Tag Archives: ammi nur baits

Amalan-amalan sunnah itu anugerah, karena dengannya amalan-amalan wajib bisa ditambal. Andaikan Allah ﷻ tidak menyediakan amalan-amalan sunnah, maka banyak diantara kita yang gagal karena banyaknya amalan-amalan wajib yang asal-asalan.

Dalilnya adalah hadits berikut:

عَنْ تَمِيمٍ الدَّارِيِّ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” أَوَّلُ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ صَلَاتُهُ، فَإِنْ أَكْمَلَهَا كُتِبَتْ لَهُ نَافِلَةً، فَإِنْ لَمْ يَكُنْ أَكْمَلَهَا، قَالَ اللَّهُ سُبْحَانَهُ لِمَلَائِكَتِهِ: انْظُرُوا، هَلْ تَجِدُونَ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ؟ فَأَكْمِلُوا بِهَا مَا ضَيَّعَ مِنْ فَرِيضَتِهِ، ثُمَّ تُؤْخَذُ الْأَعْمَالُ عَلَى حَسَبِ ذَلِكَ”

Dari Tamim Ad-Dariy radhiyallaahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wassallam, beliau bersabda: “Pertama kali amal hamba yang akan dihisab pada hari kiamat adalah sholat (wajib)nya. Jika dia menyempurnakan sholat (wajib)nya, (sholat) nafilah (sunah) ditulis kebaikan baginya. Jika dia tidak menyempurnakan sholat (wajib)nya, Alloh Subhanahu berkata kepada para malaikat-Nya: ‘Perhatikan, apakah kamu dapati hambaKu ini memiliki sholat tathowwu’ (sunah), (jika ada) maka sempurnakan-lah dengannya apa yang telah dia sia-siakan dari sholat wajibnya!’. Kemudian seluruh amalannya akan dihisab seperti itu”.

(HR. Ibnu Majah, no: 1426; Ahmad, no. 16954. Dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani)

Berkaitan dengan urusan dunia, ada hukum yang selalu harus kita perhatikan:

Mubah.
Haram: Pembahasannya harus dibuat detail, agar manusia paham mana hal-hal yang haram.

Allah ﷻ berfirman dalam Surat Al-An’am Ayat 119:

وَمَا لَكُمْ أَلَّا تَأْكُلُوا۟ مِمَّا ذُكِرَ ٱسْمُ ٱللَّهِ عَلَيْهِ وَقَدْ فَصَّلَ لَكُم مَّا حَرَّمَ عَلَيْكُمْ إِلَّا مَا ٱضْطُرِرْتُمْ إِلَيْهِ ۗ وَإِنَّ كَثِيرًا لَّيُضِلُّونَ بِأَهْوَآئِهِم بِغَيْرِ عِلْمٍ ۗ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِٱلْمُعْتَدِينَ

Mengapa kamu tidak mau memakan (binatang-binatang yang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya. Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas.

Syubhat: Sesungguhnya yang halal itu telah jelas dan yang haram pun telah jelas pula. Sedangkan di antaranya ada perkara syubhat (samar-samar) yang kebanyakan manusia tidak mengetahui (hukum)-Nya.(Hadits Bukhari Muslim Dari Abu ‘Abdillah Nu’man bin Basyir Radhiyallahu anhuma)

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Thur ayat 21:

وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَٱتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُم بِإِيمَٰنٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَآ أَلَتْنَٰهُم مِّنْ عَمَلِهِم مِّن شَىْءٍ ۚ كُلُّ ٱمْرِئٍۭ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ

Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.

Dari ayat ini dimungkinkan bertemunya anggota keluarga dalam satu tempat, meskipun amalan-amalan dan keimanan mereka berbeda. Dan Allah ﷻ memberikan ganjaran dengan sangat detail, maka meninggalkan amalan-amalan sunnah meskipun kecil akan dihitung dan diganjar dengan derajat surga yang berbeda.

Bahkan Allah ﷻ menyediakan 100 derajat surga bagi orang-orang yang berjihad di jalan Allah ﷻ.

Ghaib [الغيب ] secara bahasa dari kata ghaba – yaghiibu [غاب – يغيب] yang
artinya tidak kelihatan.

Ar-Raghib al-Asfahani menyebutkan, Kata al-ghaib adalah kata dasar (bentuk masdar) dari kata ghabat [غَابَتِ] yang artinya tidak kelihatan. Ada ungkapan [ُغَابَتِ الشّمس] artinya matahari tenggelam, sehingga tidak kelihatan mata… kata ini digunakan untuk menyebut semua yang tidak bisa ditangkap indra. Dan semua yang tidak bisa dijangkau oleh ilmu manusia disebut ghaib. (al-Mufradat fi Gharib al-Quran, hlm. 616).

Lawan kata dari kata ghaib adalah hadir. Orang yang ada di tempat disebut :
hadir.

Berikut beberapa catatan yang perlu kita ketahui berkenaan dengan hal-hal ghaib:

Dalam masalah ini, prinsipnya adalah ikuti saja aturan yang telah Allah Ta’ala berikan. Sebagaimana firman-Nya :

ٱتَّبِعُوا۟ مَآ أُنزِلَ إِلَيْكُم مِّن رَّبِّكُمْ وَلَا تَتَّبِعُوا۟ مِن دُونِهِۦٓ أَوْلِيَآءَ ۗ قَلِيلًا مَّا تَذَكَّرُونَ

Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya). (QS Al A’raf ayat 3).

Ikutilah oleh kalian (wahai sekalian manusia). apa yang diturunkan kepada kalian dari tuhan kalian yang berupa kitabullah dan Sunnah dengan menjalankan perintah-perintah dan menjauhi larangan-laranganNya. dan janaganlah kalian mengikuti pemimpin-pemimpin selain Allah, seperti setan-setan, pendeta-pendeta., dan rahib-rahib. Sesungguhnya sedikit sekali dari kalian yang mau memahami nasihat dan mengambil pelajaran sehingga mau kembali menuju kepada yang haq.

Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu berkata, Ikuti saja jangan membuat sesuatu yang baru, karena kalian telah dicukupi.

Pembahasan masalah akidah dalam do’a dan Dzikir adalah turunan dari rukun iman. Dan ini didasarkan pada hadits Jibril yang mengajarkan prinsip dasar Islam:

Rukun iman: Mewakili amal batin.
Rukun islam: Mewakili amal lahir.
Ihsan: menjelaskan tentang teknis beramal baik lahir maupun batin.
Hari kiamat, merupakan konsekuensi amalan hamba yang kelak akan dipertanggungjawabkan di sisi Allah ﷻ.

Maka, masalah tauhid ada di bahasan masalah Iman. Dan Tauhid ada di kajian Iman kepada Allah ﷻ. Yang berbicara masalah hak Allah ﷻ yaitu tauhid yang merupakan kewajiban hamba kepadaNya. Seperti halnya yang Allah ﷻ perintahkan :

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. [QS. Adz-Dzariyat:56]

Hidup yang Berkah

Kadang kita salah paham. Yang kita harap-harap adalah kebaikan dari orang lain, sampai-sampai hati pun bergantung padanya. Mestinya kita tahu bahwa seluruh kebaikan dan keberkahan asalnya dari Allâh ﷻ. Hingga Allâh ﷻ menyebut Tabarok… Untuk dirinya sendiri. Sedangkan makhluk-Nya statusnya diberkahi (Mubarak).

Berkah secara bahasa dari kata al-buruk [البروك] yang artinya menetap. Sumur bahasa arabnya birkah [بِركَة], karena ada air menetap di dalamnya. Kemudian kata ini digunakan untuk menyebut sesuatu yang memiliki banyak kebaikan.

▪️ Kitab yang berkah

Allah menyebut al-Quran sebagai kitab yang diberkahi,

كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آَيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ

Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran. (QS. Shad: 29).

▪️ Nabi Isa Alaihissalam (Manusia yang berkah).

Sifat-sifat manusia yang diberkahi oleh Allah dalam kehidupan, sebagaiman Allâh ﷻ menceritakan tentang ‘Isa bin Maryam. Dalam al-Quran, Allah menyebut Nabi Isa sebagai manusia yang diberkahi. Allah berfirman menceritakan perkataan Nabi Isa sewaktu masih bayi,

وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ

“Dan Allah menjadikanku banyak keberkahan di manapun aku berada.” (QS. Maryam: 31).

Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka… (QS. Surat At-Tahrim:6)

Yang dimaksud menjaga diri adalah menjaga diri kita dan keturunan kita, dan menjaga keluarga kita maksudnya isteri kita. Maka kita disuruh menjaga diri kita, anak keturunan kita dan isteri kita dari api neraka.

1. Mengajarkan Adab-Adab dan Ilmu

Untuk mewujudkan itu, Sahabat ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallaahu ‘anhu berkata, “Ajarkanlah agama kepada keluarga kalian, dan ajarkan pula adab-adab Islam.”

Karena tatkala mereka memiliki adab dan ilmu yang benar maka mereka akan bisa menghindarkan dirinya dari apa yang dilarang Allâh ﷻ.

2. Memastikan Harta halal untuk Nafkah Keluarga.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

كل لحم نبت من سحت فالنار أولى به

“Setiap Daging yang Tumbuh dari sesuatu yang haram maka neraka lebih berhak baginya.” (HR. Thabrani).

Dulu para wanita, melepas kepergian suaminya yang hendak berangkat mencari nafkah dengan nasehat yang indah. Kalimat menyejukkan yang memberikan semangat luar biasa bagi sang suami untuk mencari nafkah dengan cara yang tidak melanggar syariat. Ketika sang suami hendak berangkat, mereka berpesan,

Wahai fulan (suamiku), berilah makanan yang halal bagi kami. Kami sanggup untuk menahan diri dengan bersabar dalam kondisi lapar. Namun kami tidak sanggup untuk bersabar dari neraka dan murka al-Jabbar (Dzat Yang Maha Mutlak Ketetapan-Nya).

Sikap semacam inilah yang selayaknya Anda tiru… mereka wanita-wanita sholihah, calon-calon bidadari surga. Menghiasai kecantikan dirinya denagn kecantikan akhlaknya.

Ustadz mengawali nasehat dengan istiqomah dengan mengambil salah satu kajian yang tetap. Raihlah keutamaan seperti yang Rasulullah ﷺ sampaikan terkait amalan ketika terhalangi udzur:

Dari Abu Musa Al Asy’ari radhiallahu’anhu:

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Apabila seorang hamba sakit atau bepergian (safar), dicatat (amalannya) seperti apa yang dikerjakannya ketika dia bermukim dan sehat’” (HR Bukhari).

Penentu baik dan buruknya amal seorang hamba, ditentukan oleh ujungnya. Dalam Bukhari disebutkan,

وَإِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya.” (HR. Bukhari, no. 6607)

Amalan yang dimaksud di sini adalah amalan shalih, bisa juga amalan jelek. Yang dimaksud ‘bil khawatim’ adalah amalan yang dilakukan di akhir umurnya atau akhir hayatnya.

Sebagian orang sholeh berdo’a dengan Do’a sederhana yang sudah sepatutnya kita hafal dan amalkan karena begitu ringkas namun kandungannya amat mendalam. Inilah do’a agar baik dalam amalan akhir.

Do’a tersebut adalah:

اللهمّ أحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الأُمُورِ كُلِّهَا، وَأجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ

Allahumma ahsin ‘aqibatanaa fil umuuri kullihaa, wa ajirnaa min khizyid dunyaa wa ‘adzabil akhiroh. (Ya Allah, baguskanlah setiap akhir urusan kami, dan selamatkanlah dari kebinasaan di dunia dan dari siksa akhirat). [HR. Ahmad 4: 181]

Memahami prinsip muamalah kesadaran yang kita bangun adalah semua akan dihisab disisi Allâh ﷻ. Dari Abu Barzah Al-Aslami, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ

“Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai: (1) umurnya di manakah ia habiskan, (2) ilmunya di manakah ia amalkan, (3) hartanya bagaimana ia peroleh dan (4) di mana ia infakkan dan (5) mengenai tubuhnya di manakah usangnya.” (HR. Tirmidzi no. 2417, dari Abi Barzah Al Aslami. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Dengan modal inilah, seseorang akan berhati-hati jika bermuamalah dengan harta, jangan sampai ini menjadi musibah di sisi Allâh ﷻ.

Hal inilah yang diperhatikan sahabat Nabi ﷺ. Umar bin Khathab Radhiyallahu’anhu berkata, kami dahulu meninggalkan sembilan dari sepuluh peluang bisnis yang halal karena takut terjerumus kepada sesuatu yang haram.

Maka, jangan mencari yang khilaf dan abu-abu… Karena khilaf bukan dalil tetapi butuh dalil. Maka jangan mencari syubhat.

Rasulullah Muhammad Shallallahu alahi wasallam pernah berpesan tentang akan datang zaman ketika manusia tak peduli halal atau haram.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَأْتِى عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ، لاَ يُبَالِى الْمَرْءُ مَا أَخَذَ مِنْهُ أَمِنَ الْحَلاَلِ أَمْ مِنَ الْحَرَامِ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu dari Nabi ﷺ bersabda : Akan datang suatu zaman pada manusia yang ketika itu seseorang tidak peduli lagi tentang apa yang didapatnya apakah dari barang halal ataukah haram. (H. R. Bukhari no . 2059)

Sungguh telah banyak nikmat yang telah Allah anugerahkan. Dan semua kelak akan ditanya, benarkah kita telah memanfaatkan nikmat tersebut dengan benar.

  • 1
  • 2