بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Daurah Harian Ramadhan 1446
🎙️ Bersama Ustadz Burjan Efendi Abu Faiz 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
🗓️ Doha, 19 Ramadhan 1446 / 19 Maret 2025
Kupaksakan Diriku Menuntut ilmu
Tak terasa Ramadhan tinggal sepertiga lagi, tentunya kita harus lebih memaksimalkan amalan-amalan di sisa akhir Ramadhan yang khusus diberikan kepada umat Muhammad ﷺ.
Kita akan suka terhadap sesuatu, jika kita paham keutamaan atau kelebihan dari sesuatu itu. Sama halnya menuntut ilmu syar’i, tentu kita akan suka menuntut ilmu jika kita paham akan keutamaan menuntut ilmu syar’i.
Allah ﷻ mempersaksikan diriNya sebagai Dzat yang wajib disembah, disaksikan para malaikat dan ahli ilmu dalam Surat Ali ‘Imran Ayat 18:
شَهِدَ ٱللَّهُ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ وَٱلْمَلَٰٓئِكَةُ وَأُو۟لُوا۟ ٱلْعِلْمِ قَآئِمًۢا بِٱلْقِسْطِ ۚ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ
Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Ayat ini cukup sebagai bukti bahwa Allah ﷻ memberikan nilai lebih kepada ahli ilmu.
Dalam surat Al Mujadilah ayat 11. Allah Ta’ala berfirman :
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.“ (Al Mujadilah : 11).
Allah Subhanahu wa Ta’ala menafikan persamaan antara orang-orang yang berilmu dengan selain mereka. Disebutkan bahwa tidak sama antara dua golongan manusia ini sebagaimana Allah meniadakan persamaan antara penghuni surga dengan penghuni neraka. Subhanallah. Ini menunjukkan bahwa ilmu merupakan sebab yang menjadikan seorang hamba akan dimudahkan masuk surga sebagaimana kejahilan merupakan sebab yang menjadikan seseorang tidak mendapatkan petunjuk dan akhirnya masuk ke dalam neraka. Na’udzubillahimindzalik..
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
“Katakanlah, ‘tidak mungkin disamakan antara orang-orang yang berilmu dan orang-orang yang tidak berilmu.” (QS. Az-Zumar[39; 9)
Sebagaimana firman Allah juga:
ا يَسْتَوِي أَصْحَابُ النَّارِ وَأَصْحَابُ الْجَنَّةِ ۚ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمُ الْفَائِزُونَ ﴿٢٠﴾
“Tidaklah sama penghuni neraka dengan penghuni surga; penghuni-penghuni jannah itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr[59]: 20)
Ciri-ciri Orang yang Berilmu
Dalam surat Fathir ayat 28:
إِنَّمَا يَخْشَى ٱللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ ٱلْعُلَمَٰٓؤُا۟ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
Dalam surat Maryam ayat 58:
إِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتُ ٱلرَّحْمَٰنِ خَرُّوا۟ سُجَّدًا وَبُكِيًّا
Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.
Maka, tambahkan kami ilmu ya Allah…
وَقُل رَّبِّ زِدْنِى عِلْمًا
dan katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan”. (QS Thaha ayat 114).
1. Keutamaan Orang yang Berilmu dibanding Ahli Ibadah seperti Bulan Purnama dan Bintang
2. Memudahkan Jalan Menuju Surga
Abu Darda’ berkata, sesungguhnya aku pernah mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ فِيهِ عِلْمًا سَلَكَ اللَّهُ بِهِ طَرِيقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِى السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِى الأَرْضِ وَالْحِيتَانُ فِى جَوْفِ الْمَاءِ وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الأَنْبِيَاءِ وَإِنَّ الأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلاَ دِرْهَمًا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
“Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya di antara jalan menuju surga.
Sesungguhnya malaikat meletakkan sayapnya sebagai tanda ridha pada penuntut ilmu.
Sesungguhnya orang yang berilmu dimintai ampun oleh setiap penduduk langit dan bumi, sampai pun ikan yang berada dalam air.
Sesungguhnya keutamaan orang yang berilmu dibanding ahli ibadah adalah seperti perbandingan bulan di malam badar dari bintang-bintang lainnya.
Sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi. Sesungguhnya Nabi tidaklah mewariskan dinar dan tidak pula dirham. Barangsiapa yang mewariskan ilmu, maka sungguh ia telah mendapatkan keberuntungan yang besar.”
(HR. Abu Daud, no. 3641. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini sahih).
3. Paham Agama artinya Dikehendaki Kebaikan oleh Allah ﷻ
Dari Mu’awiyah radhiallahu’anhu, beliau berkata, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
مَن يُرِدِ اللهُ به خيرًا يُفَقِّهْه في الدينِ
“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, niscaya Allah akan jadikan ia faham dalam agama” (Muttafaqun ‘alaihi).
Dikeluarkan oleh al-Bukhari (71) dan Muslim (1037, 98).
Do’a Nabi ﷺ setiap Pagi
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً
Allahumma innii as-aluka ‘ilman naafi’a, wa rizqon thoyyibaa, wa ‘amalan mutaqobbalaa.
“Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat (bagi diriku dan orang lain), rizki yang halal dan amal yang diterima (di sisi-Mu dan mendapatkan ganjaran yang baik).” (Dibaca 1 x setelah salam dari shalat Shubuh)
[HR. Ibnu Majah no. 925 dan Ahmad 6: 305, 322. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini shahih.]
Ilmu yang bermanfaat artinya ilmu yang menghasilkan amal yang Ikhlas dan mencontoh Nabi ﷺ.
Jangan sampai kita dibiarkan bodoh, tapi merasa menjadi orang yang berilmu. Padahal jahil… Tipe inilah yang dipalingkan Allah ﷻ tanpa sadar.
Ada sebuah ungkapan:
إِنِ اسْتَطَعْتَ أَنْ تَكُوْنَ عَالِمًا فَكُنْ عَالِمًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَكُنْ مُتَعَلِّمًا فَإِنْ لَمْ تَكُنْ مُتَعَلِّمًا فَأَحِبْهُمْ فَإِنْ لَمْ تُحِبْهُمْ فَلاَ تَبْغِضُهُمْ
Jadilah orang berilmu jika engkau mampu. Jika tidak bisa, jadilah orang yang belajar ilmu. Jika tidak bisa, cintailah mereka (Ulama dan penuntut ilmu). Jika engkau tidak bisa mencintai mereka, janganlah membenci mereka (orang-orang berilmu dan yang belajar ilmu)
Umar bin Abdil Aziz rahimahullah menyetujui ungkapan tersebut seraya berkata:
سُبْحَانَ اللهِ لَقَدْ جَعَلَ لَهُ مَخْرَجًا
Maha Suci Allah, sungguh Allah telah memberikan jalan keluar baginya
(riwayat Abu Khoytsamah dalam al-Ilmu, semua perawinya adalah rijal dalam Shahih al-Bukhari)
> Ibnul Qayyim rahimahullah dalam Miftah Daarussa’adah berkata semua sifat yang Allah ﷻ gunakan untuk memuji seorang hamba dalam Al-Qur’an adalah disebabkan karena ilmu dan pengaruh ilmu. Dan sebaliknya, semua celaan yang Allah ﷻ gunakan untuk mencela seorang hamba dalam Al-Qur’an adalah buah dari kebodohan dan pengaruh kebodohan.
Agar bisa memotivasi kita supaya “tidak terlalu pelit” mengeluarkan harta untuk belajar agama, mari kita lihat bagaimana semangat para ulama dahulu. Mereka rela mengorbankan harta yang banyak bahkan ada yang sampai tidak punya harta sama sekali karena untuk menuntut ilmu agama alias bangkrut.
Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata,
لَا يَصْلُحُ طَلَبُ الْعِلْمِ إِلَا لِمُفْلِس
“Tidak layak bagi orang yang menuntut ilmu kecuali orang yang siap miskin/bangkrut” [Al-Jami’ liakhlaqir rawi, 1/104 no.71]
Imam Malik bin Anas rahimahullah berkata,
لا يبلغ أحد من هذا العلم ما يريد حتى يضربه الفقر ويؤثره على كل شئ
“Seseorang tidak akan mencapai ilmu ini sesuai dengan apa yang diharapkan sehingga ia menjadi fakir dan berpengaruh kepada semuanya.” [Al-Majmu’ 1/35]
Berkaca dari Ibu dari Rabi’ah Ar-Ra’yi Rahimahullah
Namanya Rabi’ah bin Abu Abdurrahman Farrukh at-Taimi al-Madani, ulama pada masa tabiin. Beliau sangat cerdas sehingga dijuluki Rabi’ah ar-Ra’yi yang artinya Rabi’ah yang cerdas dan brillian. Beliau adalah guru Imam Malik.
Ayah beliau bernama Farrukh yang bertahun-tahun pergi berjihad dan sudah lama tidak terdengar kabarnya. Saat itu ayah beliau meninggalkan sejumlah uang sebesar 30.000 dinar kepada ibunya, yang kemudian dipakai untuk biaya pendidikan Rabi’ah, mencarikan guru yang juga mengajarkan adab dan budi pekerti yang baik.
Beliau mengira ayahnya sudah tiada. Namun, suatu hari ayahnya ternyata datang.
Sang ayah berada di Masjid Nabawi ikut serta mendengarkan pengajian yang disampaikan oleh seorang ustaz muda. Ia terkesima. Banyak sekali yang hadir, termasuk para ulama yang masih ingin berguru kepada ustaz muda tersebut.
Ia sangat terkejut saat ada yang memberitahunya bahwa ustaz muda itu adalah anaknya yang sudah puluhan tahun ia tinggalkan berjihad fi sabilillah. Ia pun sujud syukur kepada Allah ta’aala sambil menangis haru.
Saat ibu Rabi’ah mengatakan bahwa uang 30.000 dinar yang ditinggalkannya itu telah habis untuk biaya pendidikan putranya. Mendengar hal itu, ayahnya berkata, “Demi Allah, melihat putraku seperti ini, lebih aku sukai daripada dunia dan seisinya.”
Paksakan Diri dalam Mencari Ilmu
Jangan gunakan waktu menuntut ilmu syar’i sebagai waktu yang tersisa, tapi sisihkan waktu utama di hari-hari kita.
Seorang penuntut ilmu harus memanfaatkan waktu luangnya dengan sebaik-baiknya. Ia tidak boleh menunda-nunda melakukan berbagai kebaikan.
Semoga Allah Ta’ala memudahkan kita dan keluarga kita untuk selalu menuntut ilmu syar’i. Aamiin.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم