ʙɪꜱᴍɪʟʟᴀʜ
Kajian Kitab Masail Jahiliyah (Perkara-perkara Jahiliyah)
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Pemateri: Ustadz Isnan Efendi, Lc. MA. 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Pertemuan 28: 17 Muharram 1447 / 12 Juli 2025
Telah berlalu, pembahasan beberapa poin dalam Masail Jahiliyah. 32 Masail sebelumnya dapat disimak di link archive berikut ini: https://tinyurl.com/2p9sra27
Masalah Ke – 33: Kontradiksi Mereka Dalam Pengakuan dan Pengingkaran
Pengingkaran mereka terhadap perkara yang mereka akui sebagai bagian dari agama. Sebagaiman mereka lakukan dalam ibadah haji. Allah berfirman :
وَمَنْ يَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ إِبْرَاهِيمَ إِلَّا مَنْ سَفِهَ نَفْسَهُ
“Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri “. ( QS. al-Baqarah : 130 ).
Yahudi mengklaim bahwa mereka berada di atas agama Ibrahim, namun ketika kiblat beralih ke Ka’bah yang dibangun oleh Ibrahim mereka pun mengingkari dengan keras, na’udzubillah, karena mereka tidak mengenal Ka’bah serta Haji yang termasuk agama Ibrahim, mereka menolak untuk menghadap kiblat, padahal mereka tahu hal tersebut adalah kebenaran, dan bahwa Ka’bah adalah rumah Allah dan dibangun Ibrahim atas perintah Allah, sebagaiman firman Allah:
وَإِذْ بَوَّأْنَا لِإِبْرَاهِيمَ مَكَانَ الْبَيْتِ
“Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah”. (QS. al-Hajj : 26 ).
Allah ﷻ juga berfirman :
وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail “. (QS. al-baqarah : 127 ).
Maka Ka’bah termasuk bangunan Ibrahim atas perintah Allah, kiblatnya, namun mereka mengingkarinya. Demikian pula haji, termasuk ajaran agama Ibrahim, namun mereka mengingkarinya, namun kebencian mereka terhadap Muhammad membuat mereka ingkar terhadap semua ini.
Ka’bah merupakan warisan Ibrahim, menghadapnya ketika shalat, menuju kepadanya untuk ibadah haji dan umrah merupakan ajaran agama Ibrahim. Mereka menisbatkan diri kepada agama Ibrahim namun mengingkari syariatnya yang paling agung, ini merupakan kontradiksi yang sangat mengherankan.
Allah ﷻ menurunkan satu ayat di dalam Al-Qur’an yang disebut dengan ayat Al-Mihnah ‘ayat ujian’. Ketika banyak orang-orang yang mengaku cinta kepada Allah ﷻ, maka Allah ﷻ kemudian berkata,
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Katakanlah (Muhammad), ‘Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu’. Dan sungguh Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Ali-‘Imran: 31)
Oleh karenanya, agar kita bisa mencapai derajat dicintai Allah setelah kita mencintai-Nya, maka perbanyaklah melakukan amalan-amalan sunah, perbanyaklah mengikut sunah Nabi Muhammad ﷺ setelah dia mengerjakan yang fardhu atasnya. Sesungguhnya di antara bukti seseorang cinta seseorang terhadap Allah adalah dengan mengikuti dan menjalankan sunah-sunah Nabi Muhammad ﷺ, baru kemudian setelah itu Allah ﷻ akan mencintainya.
Dalam Surat At-Taubah Ayat 100:
وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلْأَوَّلُونَ مِنَ ٱلْمُهَٰجِرِينَ وَٱلْأَنصَارِ وَٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحْسَٰنٍ رَّضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا۟ عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّٰتٍ تَجْرِى تَحْتَهَا ٱلْأَنْهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ ٱلْفَوْزُ ٱلْعَظِيمُ
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.
Ini merupakan kesaksian dari Allah bagi orang-orang yang pertama-tama masuk islam dari kalangan sahabat Nabi, dan kabar gembira bagi mereka berupa surga dan kemenangan di akhirat. Dan ini juga merupakan kabar gembira bagi orang yang manempuh jalan mereka dan menjadikan mereka sebagai panutan dan teladan. Orang-orang yang pertama-tama masuk islam adalah mereka yang mendapati sholat menghadap masjidil aqsha dan masjidil haram. Atau orang-orang yang ikut dalam baiat Ridhwan di Hudaibiyah. Keutamaan bagi orang-orang yang pertama-tama masuk islam ini karena keimanan mereka serta infak yang mereka lakukan sebelum kejayaan Islam.
Seperti itulah semua yang menisbatkan diri kepada Islam namun menolak sebagian hukum-hukumnya, seperti orang yang berkata : saya seorang muslim, kemudian ia thawaf di kuburan dan berdo’a kepadanya, mencari berkah darinya serta mengusapnya. Jika dikatakan kepadanya : ini syirik, ia tidak mau meniggalkannya, bahkan melanjutkan perbuatannya, bahkan membenci orang yang melarangnya, ini merupakan kontradiksi dalam penisbatan. Ia menisbatkan diri kepada Islam namun mengingkari syariatnya yang palling agung, yaitu tauhid.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
Masalah Ke – 34
Setiap Kelompok Menganggap Dirinya Paling Benar, Sedangkan yang Lain Tidak Benar
Sesungguhnya setiap kelompok mengkalim kelompoknya yang selamat. Maka Allah medustakan mereka dengan firman-Nya:
قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
“Katakanlah: “Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar “. ( QS. al-baqarah : 111 ).
Kemudian Allah menjelaskan kebenaran dengan firman-Nya :
بَلَى مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ
“(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan ” . (QS. al-Baqarah : 102 ).
Diantara perkara kaum Jahiliyah yaitu setiap kelompok mengklaim berada di atas kebenaran sedangkan kelompok yang lain berada di atas kebatilan.
Sikap ini ada pada Yahudi dan Nasrani serta orang-orang yang serupa dengan mereka.
وَقَالُوا لَنْ يَدْخُلَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ كَانَ هُوداً أَوْ نَصَارَى
“Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata: “Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nasrani”. ( QS. al-baqarah : 111 ).
Mereka membatasi petunjuk dan masuk surga hanya bagi kaum Yahudi dan Nasrani. Dan seperti mereka yaitu kelompok-kelompok sesat, setiap kelompok mengkalim berada di atas kebenaran dan selain mereka di atas kebatilan, dan semua kelompok mengkalim sebagai kelompok yang selamat yang disabdakan oleh Rasulullah :
ستفترق أمتي على ثلاث وسبعين فرقة، كلها في النار، إلا واحدة
“Umatku akan berpecah ke dalam 73 golongan, semua di neraka kecuali satu “.
Akan tetapi Rasulullah menjelaskan ciri yang membedakan kelompok ini dari yang lainnya ketika mereka ( para sahabat ) bertanya : “siapa mereka wahai Rasulullah ﷺ?”, beliau menjawab : “( yaitu ) siapa yang berada ajaranku dan para sahabatku”.
Oleh karena itu Allah berfirman: “Katakanlah: “Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar”. ( QS. al-baqarah : 111 ).
Yakni berikan landasan argumen kalian bahwa tidak akan masuk surga kecuali Yahudi dan Nasrani, karena ini merupakan dakwaan, dan dakwaan tidak bisa diterima kecuali ada dalil (landasan). Oleh karena itu sebagian mereka berkata:
بَلَى مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ
“(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan” . (QS. al-Baqarah : 102 ).
“menyerahkan diri kepada Allah”, yakni mengikhlaskan agama hanya untuk Allah serta selamat dari syirik; “sedang ia berbuat kebajikan”, yakni mengikuti Rasulullah. Barangsiapa yang memiliki 2 ( dua ) syarat ini maka ia termasuk ahli surga, barangsiapa yang tidak memiliki 2 ( dua ) syarat ini atau salah satunya, maka ia ahli neraka, meskipun ia mengaku sebagai ahli surga. Maka firman-Nya : “barangsiapa yang menyerahkan diri” … dan seterusnya, maka inilah manhaj yang selamat, siapa saja berada di atasnya maka ia termasuk golongan yang selamat, karena Nabi bersabda :
“siapa saja yang berada di atas manhajku dan para sahabatku”. Inilah kriteria dari as-Sunnah , dan ayat di atas kriteria dari al-Qur’an.
Barangsiapa menginginkan surga maka serahkanlah dirinya kepada Allah serta memperbagus amal perbuatannya di atas as-Sunnah dan mejauhi bid’ah serta perkara baru dalam agama yang tidak ada dalilnya dari Allah.
Maka, orang yang bebas dan merdeka adalah orang-orang yang hanya tunduk kepada Allah ﷻ. Semakin mantap ketundukannya di sisi Allah ﷻ, maka semakin bebas dia di hadapan makhluk.
Ada juga orang-orang yang menyatakan berada di tengah-tengah, tidak ikut kelompok manapun, karena semua kelompok menganggap benar hingga dia merasa bingung, dan ini pun sebenarnya sama saja menganggap dirinya sendiri benar, bahkan lebih parah karena dia keluar dari Jama’ah. Maka, kelompok yang paling benar adalah kelompok yang sesuai dengan ayatul imtihan QS. Ali-‘Imran: 31. Jika jawabannya benar, dimanapun dia berada maka itulah kelompok yang selamat.
Janganlah seperti bunglon (sifat talawun) Nabi ﷺ sudah memperingatkan kita untuk menjauhi perilaku ini melalui sabda beliau, “Janganlah kalian menjadi orang yang ‘ikut-ikutan’ dengan mengatakan: Kalau orang lain berbuat baik kami pun akan berbuat baik, dan kalau mereka berbuat zalim kami pun akan berbuat zalim’. Tetapi teguhkanlah diri kalian dengan menanamkan prinsip bahwa kalau orang lain berbuat kebaikan kalian juga berbuat kebaikan, tapi kalau mereka berbuat kejahatan kalian tidak ikut melakukannya’.” [Hadits Shahîh]
Shahabat Rasulullah ﷺ , Abdullah ibnu Mas’ud— Radhiyallahu’anhu—pernah berkata, “Janganlah pernah ada di antara kalian yang mengikuti seseorang dalam masalah agamanya, yang jika orang itu beriman ia pun ikut beriman, dan jika orang itu kafir ia pun ikut kafir. Karena sesungguhnya tidak boleh ada sikap meniru dalam keburukan.”
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
Masalah Ke – 35
Taqarrub (Mendekatkan Diri) kepada Allah dengan Melakukan Perbuatan yang Diharamkan
Beribadah dengan membuka aurat, sebagaiman firman Allah ﷻ:
وَإِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً قَالُوا وَجَدْنَا عَلَيْهَا آبَاءَنَا وَاللَّهُ أَمَرَنَا بِهَا
“Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata: “Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh kami mengerjakannya”.
(QS. al-A’raf : 28 ).
Terdapat larangan untuk menyebarkan aib berupa maksiat diri yang telah Allah ﷻ tutup.
Dari Salim bin Abdullah, dia berkata, Aku mendengar Abu Hurairah radhiyallahu’ anhu bercerita bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, ‘Setiap umatku akan mendapat ampunan, kecuali mujahirin (orang-orang yang terang-terangan berbuat dosa). Dan yang termasuk terang-terangan berbuat dosa adalah seseorang berbuat (dosa) pada malam hari, kemudian pada pagi hari dia menceritakannya, padahal Allah telah menutupi perbuatannya tersebut, yang mana dia berkata, ‘Hai Fulan, tadi malam aku telah berbuat begini dan begitu.’ Sebenarnya pada malam hari Rabb-nya telah menutupi perbuatannya itu, tetapi pada pagi harinya dia menyingkap perbuatannya sendiri yang telah ditutupi oleh Allah tersebut.” [H.R. Bukhari (6069) dalam kitab Fathul Bari dan lafadz ini milik Bukhari, dan riwayat Muslim (2990)].
Kaum Jahiliyah beribadah dengan membuka aurat ketika thawaf, karena syetan menghiasi mereka bahwa barangsiapa yang bukan termasuk penduduk tanah haram dan datang dari penjuru daerah maka ia tidak boleh masuk tanah haram dengan pakaian yang ia kenakan ketika datang karena ia termasuk bermaksiat kepada Allah ﷻ. Jika ada penduduk tanah haram yang memberinya pakaian maka ia memakainya dan thawaf dengannya, jika tidak maka ia menanggalkan pakaiannya di perbatasan tanah haram dan masuk dengan telanjang.
Demikianlah syetan menghiasi mereka. Ketika mereka melakukan keburukan tersebut mereka berkata : “Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh kami mengerjakannya”.
Maka lihatlah bagaimana Allah menyebut membuka aurat dengan fahisyah, yaitu perbuatan yang buruk sekali. Namun banyak manusia pada zaman ini menganggapnya sebagai kemajuan dan gaya modern!.
Kemudian Allah membantah mereka dengan firman-Nya:
قُلْ إِنَّ اللَّهَ لا يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ
“Katakanlah: “Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji”. ( QS. al-A’raf : 28 ).
Yakni tidak diperbolehkan bagi hamba-Nya untuk membuka aurat, akan tetapi disyariatkan untuk menutupinya. Karena dengan menutupinya akan terhindar dari fitnah dan tidak terjerumus ke dalam pelanggaran akhlak. Mereka telah berdusta terhadap Allah dan berkata tentangnya tanpa ilmu, maka mereka pun bergumen dengan 2 ( dua ) alasan yang batil, satu sama lain saling bertentangan:
- Pertama : “Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu”.,
- Kedua : Lebih berat dan lebih berbahaya, yaitu : “dan Allah menyuruh kami mengerjakannya”. Mereka berdusta atas nama Allah. Allah membantah mereka dengan firman-Nya :
قُلْ إِنَّ اللَّهَ لا يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ أَتَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ مَا لا تَعْلَمُونَ
“Katakanlah: “Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji”. Mengapa kamu mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?”.(QS. al-baqarah : 28 ).
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم