بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Ummahat Doha – Senin Pagi
Tanggal: 7 Rabi’ul Akhir 1447 / 29 September 2025
Bersama: Ustadz Abu Abdus Syahid Isnan Efendi, Lc, M.A Hafidzahullah



Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 204

Telah berlalu pembahasan mengenai tafsir ayat-ayat yang berkaitan dengan haji dan amaliah sesudahnya, kemudian:

Allâh ﷻ berfirman:

وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يُعْجِبُكَ قَوْلُهُۥ فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَيُشْهِدُ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا فِى قَلْبِهِۦ وَهُوَ أَلَدُّ ٱلْخِصَامِ

Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras.

Penjelasan:

Ada tiga pendapat terkait dengan ayat ini, yang dinukil oleh Al-Qurthubi dari As-Sudi Rahimahullah dan mufassirin:

  1. Ayat ini turun berkenaan dengan Ahnats bin Syuraiq, seorang laki-laki yang manis ucapannya dan tampangnya. Datang kepada Nabi ﷺ dan menampakkan Islam, sesungguhnya Allah ﷻ tahu aku jujur, kemudian pergi dan dia merusak kebun dan membunuh keledai. Dan tidak ada riwayat dia masuk Islam.
  2. Ayat ini turun kepada kaum munafikin yang membicarakan kaum muslimin yang syahid di peperangan Ar-Raji’ (4 H): Asim bin Tsabit, khubaid dan lainya.
  3. Dari Qatadah dan Mujahid, ayat ini turun kepada setiap orang yang menyembunyikan kekufuran, nifak, dusta dan mudharat kepada Islam dan diucapkan dengan lisan tapi berbeda dengan batinnya. Dan ini ayat yang menyeluruh. Ini adalah pendapat yang rajih. Diambil dari kaidah:

العِبْرَةُ بِعُمُوْمِ اللَّفْظِ لَا بِخُصُوْصِ السَّبَبِ

“‘Ibrah / Pelajaran itu Diambil dari Keumuman Lafadz bukan dari Kekhususan Sebab”

Nifak ada dua: amali dan I’tiqadi. Dan dalam ayat ini adalah nifak I’tiqadi. Termasuk di dalamnya, senang dengan kekalahan kaum muslimin.

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah berkata, bahwa nifak I’tiqadi ada 6:

  1. Mendustakan Rasul baik Nabi ﷺ atau rasul sebelumnya.
  2. Mendustakan sebagian apa yang dibawa rasul.
  3. Membenci rasul
  4. Membenci sebagian syari’at yang dibawa rasul.
  5. Senang menurunnya agama rasul.
  6. Tidak suka kemenangan agama rasul.

Ancaman nifak I’tiqadi ada dalam Surat An-Nisa Ayat 145:

إِنَّ ٱلْمُنَٰفِقِينَ فِى ٱلدَّرْكِ ٱلْأَسْفَلِ مِنَ ٱلنَّارِ وَلَن تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا

Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.

Sementara nifak amali jangan diremehkan, karena bisa menjadi penyebab su’ul khotimah. Dan tanda-tanda sifat munafik ada dalam hadits berikut:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مِنْ عَلاَمَاتِ الْمُنَافِقِ ثَلاَثَةٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا ائْتُمِنَ خَانَ

“Di antara tanda munafik ada tiga: jika berbicara, berdusta; jika berjanji, tidak menepati; jika diberi amanat, berkhianat.” (HR. Muslim, no. 59)

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا ، عَنِ النَّبيِّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : أَربعٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ كَانَ مُنَافِقاً ، وَإِنْ كَانَتْ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ فِيْهِ كَانَتْ فِيْهِ خَصْلَةٌ مِنَ النِّفاقِ حَتَّى يَدَعَهَا : مَنْ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ ، وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ ، وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ خَرَّجَهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Ada empat tanda seseorang disebut munafik. Jika salah satu perangai itu ada, ia berarti punya watak munafik sampai ia meninggalkannya. Empat hal itu adalah: (1) jika berkata, berdusta; (2) jika berjanji, tidak menepati; (3) jika berdebat, ia berpaling dari kebenaran; (4) jika membuat perjanjian, ia melanggar perjanjian (mengkhianati).”

(HR. Bukhari dan Muslim) [HR. Bukhari, no. 2459, 3178 dan Muslim, no. 58]

Dari dua hadits di atas, secara umum tanda munafik itu ada lima:

  1. Jika mengatakan suatu perkataan di mana orang yang mendengar begitu mempercayainya, padahal yang dikatakan itu suatu kedustaan.
  2. Jika berjanji, tidak menepati. Di sini ada dua macam: (a) sedari awal berniat tidak akan menunaikan janji, inilah orang yang paling jelek dalam mengingkari janji; (b) berjanji dengan niat akan menunaikan, kemudian ia tidak menepatinya padahal tidak ada uzur.
  3. Jika berdebat, ia fujuur, artinya sengaja keluar dari kebenaran, hingga kebenaran menjadi suatu kebatilan dan kebatilan menjadi suatu kebenaran. Jika seseorang punya kemampuan berdebat lalu ia membela kebatilan sehingga membuat kebatilan itu tampak benar bagi yang mendengarkan, ini adalah sejelek-jelek keharaman, dan perangai munafik yang paling jelek.
  4. Jika membuat perjanjian, lalu melanggar dan tidak memenuhi perjanjian tersebut.
  5. Jika diberi amanat, ia berkhianat. Ketika seseorang diberi amanat, harusnya ia tunaikan amanat tersebut. Berkhianat terhadap amanat termasuk ciri-ciri munafik.

Kebanyakan kita, sesekali berbohong, sesekali berkhianat dan lainnya, kemudian bertaubat maka tidak disebut munafik. Tetapi jika tidak bertaubat maka dia munafik.

Imam Khattabi berkata, hadits ini diucapkan Nabi ﷺ untuk peringatan keras bagi setiap muslim. Dan untuk menjauhkan dari kebiasaan sifat ini, karena beliau khawatir seseorang masuk dalam sifat nifak, dan tidak bermaksud bahwa apabila ada yang melakukan salah satu sifat ini dan tidak terbiasa melakukannya.

Artinya yang terjatuh kemudian bertaubat, InshaAllah tidak munafik.

Takutnya Para Sahabat Akan Sifat Nifaq

Abu Rib’iy Hanzhalah bin Ar Rabi’ Al-Usaidiy Al-Katib – salah seorang juru tulis Rasulullah shallallahu alaihi wasallam – berkata,

لَقِيَنِي أَبُو بَكْرٍ، فَقالَ: كيفَ أَنْتَ؟ يا حَنْظَلَةُ قالَ: قُلتُ: نَافَقَ حَنْظَلَةُ، قالَ: سُبْحَانَ اللهِ ما تَقُولُ؟ قالَ: قُلتُ: نَكُونُ عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وَسَلَّمَ، يُذَكِّرُنَا بالنَّارِ وَالْجَنَّةِ، حتَّى كَأنَّا رَأْيُ عَيْنٍ، فَإِذَا خَرَجْنَا مِن عِندِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وَسَلَّمَ، عَافَسْنَا الأزْوَاجَ وَالأوْلَادَ وَالضَّيْعَاتِ، فَنَسِينَا كَثِيرًا، قالَ أَبُو بَكْرٍ: فَوَاللَّهِ إنَّا لَنَلْقَى مِثْلَ هذا، فَانْطَلَقْتُ أَنَا وَأَبُو بَكْرٍ، حتَّى دَخَلْنَا علَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وَسَلَّمَ، قُلتُ: نَافَقَ حَنْظَلَةُ، يا رَسُولَ اللهِ، فَقالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وَسَلَّمَ وَما ذَاكَ؟ قُلتُ: يا رَسُولَ اللهِ، نَكُونُ عِنْدَكَ، تُذَكِّرُنَا بالنَّارِ وَالْجَنَّةِ، حتَّى كَأنَّا رَأْيُ عَيْنٍ، فَإِذَا خَرَجْنَا مِن عِندِكَ، عَافَسْنَا الأزْوَاجَ وَالأوْلَادَ وَالضَّيْعَاتِ، نَسِينَا كَثِيرًا فَقالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وَسَلَّمَ: وَالَّذِي نَفْسِي بيَدِهِ إنْ لو تَدُومُونَ علَى ما تَكُونُونَ عِندِي، وفي الذِّكْرِ، لَصَافَحَتْكُمُ المَلَائِكَةُ علَى فُرُشِكُمْ وفي طُرُقِكُمْ، وَلَكِنْ يا حَنْظَلَةُ سَاعَةً وَسَاعَةً ثَلَاثَ مَرَّاتٍ

“Abu Bakar radhiallahu’anhu menjumpaiku dan berkata, ‘Bagaimana kabarmu ya Hanzhalah?‘ Aku pun menjawab, ‘Aku telah menjadi munafik.‘ Abu Bakar berkata, ‘Subhanallah, apa yang sedang kau katakan?‘ Jawabku, ‘Ketika kami berada di majelis Rasulullah shallallahu alaihi wasallam seakan-akan surga dan neraka ada di hadapan kami (ketika Rasulullah mengingatkan kami tentangnya – pent.).

Namun, saat kami berada diluar majelisnya maka kami disibukkan dengan istri-istri, anak-anak dan kehidupan kami hingga kami banyak lupa (terhadap akhirat).‘ Maka berkata Abu Bakar radhiallahu’anhu, ‘Demi Allah, Aku pun merasakan hal yang sama.‘ Maka kami pun bermaksud mendatangi Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Aku pun berkata, ‘Hanzhalah telah munafik wahai Rasulullah.‘ Rasulullah bertanya, ‘Apa maksudmu?‘ Jawabku, ‘Wahai Rasulullah seakan surga dan neraka ada dihadapan kami ketika engkau mengingatkan kami tentangnya dalam majelismu. Akan tetapi, ketika kami tidak lagi berada di majelismu kamipun lalai dengan anak, istri dan kehidupan kami sehingga kami banyak melupakan (akhirat).‘

Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam pun bersabda, ‘Demi Dzat yang jiwa aku ada pada genggaman-Nya, jika kalian terus beramal sebagaimana keadaan kalian ketika berada di sisiku dan selalu mengingat akhirat, maka niscaya malaikat akan menjabat tangan kalian di tempat tidur kalian maupun di jalan-jalan. Namun Hanzhalah, manusia itu sesaat begini dan sesaat begitu.‘ Beliau mengulanginya sampai tiga kali.” (HR. Muslim no. 2750).

Abdullah bin Abi Mulaikah mengatakan,

أدركت ثلاثين صحابيًا كلهم كان يخاف النفاق على نفسه

“Aku berjumpa dengan 30 orang sahabat Rasulullah. Mereka semua takut kalau mereka itu munafik.”

Tafsir as-Sa’di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, pakar tafsir abad 14 H

Setelah Allah memerintahkan untuk memperbanyak dzikir kepadaNya, khususnya pada waktu-waktu utama yang merupakan kebaikan, kemaslahatan, dan kebajikan lalu Allah mengabarkan kondisi orang yang berbicara dengan lisannya, namun perbuatannya bertentangan dengan perkataannya tersebut.

Perkataan itu bisa saja mengangkat seseorang dan bisa juga menjatuhkannya, maka Allah berfirman, “Dan diantara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu.” Maksudnya, apabila ia berkata, bicaranya indah sekali bagi pendengar, dan apabila ia berucap, anda akan mengira ia berbicara dengan perkataan yang berguna, lalu ia menegaskan bahwa apa yang ia bicarakan itu “dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya,” dengan memberi tahu bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatinya sesuai dengan apa yang ia bicarakan tersebut, padahal ia berdusta dalam hal itu, karena perkataannya bertentangan dengan perbuatannya, sekiranya dia benar, pastilah perkataan dan perbuatannya akan sesuai dengan kondisi seorang mukmin yang bukan munafik.

Oleh karena itu Allah berfirman, “Padahal dia adalah penantang yang paling keras,” maksudnya, apabila engkau berbantahan dengannya, engkau akan mendapatkan permusuhan sengit, keras, fanatik, dan segala macam hal yang disebabkan oleh hal itu yang merupakan akhlak akhlak yang buruk yang bukan seperti akhlak kaum mukminin, yaitu orang-orang yang menjadikan kemudahan adalah kendaraan mereka, ketundukan kepada kebenaran adalah tugas mereka, dan toleransi adalah karakter mereka.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم