan masalah yang paling berbahaya, yaitu pengingkaran mereka terhadap kebenaran jika kebenaran itu bersama orang lain yang tidak mereka suka, yakni tidak mereka cintai, maka merekapun meniggalkan kebenaran yang ada padanya karena kebencian mereka terhadap seseorang, maka mereka pun meninggalkan kebenaran karenanya.

Yang wajib bagi seorang muslim yaitu menerima kebenaran dari orang yang membawanya, karena kebenaran adalah perkara mukmin yang hilang, dimana saja ia mendapatkannya ia mengambilnya, baik kebenaran itu bersama temannya mapun bersama musuhnya; karena ia mencari kebenaran. Adapun jika tolok ukur kebenarannya manusia maka ini merupkan agama kaum jahiliyah.

Masalah Ke – 33: Kontradiksi Mereka Dalam Pengakuan dan Pengingkaran

Pengingkaran mereka terhadap perkara yang mereka akui sebagai bagian dari agama. Sebagaiman mereka lakukan dalam ibadah haji. Allah ta’ala berfirman :

وَمَنْ يَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ إِبْرَاهِيمَ إِلَّا مَنْ سَفِهَ نَفْسَهُ

“Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri “. ( QS. al-Baqarah : 130 ).

Ini juga termasuk keajaiban ayat Allah ! permusuhan mereka hingga puncaknya terhadap agama yang menjadi penisbatan diri mereka serta kecintaan mereka terhadap agama orang-orang kafir yang memusuhi mereka dan memusuhi Nabi mereka serta kelompok mereka dengan kecintaan yang paling dalam.

Sebagaimana telah mereka lakukan kepada Nabi ketika datang kepada mereka dengan agama Musa dan mereka mengikuti kitab-kitab sihir yang merupakan agama pengikut Fir’aun.

Masalah Ke – 28: Menolak Kebenaran yang Datang dari Kelompok Lain

Mereka (kaum Jahiliyah) tidak menerima kebenaran kecuali yang sesuai dengan kelompok mereka. Sebagaimana firman Allah ﷻ:

قَالُوا نُؤْمِنُ بِمَا أُنْزِلَ عَلَيْنَا

“mereka berkata: “Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami”. (QS. al-Baqarah : 91 ).

📃 Penjelasan:

Permasalahan ini mengingatkan kita kepada ta’ashub (fanatik buta) yang tercela. Yaitu yang keluar dari Al-Qur’an dan sunnah.

Ta’ashub dan taklid merupakan dua penyakit berbahaya yang cukup rumit untuk ditangani. Keduanya merupakan pangkal hizbiyah dan ashabiyah (fanatisme golongan). Hizbiyah dan ashabiyah akan mudah dilenyapkan apabila ta’ashub dan taklid ini terkikis habis.

Meninggalkan kebenaran jika orang-orang lemah mendahului mereka masuk ke dalamnya dengan sombong dan gengsi.

Maka Allah ﷻ menurunkan firman-Nya :

وَلا تَطْرُدِ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ

“Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya”. ( QS. al-An’am : 52 ).

Kaum jahiliyah menolak kebenaran jika ada orang-orang lemah di dalamnya. Oleh karena itu mereka mengatakan:

أَهَؤُلاءِ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنْ بَيْنِنَا

“Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah Allah kepada mereka?”. (QS. al-An’am : 53 ).

Agama mereka dibangun di atas pondasi yang paling utama bagi mereka yaitu taklid.

Ini adalah kaidah besar yang dipegang oleh semua orang kafir dari masa awal sampai akhir. Sebagaimana firman Allah :

وَكَذَٰلِكَ مَآ أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ فِى قَرْيَةٍ مِّن نَّذِيرٍ إِلَّا قَالَ مُتْرَفُوهَآ إِنَّا وَجَدْنَآ ءَابَآءَنَا عَلَىٰٓ أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَىٰٓ ءَاثَٰرِهِم مُّقْتَدُونَ

_“Dan Demikianlah, kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatanpun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata “Sesungguhnya kami mendapati bapak- bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka”._ (Az-Zuhruf ayat 23)

Kepribadian Nabi ﷺ telah menjadi faktor utama dalam mengajar umat Islam, mendidik adab mereka, mengubah pola pikir dan cara pandang mereka, memperbaiki perilaku mereka, dan menuntun mereka membangun kepribadian dan masyarakat yang Islami.

Ketika menekankan pentingnya mengikuti Rasulullah ﷺ dengan menyebutnya sebagai teladan yang baik, al-Quran telah mengambil panutan sebagai metode mewujudkan sasaran-sasarannya.

Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam kitab Fathul Al-Bari Bi Sharh Sahih al-Bukhari yang mengatakan “ yang dimaksudkan dengan perkataan “Kisra” dan “ Kaisar” dalam hadith di atas ialah kisra adalah gelaran raja di Persia dan Kaisar adalah gelaran raja di Romawi ( Bukannya kisra atau kaisar yang hidup pada zaman nabi ). Sama halnya Najasi dari Habasyah.

Latar belakang hadith ini ialah disebabkan kebimbangan suku Quraish yang sejak dulu menjalin hubungan perdagangan dengan Syam dan Iraq. Mereka bimbang disebabkan mereka memeluk Islam hubungan perdagangan mereka terputus. Oleh itu, Nabi ﷺ menegaskan dan meyakinkan mereka serta memberi khabar gembira pada mereka melalui hadith ini bahwa kekuasaan Persia dan Romawi akan segera berakhir.

Unsur-unsur yang dapat memperbaiki nila ibadah:

1. Ikhlas karena Allah ﷻ

2. Perasaan Mahabah (cinta kepada Allah) Roja’ (harapan) dan hauf (takut)

3. Ittiba’ kepada Rasulullah ﷺ

4. Menuntut Ilmu Syar’i

Wajib bagi muslim dan muslimah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim” (HR. Ibnu Majah no. 224, dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dishahihkan Al Albani dalam Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir no. 3913)

“Ilmu adalah mengetahui secara pasti terhadap sesuatu sesuai dengan hakikatnya.” (Syarah Utsul Tsalatsah – Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin)

Peranan Akidah bagi Kehidupan seorang Muslim

1. Mereka adalah para ahli tauhid yang murni yang Allah telah menjanjikan atas mereka keamanan.

Hal ini berdasarkan firman Allah ta’ala:

الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ

“Orang-orang yang BERIMAN dan tidak mengotori imannya dengan kezaliman (kesyirikan), mereka itulah orang-orang yang mendapatkan KEAMANAN..” [Al-An’am: 82].

2. Mendatangkan Keamanan bagi Negara

Ahli Tauhid akan menjadi sebab kemenangan negeri kaum muslimin. Imam Ad-Dhahni dalam kitab As-Siyam menukil pernyataan Umar bin Khathab Radhiyallahu’anhu: kita adalah kaum yang Allah ﷻ muliakan dengan Islam maka siapa saja yang mencari kemuliaan selain dari Islam, maka Allah ﷻ akan hinakan mereka.

Telah Datang Pertolongan Allah ﷻ? Mana buktinya?…

Tatkala datang pertolongan Allah ﷻ maka umat Islam akan berbahagia. Kita lihat sejarah, Fathu Mekah datang pada 20 Ramadhan. Disaat negeri Mekah menolak kedatangan Rasul, kemudian datang pertolonganNya. Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat an-Nasr:

اِذَا جَاۤءَ نَصْرُ اللّٰهِ وَالْفَتْحُۙ ١

Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan

وَرَاَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُوْنَ فِيْ دِيْنِ اللّٰهِ اَفْوَاجًاۙ ٢

dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah,

فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُۗ اِنَّهٗ كَانَ تَوَّابًا ࣖ ٣

bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya.

Dalam surat Al-Baqarah ayat 214 Allah ﷻ berfirman :

أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُوا۟ ٱلْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُم مَّثَلُ ٱلَّذِينَ خَلَوْا۟ مِن قَبْلِكُم ۖ مَّسَّتْهُمُ ٱلْبَأْسَآءُ وَٱلضَّرَّآءُ وَزُلْزِلُوا۟ حَتَّىٰ يَقُولَ ٱلرَّسُولُ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مَعَهُۥ مَتَىٰ نَصْرُ ٱللَّهِ ۗ أَلَآ إِنَّ نَصْرَ ٱللَّهِ قَرِيبٌ

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.