بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian Ummahat Messaied
Messaied, 2 Dzulhijjah 1446 / 29 Mei 2025
Bersama Ustadz Syukron Khabiby, Lc M.Pd 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Mengambil Teladan dari Akhlak Nabi Ibrahim ‘alaihissalam
Alhamdulillah atas nikmat yang Allah ﷻ karuniakan kepada kita semua berupa kesempatan menuntut ilmu dan berada dalam waktu yang utama untuk beramal yaitu awal bulan Dzulhijjah.
Keutamaan awal bulan Zulhijah dijelaskan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
ما من أيام العمل الصالح فيهن أحب إلى الله من هذه الأيام العشر. قالوا ولا الجهاد في سبيل الله؟ قال: ولا الجهاد في سبيل الله إلا رجل خرج بنفسه وماله ولم يرجع من ذالك بشيء. (رواه البخاري)
“Tidak ada hari yang amal saleh lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari yang sepuluh ini (10 awal Zulhijah –pen).” Para sahabat bertanya, “Apakah lebih baik daripada jihad fii sabiilillah?” Beliau bersabda, “Iya. Lebih baik daripada jihad fii sabiilillah, kecuali seseorang yang keluar berjihad dengan harta dan jiwa raganya kemudian dia tidak pernah kembali lagi (mati syahid –pen).” (HR. Bukhari)
Dan di antara bentuk ibadah yang paling utama dan ketaatan yang paling agung yang dianjurkan oleh syara’ adalah menuntut ilmu syar’i.
Bentuk kemuliaanNya adalah memberikan pelipatgandaan pahala bagi orang yang tidak ikut haji bagi orang yang tidak ikut berhaji.
Amalan-amalan haji adalah amalan yang mencontoh syariat Abul Anbiya Ibrahim alaihissalam. Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Mumtahanah ayat 4:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِىٓ إِبْرَٰهِيمَ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ إِذْ قَالُوا۟ لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَءَٰٓؤُا۟ مِنكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ
Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah,
Beberapa suri tauladan Nabi Ibrahim alaihissalam yang patut kita teladani:
1. Allah ﷻ memuji Ibrahim dalam Melayani Tamu
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Az-Zariyat ayat 24-30:
هَلْ أَتَىٰكَ حَدِيثُ ضَيْفِ إِبْرَٰهِيمَ ٱلْمُكْرَمِينَ. إِذْ دَخَلُوا۟ عَلَيْهِ فَقَالُوا۟ سَلَٰمًا ۖ قَالَ سَلَٰمٌ قَوْمٌ مُّنكَرُونَ. فَرَاغَ إِلَىٰٓ أَهْلِهِۦ فَجَآءَ بِعِجْلٍ سَمِينٍ. فَقَرَّبَهُۥٓ إِلَيْهِمْ قَالَ أَلَا تَأْكُلُونَ. فَأَوْجَسَ مِنْهُمْ خِيفَةً ۖ قَالُوا۟ لَا تَخَفْ ۖ وَبَشَّرُوهُ بِغُلَٰمٍ عَلِيمٍ. فَأَقْبَلَتِ ٱمْرَأَتُهُۥ فِى صَرَّةٍ فَصَكَّتْ وَجْهَهَا وَقَالَتْ عَجُوزٌ عَقِيمٌ. قَالُوا۟ كَذَٰلِكِ قَالَ رَبُّكِ ۖ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْحَكِيمُ ٱلْعَلِيمُ.
Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tentang tamu Ibrahim (yaitu malaikat-malaikat) yang dimuliakan? (Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan: “Salaamun”. Ibrahim menjawab: “Salaamun (kamu) adalah orang-orang yang tidak dikenal”. Maka dia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk. Lalu dihidangkannya kepada mereka. Ibrahim lalu berkata: “Silahkan anda makan”. (Tetapi mereka tidak mau makan), karena itu Ibrahim merasa takut terhadap mereka. Mereka berkata: “Janganlah kamu takut”, dan mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang alim (Ishak).Kemudian isterinya datang memekik lalu menepuk mukanya sendiri seraya berkata: “(Aku adalah) seorang perempuan tua yang mandul”.Mereka berkata: “Demikianlah Tuhanmu memfirmankan” Sesungguhnya Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.
Dalam ayat-ayat ini Ibrahim alaihisalam memberi contoh dalam Melayani tamu dengan baik:
- Membalas Salam dengan yang Lebih Baik atau Semisalnya
Adab salam selanjutnya adalah tidak selayaknya membalas salam dengan salam yang lebih sedikit dari yang memberi salam. Di dalam Al-qur’an Allah Ta’ala berfirman,
وَإِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَسِيبًا
“Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu.” (QS. An Nisa’: 86).
Selayaknya dalam membalas salam, minimal dengan yang semisal atau setara dengan salam tersebut. Bahkan, dianjurkan membalasnya dengan yang lebih baik. Misalnya, jika kita diberi salam: ‘Assalaamu ‘alaikum, maka minimal kita jawab: ‘Wa’alaikumus salam’. Atau bisa kita jawab dan ini lebih baik, dengan jawaban : ‘Wa’alaikumus salam wa rahmatullah’, atau ‘Wa’alaikumus salam wa rahmatullah wa barokatuh’.
- Menjamu tamu tanpa perlu menawari.
Dalam ayat di atas, Ibrahim alaihissalam menghidangkan daging sapi muda. Akan tetapi para tamu (malaikat-malaikat) tidak menyentuh makanan tersebut dan membuatnya khawatir.
- Menjamu sendiri tanpa bantuan orang lain
Pembantu hanya menyiapkan, dan yang menghidangkan adalah kita sendiri.
- Menjamu tamu dengan makanan yang utuh
- Memilih hewan yang gemuk
Dalam hal ini adalah anak sapi yang gemuk.
- Berkata-kata yang lembut
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ فِي الْجَنَّةِ لَغُرَفًا، يُرَى ظُهُورُهَا مِنْ بُطُونِهَا، وَبُطُونُهَا مِنْ ظُهُورِهَا. فَقَامَ إِلَيْهِ أَعْرَابِيٌّ، فَقَالَ : لِمَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ : هِيَ لِمَنْ أَطَابَ الْكَلَامَ، وَأَطْعَمَ الطَّعَامَ، وَأَدَامَ الصِّيَامَ، وَصَلَّى لِلَّهِ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ
Sesungguhnya di surga terdapat kamar yang bagian luarnya bisa terlihat dari dalamnya dan bagian dalamnya bisa terlihat dari luarnya. Kemudian seorang Arab Badui berdiri dan berkata: Untuk siapakah itu wahai Rasulullah? Nabi bersabda: Untuk yang lembut ucapannya, suka memberi makan, banyak berpuasa, dan shalat untuk Allah di waktu malam saat banyak orang yang tertidur.
(H.R atTirmidizi dari Ali bin Abi Tholib dan riwayat al-Baihaqiy dalam Syuabul Iman dari Abu Malik al-Asy’ariy, dihasankan Syaikh al-Albaniy dalam Shahih al-Jami’)
Seorang muslim yang beriman kepada Allah dan hari akhir akan mengimani wajibnya memuliakan tamu sehingga ia akan menempatkannya sesuai dengan kedudukannya. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلأخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
“Barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhari)
Memuliakan tamu maksimal 3 hari, selebihnya adalah sedekah.
2. Berakhlak mulia dan ingin agar adzab yang menimpa suatu kaum ditunda.
Nabi Ibrahim alaihissalam merupakan sosok yang suka berkasih sayang dan belas kasihan kepada umatnya.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Surat Hud Ayat 74-76:
فَلَمَّا ذَهَبَ عَنْ إِبْرَٰهِيمَ ٱلرَّوْعُ وَجَآءَتْهُ ٱلْبُشْرَىٰ يُجَٰدِلُنَا فِى قَوْمِ لُوطٍ. إِنَّ إِبْرَٰهِيمَ لَحَلِيمٌ أَوَّٰهٌ مُّنِيبٌ. يَٰٓإِبْرَٰهِيمُ أَعْرِضْ عَنْ هَٰذَآ ۖ إِنَّهُۥ قَدْ جَآءَ أَمْرُ رَبِّكَ ۖ وَإِنَّهُمْ ءَاتِيهِمْ عَذَابٌ غَيْرُ مَرْدُودٍ
Maka tatkala rasa takut hilang dari Ibrahim dan berita gembira telah datang kepadanya, diapun bersoal jawab dengan (malaikat-malaikat) Kami tentang kaum Luth. Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar seorang yang penyantun lagi penghiba dan suka kembali kepada Allah ﷻ. Hai Ibrahim, tinggalkanlah soal jawab ini, sesungguhnya telah datang ketetapan Tuhanmu, dan sesungguhnya mereka itu akan didatangi azab yang tidak dapat ditolak.
Dalam ayat ini Ibrahim, yang penyayang meminta untuk menangguhkan azab, tetapi Malaikat mengabarkan bahwa ini adalah ketetapan dari RabNya.
3. Memberi contoh dalam Al-Wala’ dan Al-Bara’
Ketika tahu, bapaknya meninggal dunia, Ibrahim berkata akan meminta ampun kepada Allah ﷻ, tetapi setelah tahu bapaknya kafir, maka beliau berlepas diri.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat At-Taubah Ayat 114:
وَمَا كَانَ ٱسْتِغْفَارُ إِبْرَٰهِيمَ لِأَبِيهِ إِلَّا عَن مَّوْعِدَةٍ وَعَدَهَآ إِيَّاهُ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُۥٓ أَنَّهُۥ عَدُوٌّ لِّلَّهِ تَبَرَّأَ مِنْهُ ۚ إِنَّ إِبْرَٰهِيمَ لَأَوَّٰهٌ حَلِيمٌ
Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri dari padanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.
Permintaan ampun dilakukan karena janjinya kepada bapaknya, tetapi setelah tahu larangnnya maka nabi Ibrahim alaihissalam pun berlepas diri.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم