بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian Sabtu – Barwa Village
Barwa Village, 26 Dzulqa’dah 1446 / 24 Mei 2025
Bersama Ustadz Syukron Khabiby, Lc M.Pd 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Facebook live: di sini
Hadits ke-40: Masa Berkabung (Al-Hadaad) bagi Wanita
Dari Ummu Habibah Radhiyallahu’anha, dia berkata: “Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: ‘
سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا يَحِلُّ لِامْرَأَةٍ تُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ أَنْ تُحِدَّ عَلَى مَيِّتٍ فَوْقَ ثَلَاثٍ إِلَّا عَلَى زَوْجٍ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ وَعَشْرًا
‘Tidak halal bagi seorang wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk berkabung atas orang yang meninggal lebih dari tiga malam, kecuali atas suaminya selama empat bulan sepuluh hari.’
Hadits ini diriwayatkan oleh al-Bukhari (2299) dengan lafaz ini, dan Muslim (1486).
📃 Penjelasan:
Berkabung, dalam bahasa Arabnya adalah al hadaad ( الْحَدَادُ ). Maknanya, tidak mengenakan perhiasan baik berupa pakaian yang menarik, minyak wangi atau lainnya yang dapat menarik orang lain untuk menikahinya.
Al-Hadaad, terbagi menjadi dua.
1. Berkabung dari kematian suami selama empat bulan sepuluh hari.
2. Berkabung dari kematian salah satu anggota keluarganya, selain suami selama tiga hari.
Wanita disebut dalam hadits ini karena wanita lebih banyak menggunakan perasaannya, yang bisa merusak akal sehatnya. Hingga Nabi ﷺ banyak memberi nasehat kepada para wanita.
Kisah Wanita yang Sabar
Berikut adalah kisah Ummu Sulaim (nama asli: Rumaysho atau Rumaisa) yang menakjubkan di mana ia begitu bersabar saat ditinggal mati anaknya.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa putra Abu Tholhah sakit. Ketika itu Abu Tholhah keluar, lalu putranya tersebut meninggal dunia. Ketika Abu Tholhah kembali, ia berkata, “Apa yang dilakukan oleh putraku?” Istrinya (Ummu Sulaim) malah menjawab, “Ia sedang dalam keadaan tenang.” Ketika itu, Ummu Sulaim pun mengeluarkan makan malam untuk suaminya, ia pun menyantapnya. Kemudian setelah itu Abu Tholhah menyetubuhi istrinya. Ketika telah selesai memenuhi hajatnya, istrinya mengatakan kabar meninggalnya putranya. Tatkala tiba pagi hari, Abu Tholhah mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menceritakan tentang hal itu. Rasulullah pun bertanya, “Apakah malam kalian tersebut seperti berada di malam pertama?” Abu Tholhah menjawab, “Iya.” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu mendo’akan, “Allahumma baarik lahumaa, Ya Allah berkahilah mereka berdua.”
Dari hubungan mereka tersebut lahirlah seorang anak laki-laki. Anas berkata bahwa Abu Tholhah berkata padanya, “Jagalah dia sampai engkau mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengannya.”
Anas pun membawa anak tersebut kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ummu Sulaim juga menitipkan membawa beberapa butir kurma bersama bayi tersebut. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu mengambil anak tersebut lantas berkata, “Apakah ada sesuatu yang dibawa dengan bayi ini?” Mereka berkata, “Iya, ada beberapa butir kurma.” Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambilnya dan mengunyahnya. Kemudian beliau ambil hasil kunyahan tersebut dari mulutnya, lalu meletakkannya di mulut bayi tersebut. Beliau melakukan tahnik dengan meletakkan kunyahan itu di langit-langit mulut bayi. Beliau pun menamakan anak tersebut dengan ‘Abdullah.
(HR. Bukhari no. 5470 dan Muslim no. 2144).
Kisah Wanita yang Tidak Sabar
Hakikat sabar yang sebenarnya adalah saat pertama kali seseorang mendapatkan musibah. Berikut kisahnya:
Diriwayatkan dari Anas ibn Malik radhiyallahu ’anhu berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melewati seorang wanita yang sedang menangis di sisi kuburan.
Lalu beliau bersabda, ‘Bertakwalah Anda pada Allah dan bersabarlah’ Wanita itu menjawab, ‘Menjauhlah engkau dariku. Sesungguhnya engkau belum pernah merasakan musibah yang menimpaku.’ Wanita itu tidak tahu bahwa yang berkata itu adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Kemudian ada yang mengatakan pada wanita itu: ‘Sesungguhnya (orang yang berkata tadi –pent) adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam’.
Kemudian wanita tersebut mendatangi pintu (rumah) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan dia tidak mendapati di rumah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam penjaga pintu. Lalu wanita ini berkata (kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sembari minta maaf –pent): ‘Aku tadi tidak mengenalmu.’ Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Sesungguhnya kesabaran (yang hakiki –pent) adalah saat pukulan pertama (musibah itu terjadi pertama kali –pent)’”
(HR. Al-Bukhari, no. 1203 dan Muslim, no. 1535).
Wanita bersama suami terakhirnya di dunia
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَيُّمَا امْرَأَةٍ تُوُفِّيَ عَنْهَا زَوْجُهَا فَتَزَوَّجَتْ بَعْدَهُ فَهِيَ لِآخِرِ أَزْوَاجِهَا
“Wanita manapun yang ditinggal mati suaminya, kemudian si wanita menikah lagi, maka dia menjadi istri bagi suaminya yang terakhir.” [HR. Ath-Thabarani, lihat Ash-Shahihah 3/275]
Maka, isteri-isteri Nabi ﷺ tidak menikah hingga akhir hayatnya.
Biasanya, Kebaikan pasangan kita akan terlihat tatkala kita kehilangan pasangan kita.
Hikmah Masa Berkabung 4 Bulan 10 Hari
- Memastikan kejelasan garis keturunan anak yang mungkin ada, yaitu untuk mengetahui apakah istri masih mengandung atau tidak, sehingga dapat memastikan siapa ayah dari anak yang mungkin dilahirkan di masa depan.
- Menghilangkan kesedihan wanita yang ditinggal suaminya.
- Menunjukkan hak suami yang begitu besar, sehingga masih diharuskan menghormatinya.
Belajar Dari Kisah Ummu Salamah
Ummu Salamah adalah salah satu istri Nabi ﷺ Muhammad ﷺ yang memiliki kisah inspiratif.
Ummu Salamah awalnya menikah dengan Abu Salamah, salah satu sahabat Nabi ﷺ . Mereka memiliki anak bersama dan hidup bahagia. Namun, Abu Salamah wafat akibat luka dalam Perang Uhud.
Setelah Abu Salamah wafat, Ummu Salamah sangat terpukul dan diajarkan do’a Nabi ﷺ.
Ummu Salamah kemudian diperintahkan untuk berdoa yang baik-baik untuk suaminya, sebab ucapannya akan diaminkan oleh malaikat. Ummu Salamah kemudian berdoa sesuai yang diajarkan Rasulullah, “Ya Allah, ampunilah aku dan dia (Abu Salamah) dan berilah aku atas kematiannya itu dengan ganti yang lebih baik.”
Allah ﷻ mentakdirkan dan mengganti Abu Salamah dengan yang lebih baik, Nabi ﷺ kemudian menikahinya untuk memberikan perlindungan, kasih sayang, dan menghibur hatinya.
Ummu Salamah dikenal sebagai sosok yang bijak, sabar, dan memiliki peran penting dalam sejarah Islam. Ia meriwayatkan banyak hadits dan menjadi salah satu sumber pengetahuan tentang kehidupan Nabi Muhammad ﷺ.
Dalam pernikahannya dengan Nabi Muhammad ﷺ, Ummu Salamah menunjukkan kesabaran dan kebijaksanaannya dalam menghadapi berbagai situasi. Ia juga menjadi contoh bagi umat Islam dalam menghadapi kesulitan dan kehilangan orang tercinta.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم