بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Daurah Al-Khor Sabtu Pagi – Masjid At-Tauhid
Syarah Riyadhus Shalihin Bab 54-6
٥٤ ـ باب فضل البكاء من خشية الله تعالى وشوقا إليه
Bab 54: Keutamaan Menangis Karena Takut Kepada Allah ﷻ Dan Karena Rindu Pada-Nya.
Hadits ke-7/452: Diperbolehkan Menangis Karena Sedih
٧/٤٥٢ ـ وَعَنْهُ قَالَ: قَالَ أَبُو بَكْرٍ لِعُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، بَعْدَ وَفَاةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، انْطَلِقْ بِنَا إِلَى أُمِّ أَيْمَنَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا نَزُورُهَا كَمَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ يَزُورُهَا، فَلَمَّا انْتَهَيْنَا إِلَيْهَا بَكَتْ فَقَالَا لَهَا: مَا يُبْكِيكِ؟ أَمَا تَعْلَمِينَ أَنَّ مَا عِندَ اللَّهِ تَعَالَى خَيْرٌ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ قَالَتْ: إِنِّي لَا أَبْكِي أَنِّي لَا أَعْلَمُ أَنَّ مَا عِندَ اللَّهِ خَيْرٌ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَلَكِنِّي أَبْكِي أَنَّ الْوَحْيَ قَدْ أَنْقَطَعَ مِنَ السَّمَاءِ؛ فَهَيْجَتْهُمَا عَلَى الْبُكَاءِ، فَجَعَلَا يَبْكِيَانِ مَعَهَا. رَوَاهُ مُسْلِمٌ. وَقَدْ سَبَقَ فِي بَابِ زِيَارَةِ أَهْلِ الْخَيْرِ
452. Dan darinya (Anas), ia berutur bahwasanya Abu Bakar Radhiyallahu’anhu pernah mengatakan kepada Umar Radhiyallahu’anhu, sepeninggal Rasulullah ﷺ : “Marilah kita berkunjung ke tempat Ummu Aiman , sebagaimana Rasulullah dahulu biasa mengunjunginya.” Ketika keduanya sampai di tempatnya, Ummu Aiman menangis. Maka keduanya segera bertanya kepadanya: “Apa yang membuat engkau menangis? Bukankah engkau mengetahui bahwa apa yang ada di sisi Allah itu lebih baik bagi Rasulullah?”
Ummu Aiman pun menjawab: “Aku menangis bukan karena aku tidak mengetahui bahwa apa yang disediakan Allah ﷻ tersebut lebih baik bagiRasulullah , tetapi aku menangis karena wahyu dari langit terputus.”
Maka ucapan Ummu Aiman itu membuat keduanya terdorong untuk menangis, sehingga mereka menangis bersamanya. (HR. Muslim)
Pengesahan serta penjelasan hadits ini telah diulas pada pembahasan hadits nomor (360), Bab “Berkunjung kepada Orang-orang Baik, Bergaul, Berteman, dan Mencintai-Mereka”.
Pengesahan Hadits
Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim (2454). Di dalam hadits ini ada satu kesalahan. Kemungkinan pena pengarang aås yang salah menulis pada dua judul yang disebutkan terkait hadits ini, yaitu pada nomor ini dan pada nomor (452), yakni: ُإِنّي لَا أَبْكِي إِذْ لأَعْلَم (Sesungguhnya aku tidak menangis karena aku benar-benar telah mengetahui … ). Dan yang benar adalah: ُمَا أَبْكِيْ أَنْ لَا أَكُوْنَ أَعْلَم (Aku menangis bukan karena hal tersebut, aku tahu … ).
Demikian manfaat yang ditekankan oleh Syaikh kami (al-Albani) dalam muqaddimahnya untuk kitab Riyâdhush Shâlihiin. Dan kemudian dia mengulanginya dalam catatan kaki kitab al-Mauthinain al-Madzkurain, tetapi anehnya ungkapan tersebut tidak benar dalam matan.
Kosa Kata Hadits
- Nama أُمِّ أَيْمَنَ: Ummu Aiman. Yaitu budak perempuan Rasul, sekaligus pengasuh dan pelayan beliau semasa kanak-kanak.
- Makna فَهَيْجَتْهُمَا: Mendorong keduanya menangis.
Tentang Ummu Aiman:
Ummu Aiman (nama asli Barokah binti sa’labah) adalah pengasuh Rasulullah setelah ibunya wafat dan salah satu sahabat perempuan pertama yang masuk Islam. Ia dikenal karena kesetiaan dan keberaniannya dalam membela dan berjuang untuk Islam, termasuk hijrah ke Habasyah dan Madinah, serta ikut dalam beberapa peperangan. Rasulullah sangat menyayanginya dan menganggapnya sebagai ibu kedua.
Menikah dengan Ubaid Bin Haris dan melahirkan seorang putra bernama Aiman, yang menjadi asal nama “Ummu Aiman” (Ibu dari Aiman). Setelah suaminya meninggal, ia menikah lagi dengan Zaid bin Haritsah, putra angkat Rasulullah.
Meninggal dunia beberapa waktu setelah Nabi Muhammad wafat, yaitu pada masa awal kekhalifahan Utsman bin Affan.
Kandungan Hadits
- Para Sahabat selalu meneladani Rasulullah dalam segala hal.
- Diperbolehkan menangis sedih karena berpisah dengan orang-orang shalih dan karena terputusnya kebaikan yang turun bersama wahyu. Sebab pada saat terputusnya wahyu, itulah saat munculnya berbagai macam paham dan hawa nafsu hingga timbul berbagai perselisihan, hingga akhirnya muncul banyak fitnah, bencana ataupun cobaan. Kita memohon keselamatan dan perlindungan kepada Allah.
- Dibolehkan mengunjungi seseorang yang memiliki kedudukan yang lebih rendah daripada kita.
- Keutamaan Ummu Aiman .
****
Hadits ke-8/453: Dianjurkan melembutkan hati dan berusaha menangis pada saat kita membaca al-Qur’an
٨/٤٥٣ ـ وَعَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: لَمَّا اشْتَدَّ بَأْسُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَجَعُهُ، قِيلَ لَهُ فِي الصَّلَاةِ، فَقَالَ ((مُرُوا أَبَا بَكْرٍ فَلْيُصَلِّ بِالنَّاسِ)) فَقَالَتْ عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا: إِنَّ أَبَا بَكْرٍ رَجُلٌ رَقِيقٌ، إِذَا قَرَأَ الْقُرْآنَ غَلَبَهُ الْبُكَاءُ، فَقَالَ: ((مُرُوهُ فَلْيُصَلِّ)).
وَفِي رِوَايَةٍ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: قُلْتُ: إِنَّ أَبَا بَكْرٍ إِذَا قَامَ مَقَامَكَ لَمْ يَسْمَعِ النَّاسُ مِنَ الْبُكَاءِ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
453. Dari Ibnu Umar Radhiyallahu’anhu, dia menceritakan; Ketika sakit Rasulullah semakin parah, maka ditanyakan kepada beliau tentang (siapakah imam) shalat. Beliau menjawab: “Suruhlah Abu Bakar untuk mengimami shalat orang-orang.” Akan tetapi Aisyah Radhiyallahu’anha berkata: “Sesungguhnya Abu Bakar adalah seorang yang sangat lembut hatinya, jika membaca al-Qur’an dia tidak bisa menahan tangisnya.” Namun beliau bersabda: “Suruhlah dia untuk menjadi imam shalat.”
Dalam sebuah riwayat dari Aisyah Radhiyallahu’anha, dia bercerita; Aku katakan: “Sesungguhnya Abu Bakar itu jika menempati posisimu sebagai imam, maka orang-orang tidak akan bisa mendengar bacaan al-Qur-annya oleh karena dia menangis.” (Muttafaq ‘alaih)
Penjelasan:
Hadits ini menunjukkan perhatian Nabi dan para sahabatnya. Dan Rasulullah tidak sekalipun meninggalkan shalat berjama’ah. Sampai Ketika Nabi sangat sakit masih ikut shalat berjamaah bersama dipapah paman beliau Abbas bin Abdul Muthalib dan Ali bin Abi Thalib, hingga tanah yang dilaluinya membuat garis. Diimami oleh Abui Bakar Radhiyallahu’anhu.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ لَمَّا مَرِضَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَضَهُ الَّذِي مَاتَ فِيهِ وَقَالَ أَبُو مُعَاوِيَةَ لَمَّا ثَقُلَ جَاءَ بِلَالٌ يُؤْذِنُهُ بِالصَّلَاةِ فَقَالَ مُرُوا أَبَا بَكْرٍ فَلْيُصَلِّ بِالنَّاسِ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أَبَا بَكْرٍ رَجُلٌ أَسِيفٌ تَعْنِي رَقِيقٌ وَمَتَى مَا يَقُومُ مَقَامَكَ يَبْكِي فَلَا يَسْتَطِيعُ فَلَوْ أَمَرْتَ عُمَرَ فَصَلَّى بِالنَّاسِ فَقَالَ مُرُوا أَبَا بَكْرٍ فَلْيُصَلِّ بِالنَّاسِ فَإِنَّكُنَّ صَوَاحِبَاتُ يُوسُفَ قَالَتْ فَأَرْسَلْنَا إِلَى أَبِي بَكْرٍ فَصَلَّى بِالنَّاسِ فَوَجَدَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ نَفْسِهِ خِفَّةً فَخَرَجَ إِلَى الصَّلَاةِ يُهَادَى بَيْنَ رَجُلَيْنِ وَرِجْلَاهُ تَخُطَّانِ فِي الْأَرْضِ فَلَمَّا أَحَسَّ بِهِ أَبُو بَكْرٍ ذَهَبَ لِيَتَأَخَّرَ فَأَوْمَى إِلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ مَكَانَكَ قَالَ فَجَاءَ حَتَّى أَجْلَسَاهُ إِلَى جَنْبِ أَبِي بَكْرٍ فَكَانَ أَبُو بَكْرٍ يَأْتَمُّ بِالنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالنَّاسُ يَأْتَمُّونَ بِأَبِي بَكْرٍ
Dari Aisyah Radhiyallahu’anha, ia berkata, “Ketika Rasulullah ﷺ sakit pada sakit yang membuat beliau wafat -Abu Muawiyah mengatakan ketika sakitnya semakin parah- datang Bilal mengumandangkan adzan shalat, lalu beliau bersabda, “Perintahkan Abu Bakar untuk mengimami shalat orang-orang.”
Kami berkata, “Wahai Rasulullah ﷺ sesungguhnya Abu Bakar seorang yang mudah sedih dan menangis maksudnya lembut hatinya- seandainya dia menempati tempatmu, maka ia akan menangis dan tidak mampu (untuk shalat). Perintahkanlah Umar untuk shalat menjadi imam bersama orang-orang.”
Lalu Rasulullah ﷺ bersabda, “Perintahkan Abu Bakar menjadi imam shalat dengan orang-orang, sesungguhnya kalian semua seperti perempuan pada zaman Yusuf” Aisyah berkata, “Maka kami mengirim utusan kepada Abu Bakar, lalu dia shalat dengan orang-orang.”
Rasulullah ﷺ merasakan pada dirinya keringanan (agak membaik kesehatannya), lalu beliau keluar shalat dengan dituntun (dipandu) oleh dua orang, dan kedua kaki beliau terseret di tanah. Ketika Abu Bakar merasa (kehadiran Rasulullah) maka ia berusaha untuk mundur, lalu Rasulullah memberi isyarat kepadanya untuk tetap di tempatnya.” Perawi berkata, “Kemudian Nabi ﷺ datang dan beliau didudukan di samping Abu Bakar, maka Abu Bakar mengikuti Rasulullah dan orang-orang mengikuti Abu Bakar.”
Shahih, At-Ta’liq ‘ala Ibnu Khuzaimah (1616). Fiqh As-Sirah (499). Al Irwa’ (548). Muttafaq ‘alaih.
Pengesahan Hadits
Hadits ini diriwayatkan oleh al-Bukhari (II/165-Fathul Bâri), juga Muslim (418) (94). Riwayat yang kedua ada pada al-Bukhari (II/164-Fathul Bâri), dan Muslim (418) (95).
Kosa Kata Hadits
- Makna اشْتَدَّ: Semakin parah.
- Makna قِيلَ لَهُ فِي الصَّلَاةِ : Ditanyakan kepada beliau mengenai (imam) shalat. Maksudnya adalah siapakah orang yang akan menggantikan sebagai pemimpin orang-orang dan mengimami shalat mereka?
- Makna مَقَامَكَ: Posisimu. Maknanya, sebagai imam shalat orang-orang.
Kandungan Hadits
- Keutamaan Abu Bakar, juga rasa takut beliau kepada Allah ﷻ yang selalu meliputinya. Ini merupakan bukti yang menunjukkan kepemimpinan beliau sepeninggal Rasulullah.
- Dianjurkan melembutkan hati dan berusaha menangis pada saat kita membaca al-Qur’an di dalam shalat. Hal itu tidaklah menghilangkan kekhusyuannya.
- Dibolehkan bagi seorang imam mewakilkan kepada orang lain agar menjadi imam dalam shalat berjamaah.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
