بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Kitab At-Tibyan fi Adab Hamalat Al-Quran
Karya Imam An-Nawawi 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Bersama Ustadz Nefri Abu Abdillah, Lc 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Al-Khor, 1 Dzulqa’dah 1446 / 30 April 2025.



Kajian Ke-31 | Bab 6: Adab-Adab dalam Pembacaan Al-Qur’an.

Telah berlalu pembahasan Adab-Adab membaca Al-Qur’an yaitu:
1. Niat ikhlas karena Allah ﷻ dan menghadapkan wajah kepada Allah ﷻ.
2. Bersiwak (membersihkan gigi).
– Dimulai dari sebelah kanan.
– Berniat mengamalkan Sunnah.

3. Membacanya dalam keadaan suci.

  • Imam An-Nawawi 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:

Dianjurkan membaca Al-Qur’an ketika pembacanya dalam keadaan suci (berwudhu). Jika ia membacanya dalam keadaan berhadats, maka hukumnya boleh berdasarkan ijma’ (kesepakatan) kaum muslimin.

Hadits-hadits mengenai hal itu banyak dan terkenal. Imamul Haramain berkata: Tidaklah dikatakan bahwa ia melakukan sesuatu yang makruh, tetapi meninggalkan yang lebih utama. Jika tidak menemukan air, dia bertayamum. Wanita mustahadhah dalam waktu yang dianggap suci mempunyai hukum yang sama dengan hukum orang yang berhadas.

📃 Penjelasan:

Yang dimaksud membaca di sini adalah membaca Al-Qur’an tanpa memegang mushaf. Adapun memegang mushaf tanpa bersuci ada bahasan tersendiri.

Imam al-Haramain merujuk pada seorang ulama besar dalam Islam, khususnya dalam bidang fiqih dan ushul fikih. Gelar “al-Haramain” (bahasa Arab: الحرمين) sendiri merujuk pada dua kota suci umat Islam, Makkah dan Madinah. Imam al-Haramain, dengan nama lengkapnya Abu al-Ma’ali al-Juwaini, adalah tokoh yang dikenal karena kontribusinya dalam pengembangan ushul fikih dan perbandingan madzhab. Beliau adalah guru Imam Al-Ghazali.

4. Bertayamum jika tidak menemukan air.

  • Imam An-Nawawi 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:

Jika orang yang berjunub atau perempuan yang haid tidak menemukan air, maka dia bertayamun dan diharuskan baginya membaca Al­ Qur’an, sembahyang serta lainnya. Jika dia berhadas, haram atasnya mengerjakan sembahyang dan tidak haram membaca dan duduk di dalam masjid atau lainnya yang tidak haram atas orang yang berhadas sebagaimana jika dia mandi, kemudian berhadas.

5. Membaca di Tempat yang Bersih

Membaca Al-Qur’ an disunahkan di tempat yang bersih dan terpilih. Justru, sejumlah ulama menganjurkan membaca Al-Qur’an di masjid kerana ia meliputi kebersihan dan kemuliaan tempat serta menghasilkan keutamaan lain, yaitu ltikaf. Maka setiap orang yang duduk di masjid patut beriktikaf, sama saja duduknya lama atau sebentar. Bahkan pada awal masuknya ke masjid sepatutnya dia berniat iktikaf. Adab ini patut diperhatikan dan disebarkan agar dikatahui oleh anak-anak ataupun orang awam kerana ia selalu diabaikan.

Manakala membaca Al-Qur’an di tempat mandi, maka para ulama salaf berlainan pendapat berkenaan dengan makruhnya. Sahabat-sahabat kami berpendapat, tidak dihukumkan makruh. Imam yang mulia Abu Bakar lbnu Mundzir menukilnya dalam Al-Ayaraaf dari Ibrahim An-Nakha’I dan Malik dan itu jugalah pendapat Atha’.

📃 Penjelasan:

Tayamum hanya berlaku untuk sekali, berdasarkan pendapat umum dalam Islam (mazhab Syafi’i), satu kali tayamum hanya berlaku untuk satu kali shalat fardhu. Setelah selesai shalat fardhu, jika ingin melaksanakan shalat fardhu berikutnya, tayamum perlu dilakukan kembali. Namun, untuk shalat sunnah, satu kali tayamum dapat digunakan untuk beberapa kali shalat sunnah.

Sebagian ulama membolehkan membaca ayat-ayat Al-Qur’an di kamar mandi (tanpa toilet) sebagian lagi melarangnya. Yang terbaik adalah mencari tempat yang suci.

Berkata Imam Abu Maisaroh rahimahullah, tidaklah seseorang mengingat Allah ﷻ kecuali di tempat-tempat yang baik. Maka, jika berwudhu di kamar mandi tanpa toilet, diperbolehkan membaca 𝓑𝓲𝓼𝓶𝓲𝓵𝓵𝓪𝓱 sebelum memulai wudhu.

6. Menghadap Kiblat

Diutamakan bagi pembaca Al-Qur’ an di luar sembahyang supaya menghadap kiblat. Hal ini telah banyak disebut dalam beberapa hadits:

Sebaik-baik majlis adalah yang menghadap kiblat.” (HR At-Thabrani).

7. Duduk dengan Khusyuk dan Tenang

Hendaklah dia duduk dengan khusyuk dan tenang sambil menundukkan kepalanya dan duduk sendiri dengan adab baik dan tunduk seperti duduknya di hadapan gurunya, inilah yang paling sempurna. Diharuskan baginya membaca sambil berdiri atau berbaring atau di tempat tidurnya atau dalam keadaan lainnya dan dia mendapat pahala, akan tetapi nilainya kurang dari yang pertama.

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an:

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (keagungan Allah) bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah ﷻ sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan Bumi …” (QS Ali-Imran 3:190-191)

Diriwayatkan dalam Shahih dari Aisyah Radhiyallahu’anhu, katanya:

Bahawa Rasulullah ﷺ bersandar di pangkuanku ketika aku sedang haid dan beliau membaca Al-Qur’an.”
(Riwayat Bukhari & Muslim)

📃 Penjelasan:

Dalam penjelasan ini dibolehkan berdzikir atau membaca Al-Qur’an sambil berdiri atau berbaring.

8. Membaca Isti’adah

Jika hendak mulai membaca  Al-Qur’an,  maka  dia  memohon perlindungan dengan mengucapkan: A’uudzu billaahi minasy-syaithaanir rajiim (Aku Berlindung kepada Allah ﷻ dari  Syaitan  yang terkutuk). Sebagian ulama salaf berkata: Ta’awwudz itu sepatutnya dibaca sesudah membaca Al-Qur’an berdasarkan firman Allah ﷻ :
Terjemahan: “Jika kamu membaca Al-Qur’an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah ﷻ dari syaitan yang terkutuk.” (QS An-Nahl 16:98)

Maksud ayat ini menurut jumhur ulama, apabila kamu ingin membaca Al-Qur’ an, maka mohonlah perlindungan kepada Allah ﷻ dari syaitan yang terkutuk.

Kemudian, sesungguhnya ta’awwudz itu mustahab (disunahkan) dan bukan wajib. Ta’awwudz itu disunahkan bagi setiap pembaca Al-Qur’ an, sama saja di dalam shalat atau di luarnya.

9. Membaca Basmalah

Hendaklah orang yang membaca Al-Qur’ an selalu membaca Bismillahir Rahmaanir Rahiim pada awal setiap surah selain surah Bara’ah karena sebagian besar ulama mengatakan, ia adalah ayat, sebab ditulis di dalam Mushaf. Basmalah ditulis di awal setiap surah, kecuali Bara’ ah. Jika tidak membaca basmalah, maka dia meninggalkan sebagian Al-Qur’an menurut sebagian besar ulama.

10. Merenungkan Maknanya ketika Membaca

Jika mulai membaca, hendaklah bersikap khusyuk dan merenungkan maknanya ketika membaca.  Dalil-dalilnya terlalu banyak untuk dihitung dan sudah masyur serta terlalu jelas  untuk disebut. Itulah maksud yang dikehendaki dan dengan  demikian  itu  dada  menjadi  lapang  serta  hati menjadi tenang. Allah Azza wa jalla berfirman:

Terjemahan: “Apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an?” (QS An-Nisa’ 4:82)

Terjemahan: “Ini adalah suatu Kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkat supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya…”
(QS Shaad 38:29)

Banyak hadits yang diriwayatkan berkenaan dengan perkara tersebut dan pendapat-pendapat ulama salaf tentang hal itu cukup masyur. Sejumlah ulama Salaf ada yang membaca satu ayat sambil merenungkannya dan mengulang-ulanginya sehingga pagi.

📃 Penjelasan:

Mentadaburi Al-Qur’an berarti merenungkan dan memahami makna ayat-ayat Al-Qur’an, serta mengambil hikmah dan pelajaran dari firman-firman Allah. Ini bukan sekadar membaca, melainkan proses menghayati dan berpikir mendalam tentang pesan yang disampaikan oleh Al-Qur’an.

Seperti halnya merenungkan bacaan Al-Qur’an dalam shalat, disaat membaca Al-Fatihah hendaknya direnungkan maknanya.

Tadabbur Al-Qur’an dapat membantu meningkatkan keimanan, mendekatkan diri kepada Allah, dan memberikan panduan dalam menjalani kehidupan sesuai dengan ajaran Islam.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم