Daurah Qatar Ke-26

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Thur ayat 21:

وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَٱتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُم بِإِيمَٰنٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَآ أَلَتْنَٰهُم مِّنْ عَمَلِهِم مِّن شَىْءٍ ۚ كُلُّ ٱمْرِئٍۭ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ

Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.

Dari ayat ini dimungkinkan bertemunya anggota keluarga dalam satu tempat, meskipun amalan-amalan dan keimanan mereka berbeda. Dan Allah ﷻ memberikan ganjaran dengan sangat detail, maka meninggalkan amalan-amalan sunnah meskipun kecil akan dihitung dan diganjar dengan derajat surga yang berbeda.

Bahkan Allah ﷻ menyediakan 100 derajat surga bagi orang-orang yang berjihad di jalan Allah ﷻ.

Ghaib [الغيب ] secara bahasa dari kata ghaba – yaghiibu [غاب – يغيب] yang
artinya tidak kelihatan.

Ar-Raghib al-Asfahani menyebutkan, Kata al-ghaib adalah kata dasar (bentuk masdar) dari kata ghabat [غَابَتِ] yang artinya tidak kelihatan. Ada ungkapan [ُغَابَتِ الشّمس] artinya matahari tenggelam, sehingga tidak kelihatan mata… kata ini digunakan untuk menyebut semua yang tidak bisa ditangkap indra. Dan semua yang tidak bisa dijangkau oleh ilmu manusia disebut ghaib. (al-Mufradat fi Gharib al-Quran, hlm. 616).

Lawan kata dari kata ghaib adalah hadir. Orang yang ada di tempat disebut :
hadir.

Berikut beberapa catatan yang perlu kita ketahui berkenaan dengan hal-hal ghaib:

Dalam masalah ini, prinsipnya adalah ikuti saja aturan yang telah Allah Ta’ala berikan. Sebagaimana firman-Nya :

ٱتَّبِعُوا۟ مَآ أُنزِلَ إِلَيْكُم مِّن رَّبِّكُمْ وَلَا تَتَّبِعُوا۟ مِن دُونِهِۦٓ أَوْلِيَآءَ ۗ قَلِيلًا مَّا تَذَكَّرُونَ

Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya). (QS Al A’raf ayat 3).

Ikutilah oleh kalian (wahai sekalian manusia). apa yang diturunkan kepada kalian dari tuhan kalian yang berupa kitabullah dan Sunnah dengan menjalankan perintah-perintah dan menjauhi larangan-laranganNya. dan janaganlah kalian mengikuti pemimpin-pemimpin selain Allah, seperti setan-setan, pendeta-pendeta., dan rahib-rahib. Sesungguhnya sedikit sekali dari kalian yang mau memahami nasihat dan mengambil pelajaran sehingga mau kembali menuju kepada yang haq.

Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu berkata, Ikuti saja jangan membuat sesuatu yang baru, karena kalian telah dicukupi.

Pembahasan masalah akidah dalam do’a dan Dzikir adalah turunan dari rukun iman. Dan ini didasarkan pada hadits Jibril yang mengajarkan prinsip dasar Islam:

Rukun iman: Mewakili amal batin.
Rukun islam: Mewakili amal lahir.
Ihsan: menjelaskan tentang teknis beramal baik lahir maupun batin.
Hari kiamat, merupakan konsekuensi amalan hamba yang kelak akan dipertanggungjawabkan di sisi Allah ﷻ.

Maka, masalah tauhid ada di bahasan masalah Iman. Dan Tauhid ada di kajian Iman kepada Allah ﷻ. Yang berbicara masalah hak Allah ﷻ yaitu tauhid yang merupakan kewajiban hamba kepadaNya. Seperti halnya yang Allah ﷻ perintahkan :

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. [QS. Adz-Dzariyat:56]