بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian Kitab At-Tibyan fi Adab Hamalat Al-Quran
Karya Imam An-Nawawi 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Bersama Ustadz Nefri Abu Abdillah, Lc. M.A. 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Al-Khor, 23 Rabi’ul Akhir 1447 / 15 Oktober 2025.
Pembahasan sebelumnya dapat diakses melalui link berikut: Kajian Kitab At-Tibyan fi Adab Hamalat Al-Quran
Bab-7: Adab-Adab Para Ulama dengan Al-Qur’an
-
Imam An-Nawawi 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:
عَنْ أَبِي رُقَيَّةَ تَمِيْمٍ بْنِ أَوْسٍ الدَّارِي رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَالَ الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ قُلْنَا : لِمَنْ ؟ قَالَ للهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُوْلِهِ وَلِأَئِمَّةِ المُسْلِمِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ – رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus Ad-Daari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Agama adalah nasihat.” Kami bertanya, “Untuk siapa?” Beliau menjawab, “Bagi Allah, bagi kitab-Nya, bagi rasul-Nya, bagi pemimpin-pemimpin kaum muslimin, serta bagi umat Islam umumnya.” – (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 55]
Para ulama rahimahumullah berkata: Nasihat untuk kitab Allah Ta’ala adalah:
- Beriman bahwa ia adalah kalam Allah Ta’ala dan wahyu-Nya.
- Tidak ada sesuatu pun dari perkataan makhluk yang menyerupainya dan seluruh makhluk tidak ada yang bisa membuat seperti itu.
📃 Penjelasan:
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 23:
وَإِن كُنتُمْ فِى رَيْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلَىٰ عَبْدِنَا فَأْتُوا۟ بِسُورَةٍ مِّن مِّثْلِهِۦ وَٱدْعُوا۟ شُهَدَآءَكُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ إِن كُنتُمْ صَٰدِقِينَ
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.
Sejarah mencatat, dimasa Nabi dan setelahnya telah banyak dijumpai orang-orang yang berani mengaku nabi dan menerima wahyu Tuhan. Sederet nama-nama nabi palsu itu masih tercatat rapi dibuku-buku Tarikh Islam.
Dalam kitab-kitab Tarikh, wahyu palsu pernah dibuat oleh Musailamah Al-Kadzab Sang Nabi palsu. Terdapat puluhan ayat yang sengaja dibuatnya untuk menandingi Al-Quran. Tapi sayang sekali, sebagai seorang penyair, redaksi dan kandungan ayat buatannya itu sangat mempermalukan dirinya. Seperti Surat ad-Difda’ (سورة الضفدع), yang berarti kodok.
Hai katak anak dua katak, berkuaklah sesukamu. Bagian atasmu di air bagian bawahmu di tanah
*****
- Kemudian mengagungkan dan membacanya dengan sebenar-benarnya dan sebaik-baiknya.
- Bersikap khusyu’ ketika membacanya, seperti membaca huruf-hurufnya dengan tepat.
- Membelanya dari penakwilan orang-orang yang menyelewengkannya dan gangguan orang-orang yang melampaui batas.
📃 Penjelasan:
Menyelewengkan tafsir Al-Qur’an berarti menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan cara yang menyimpang dari makna aslinya, sering kali didorong oleh motif pribadi, fanatisme, atau ketidaksesuaian pengetahuan dan kaidah penafsiran. Penyelewengan ini bisa terjadi karena faktor dasar seperti tidak memenuhi syarat dan standar penafsiran, atau faktor khusus yang berkaitan dengan pendekatan penafsiran tertentu. Akibatnya, penyimpangan ini dapat merusak akidah dan pemikiran umat Islam.
- Membenarkan isinya, menjalankan hukum-hukumnya, memahami ilmu-ilmu dan perumpamaan-perumpamaannya.
Seperti Allah ﷻ membuat perumpamaan Surah Al-Ankabut dinamakan demikian karena menggunakan perumpamaan sarang laba-laba untuk menggambarkan kelemahan perlindungan dari selain Allah ﷻ, seperti yang dijelaskan dalam ayat 41. Perumpamaan ini menekankan bahwa tempat berlindung yang bukan berasal dari Allah adalah yang paling lemah dan rapuh.
Bahkan Ibnul Qayyim rahimahullah membuat buku khusus berisi permisalan-permisalan dalam Al-Qur’an.
Allah Ta’ala berfirman,
وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ ۖ وَمَا يَعْقِلُهَا إِلَّا الْعَالِمُونَ
“Dan itulah perumpamaan-perumpamaan yang Allah buatkan untuk manusia, dan tidak dipahami kecuali oleh orang yang berilmu.” (QS. Al-‘Ankabut[29]: 43)
Al-Qur’an mengandung lebih dari 40 perumpamaan. Dan sebagian ulama Salaf dahulu jika membaca satu perumpamaan dan dia tidak memahaminya maka ia akan menangis dengan keras. Ia berkata, “Aku tidak termasuk orang yang berilmu.”
Dahulu Qatadah mengatakan, “Pahamilah perumpamaan-perumpamaan yang Allah sebutkan.”
- Memperhatikan nasihat-nasihatnya, memikirkan keajaiban-keajaibannya dan mengamalkan ayat-ayatnya yang muhkam (jelas) dan menerima ayat-ayatnya yang mutasyabih (tersamar).
📃 Penjelasan:
Seperti Dua lautan yang tidak menyatu dalam Al-Qur’an adalah fenomena pertemuan air tawar dan air asin yang dijelaskan dalam surah Ar-Rahman ayat 19-20 dan Al-Furqan ayat 53. Fenomena ini merujuk pada air laut yang berbeda (satu asin dan satu tawar) yang bertemu tetapi tidak bercampur karena adanya batas atau pembatas yang tidak kasat mata, seperti yang terlihat di Selat Gibraltar.
Ayat Al-Muhkam artinya ayat-ayat Al-Qur’an yang maknanya jelas, tegas, dan tidak samar, sehingga dapat dipahami secara langsung tanpa memerlukan penafsiran mendalam atau tidak ada makna lainnya. Seperti:
قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ ١
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Dialah Allah Yang Maha Esa. Tidak ada makna lain selain Allah ﷻ itu Esa.
Ayat Mustaysabih yaitu ayat Al-Qur’an yang maknanya samar, mengandung banyak kemungkinan interpretasi, dan hanya Allah yang mengetahui hakikatnya, seperti sifat-sifat Allah dan hal-hal gaib.
Pemahaman ayat mutasyabih memerlukan ilmu dan tidak boleh dipastikan secara sembarangan, melainkan harus dikembalikan kepada ayat-ayat muhkam (yang jelas maknanya) atau menyerahkan hakikatnya kepada Allah ﷻ.
*****
- Menyelidiki keumuman dan kekhususannya, naasikh dan mansukhnya, menyiarkan ilmu-ilmunya, menyeru kepadanya dan kepada nasihatnya yang telah kami sebutkan.
📃 Penjelasan:
Nasikh adalah ayat atau hadis yang menghapus atau menggantikan hukum sebelumnya, sedangkan Mansukh adalah hukum yang dihapus atau diganti. Konsep ini berasal dari kata “nasakh” yang berarti menghapus atau menghilangkan, dan menunjukkan bahwa hukum Islam dapat berubah secara bertahap untuk kemaslahatan umat.
Ada tiga jenis dalam hal ini:
- Nash Yang Mansukh Hukumnya, Namun Lafazhnya Tetap. Inilah jenis nash mansukh yang paling banyak. Yaitu hukum syar’i dihapuskan, tidak diamalkan, namun lafazhnya tetap.
- Nash Yang Mansukh Lafazhnya, Namun Hukumnya Tetap.
- Nash Yang Mansukh Hukumnya Dan Lafazhnya.
Kemudian, Nasehat mempunyai banyak makna yang dalam hadits di atas bisa dimaknai iman, atau juga dakwah atau perkataan yang bermanfaat.
Kewajiban mengagungkan Al-Qur’an
-
Imam An-Nawawi 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:
Kaum muslimin sepakat atas kewajiban mengagungkan Al-Qur’an yang mulia secara mutlak, menyucikan dan menjaganya. Dan mereka sepakat bahwa siapa yang mengingkari satu huruf darinya yang telah disepakati atau menambah satu huruf yang tidak penah dibaca oleh seorang pun sedang ia mengetahui hal itu, maka ia pun kafir.
Al-Imam Al-Hafidh Abul Fadhli Al-Qadhi Iyadh rahimahullahu berkata: “Ketahuilah, bahwa siapa yang meremehkan Al-Qur’an atau sebagian darinya atau memakinya atau mengingkari satu huruf darinya atau mendustakan suatu hukum atau khabar yang ditegaskan di dalamnya atau membenarkan sesuatu yang dinafikan atau menafikan sesuatu yang ditetapkannya sedang ia mengetahui hal itu atau meragukan sesuatu dari hal itu, maka ia telah kafir berdasarkan ijma’ kaum muslimin.
📃 Penjelasan:
Seperti orang-orang Syiah yang menambah sebagian ayat Al-Qur’an dengan Ayat 55 surat Al-Ma’idah dengan Ayat Wilayah (bahasa Arab: آية الولاية).
Demikian juga membuka Al-Qur’an dengan ludah, pendapat yang dikemukakan oleh Al Imam Syekh Ibnu Hajar Al-Haitami dalam Al-Hawasyi Al-Madaniyah beliau menjelaskan tentang keharaman membuka lembaran Al-Quran dengan air ludah.
-
Imam An-Nawawi 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:
Demikian pula jika ia mengingkari Taurat dan Injil atau kitab-kitab Allah yang diturunkan atau kafir dengannya atau memakinya atau meremehkannya, maka ia telah kafir.
la berkata: Para ulama muslimin telah sepakat bahwa Al-Qur’an yang dibaca di berbagai negeri dan tertulis di dalam mushaf yang berada di tangan kaum muslimin dan terkumpul di antara dua sampul dari Alhamdulillahi Rabbil ‘aalamiin (Al-Fatihah) hingga akhir Qul A’udzu birabbin naasi adalah Kalamullah dan wahyu-Nya yang diturunkan kepada Nabi-Nya Muhammad.
Dan mereka sepakat bahwa semua yang terdapat di dalamnya adalah benar dan siapa yang menguranginya dengan sengaja atau menggantikan satu huruf dengan huruf lain atau menambah satu huruf di dalamnya yang tidak tercantum dalam mushaf yang telah disepakati itu serta menyatakan dengan sengaja bahwa ia bukan termasuk Al-Qur’an, maka ia pun kafir.
Abu Utsman ibnul Haddad berkata: “Semua ahli tauhid bersepakat bahwa mengingkari satu huruf dari Al-Qur’an adalah kufur..”
Fuqaha Baghdad telah sepakat untuk menyuruh bertaubat Ibnu Syahbudz Al-Muqri seorang imam ahli baca Al-Qur’an terkemuka bersama Ibnu Mujahid karena membaca dan mengajarkan bacaan dengan huruf-huruf yang ganjil dan tidak terdapat dalam mushaf.
Mereka menyuruhnya membuat pernyataan untuk berhenti dan bertaubat dengan kesaksian mereka di majelis Al-Wazir Ubay bin Maqlah tahun 323 H.
Muhammad bin Abi Zaid berfatwa mengenai orang yang berkata kepada seorang anak kecil: “Semoga Allah melaknat gurumu dan apa yang diajarkannya kepadamu?” Ia berkata: “Aku maksudkan adab yang tidak baik dan tidak aku maksudkan Al-Qur’an.” Maka Muhammad berkata: “Orang yang mengatakan itu dihukum.”
Adapun orang yang melaknat mushaf, maka ia boleh dibunuh. Inilah akhir perkataan Al-Qadhi Iyadh rahimahullahu.
📃 Penjelasan:
Al-Qur’an semuanya shahih dan mutawatir, tetapi Ibnu Syahbudz Al-Muqri seorang imam ahli baca Al-Qur’an terkemuka mengajarkan ayat-ayat yang tidak jelas riwayatnya, hingga dilaporkan ke Wazir, tetapi dia membangkang. Maka, dia dihukum mati.
Di Akhi bab ini, Syaikh menjelaskan pentingnya berhati-hati, seperti mengatakan “Semoga Allah melaknat gurumu dan apa yang diajarkannya kepadamu?” karena di kalimat ini, bisa dimaksudkan melaknat Al-Qur’an. Na’udzubillahmindalik.
Pelajaran yang bisa diambil:
- Agama Islam adalah Nasihat untuk Allah ﷻ, Rasul-Nya kitab-Nya dan kaum muslimin.
- Nasihat kepada Al-Qur’an maksudnya, meyakini Al-Qur’an sebagai wahyu Allah ﷻ (kalamullah) yang lengkap dan sempurna, kita wajib mengagungkannya, memuliakannya, mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, dan berusaha untuk memahaminya dengan cara menghafal, merenungkan maknanya, dan mengajarkannya kepada orang lain. Ini adalah bentuk ketaatan dan pemuliaan terhadap kitab suci tersebut.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم

