بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Ummahat Doha – Senin Pagi
Tanggal: 23 Rabi’ul Awal 1447 / 15 September 2025
Bersama: Ustadz Abu Abdus Syahid Isnan Efendi, Lc, M.A Hafidzahullah


https://ia800902.us.archive.org/6/items/kumpulan-kajian-assunnah-qatar/Tafsir%20Al-Baqarah%20ayat%20203.mp3?_=1

Facebook Live: klik di sini


Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 203

Telah berlalu pembahasan mengenai tafsir ayat-ayat yang berkaitan dengan haji dan amaliah sesudahnya, untuk muraja’ah, berikut ayat-ayat yang telah dibahas sebelumnya:

Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 200-202:

200 – فَإِذَا قَضَيْتُم مَّنَٰسِكَكُمْ فَٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ كَذِكْرِكُمْ ءَابَآءَكُمْ أَوْ أَشَدَّ ذِكْرًا ۗ فَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَقُولُ رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِى ٱلدُّنْيَا وَمَا لَهُۥ فِى ٱلْءَاخِرَةِ مِنْ خَلَٰقٍ

Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berdzikirlah dengan menyebut Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau (bahkan) berdzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang yang bendoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia”, dan tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat.

201 – وَمِنْهُم مَّن يَقُولُ رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِى ٱلدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى ٱلْءَاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ

Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”.

202 – أُو۟لَٰٓئِكَ لَهُمْ نَصِيبٌ مِّمَّا كَسَبُوا۟ ۚ وَٱللَّهُ سَرِيعُ ٱلْحِسَابِ

Mereka itulah orang-orang yang mendapat bahagian daripada yang mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya.

Ringkasan Penjelasan:

Apabila kalian telah selesai dari amalan-amalan haji maka perbanyaklah berzikir kepada Allah dengan bertahlil, bertakbir, dan dengan pujian-pujian kepada-Nya sebagaimana kalian menyebut dan membangga-banggakan para pendahulu kalian (orang tua atau nenek moyang kalian), atau lebih baik dari itu.

Sebagian manusia hanya memohon urusan dunia, mereka tidak akan mendapat bagian dari kenikmatan akhirat, sebab yang mereka pentingkan hanyalah dunia.

Dan diantara manusia ada kelompok orang mukmin yang mengucapkan dalam doanya, “wahai tuhan kami, berikanlah kepada kami di dunia ini keselamatan, rizki, ilmu yang bermanfaat, amal Shalih dan lainnya dari perkara-perkara agama dan dunia, dan di akhirat berikanlah kami surga, dan jauhkanlah dari kami siksaan neraka.”

Dan  do’a ini termasuk do’a yang paling lengkap isinya oleh karena itu, nabi dahulu sering membacanya sebagaimana yang diriwayatkan dalam kitab shahihain. Dan ini termasuk keutamaan Nabi ﷺ yang disebut dengan Jawami’ul Kalim (جَوَامِعِ الْكَلمِ) adalah kemampuan istimewa yang dianugerahkan oleh Allah ﷻ kepada Nabi Muhammad ﷺ , berupa kemampuan untuk menyampaikan makna yang luas dan mendalam melalui kalimat-kalimat yang ringkas, padat, dan mudah dipahami.

Maka, selayaknya kita berdo’a dengan do’a-doa yang redaksinya telah dicontohkan Nabi ﷺ, sekaligus mengandung dua keutamaan:

  1. Hajatnya akan dikabulkan.
  2. Pahala ittibâ kepada Nabi ﷺ dalam lafadz do’a-doanya.

Berdo’alah dengan lafadz yang dipahami maknanya, sehingga akan lebih cepat kemungkinan doanya diijabah.

Orang-orang yang berdoa dengan doa ini,maka bagi mereka pahala yang besar dikarenakan amal-amal baik yang telah mereka usahakan. dan Allah sangat cepat perhitungannya. Menghitung amalan hamba dan membalasnya.

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat az-Zalzalah Ayat 7-8:

فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُۥ وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُۥ

Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.

Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 203:

۞ وَٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ فِىٓ أَيَّامٍ مَّعْدُودَٰتٍ ۚ فَمَن تَعَجَّلَ فِى يَوْمَيْنِ فَلَآ إِثْمَ عَلَيْهِ وَمَن تَأَخَّرَ فَلَآ إِثْمَ عَلَيْهِ ۚ لِمَنِ ٱتَّقَىٰ ۗ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّكُمْ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ

Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang. Barangsiapa yang ingin cepat berangkat (dari Mina) sesudah dua hari, maka tiada dosa baginya. Dan barangsiapa yang ingin menangguhkan (keberangkatannya dari dua hari itu), maka tidak ada dosa pula baginya, bagi orang yang bertakwa. Dan bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah, bahwa kamu akan dikumpulkan kepada-Nya.

Tafsir as-Sa’di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, pakar tafsir abad 14 H:

Allah memerintahkan untuk berdzikir kepadaNya pada hari-hari yang terbilang (ditentukan), yaitu 3 hari tasyrik setelah Idul Adha, karena keistimewaan dan kemuliaan nya, dan sisa-sisa manasik haji dilakukan pada waktu itu, dan saat itu manusia adalah tamu Allah.

Karena itu Allah haramkan berpuasa pada hari itu, maka dzikir pada hari itu memiliki keistimewaan tersendiri yang tidak ada pada selainnya. Karena itulah nabi bersabda,

Dari Nubaisyah Al Hudzali, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ

 “Hari-hari tasyrik adalah hari makan dan minum.” (HR. Muslim no. 1141)

Hari tasyrik adalah tiga hari setelah Idul Adha (hari nahr). (Lihat Al Iqna’, 1: 412).

Dan termasuk dalam dzikir kepadaNya pada saat itu adalah berdzikir kepadaNya saat melempar jumroh, serta menyembelih, dan dzikir dzikir tentunya setelah salat fardhu, bahkan Sebagian ulama berkata bahwasanya pada saat itu dianjurkan takbir muthlaq seperti pada tanggal 10 dzulhijah, dan pendapat ini tidaklah jauh (dari kebenaran).

“Maka barangsiapa yang ingin cepat berangkat (dari Mina) sesudah 2 hari,” maksudnya, pergi dari Mina dan bertolak dari nya sebelum terbenamnya matahari pada hari kedua, “maka tiada dosa baginya. Dan barangsiapa yang ingin menangguhkan (keberangkatannya dari 2 hari itu)” dengan bermalam pada malam ketiganya lalu melempar jumrah pada keesokan harinya, “maka tidak ada dosa pula baginya.” Ini adalah keringanan dari Allah atas hamba-hambaNya dalam membolehkan kedua hal tersebut.

Akan tetapi telah dipahami bahwasanya bila kedua hal tersebut dibolehkan, maka penangguhan itu adalah yang lebih utama, karena berarti lebih banyak ibadah yang bisa dilakukan.

Dan ketika peniadaan dosa terkadang dipahami peniadaan dosa dari hal tersebut dan dari hal yang lainnya, kemudian terpahami bahwa dosa itu ditiadakan dari yang segera dan yang menangguhkannya saja, maka Allah membatasinya dengan FirmanNya, “bagi orang yang bertaqwa,” yaitu, bertakwalah kepada Allah dalam segala urusan dan kondisinya dalam menunaikan Haji.

Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah dalam segala hal, niscaya ia akan memperoleh peniadaan dosa dalam segala hal pula, dan barangsiapa yang bertaqwa kepadaNya pada sesuatu tanpa sesuatu yang lain, maka balasan itu sesuai dengan jenis amalannya.
“Dan bertakwalah kepada Allah” dengan menunaikan perintah perintahNya dan menjauhi kemaksiatan kepada-Nya, “dan ketahuilah, bahwa kamu akan dikumpulkan kepadaNya,” lalu memberikan ganjaran atas segala amalan perbuatan kalian.

Barangsiapa yang bertakwa kepadaNya, niscaya ia akan mendapatkan balasan ketakwaan disisiNya, dan barangsiapa yang tidak bertaqwa kepadaNya, niscaya Dia akan menyiksanya dengan siksaan yang keras, maka mengetahui tentang pembalasan itu adalah sebesar besar pendorong kepada taqwa kepada Allah, oleh karena itu, Allah menganjurkan untuk mengetahui hal tersebut.

 

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم