بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Kitab At-Tibyan fi Adab Hamalat Al-Quran
Karya Imam An-Nawawi 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Bersama Ustadz Nefri Abu Abdillah, Lc. M.A. 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Al-Khor, 14 Jumadil Awwal 1447 / 5 November 2025.



Pembahasan sebelumnya dapat diakses melalui link berikut: Kajian Kitab At-Tibyan fi Adab Hamalat Al-Quran

Bab-8: Ayat-ayat dan Surah-surah yang Dianjurkan Membacanya dalam Waktu dan Keadaan Tertentu

Rutinitas Sunnah yang Terabaikan

Ketahuilah, bahwa bab ini luas sekali, tidak mungkin dibatasi karena isinya yang banyak. Akan tetapi kami isyaratkan kepada sebagian besarnya atau banyak darinya dengan ungkapan-ungkapan yang ringkas. Sebagian besar yang kami sebutkan itu sudah dikenal oleh para ulama maupun orang awam. Oleh karena ini, saya tidak menyebutkan dalil-dalil pada sebagian besarnya.

1. Termasuk sunnah itu ialah banyaknya perhatian kepada pembacaan Al-Qur’an di bulan Ramadhan, dan lebih banyak lagi di sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan dan lebih ditekankan pada malam-malam ganjil darinya.

2. Termasuk sunnah itu ialah pembacaan Al-Qur’an di sepuluh hari pertama dari bulan Dzulhijjah, hari Arafah, hari Jum’at, sesudah Subuh dan di waktu malam.

3. Hendaklah ia sering membaca surah Yasin, Al-Waqi’ah dan surah Tabarak (Al-Mulk).

Penjelasan:

Poin ke-3 membaca surah Yasin dan Al-Waqi’ah, sebagian ulama menjelaskan bahwa dalil-dalilnya tidak kuat.

Sementara surat Al-Mulk memiliki hadits yang Hassan. Atau Riwayat mauquf, perkataan ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berikut:

Dari ‘Abdullah bin Mas’ud, ia berkata,

“Barangsiapa membaca “Tabarokalladzi bi yadihil mulk” (surat Al Mulk) setiap malam, maka Allah akan menghalanginya dari siksa kubur. Kami di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menamakan surat tersebut “al Mani’ah” (penghalang dari siksa kubur). Dia adalah salah satu surat di dalam Kitabullah. Barangsiapa membacanya setiap malam, maka ia telah memperbanyak dan telah berbuat kebaikan.”

(HR. An Nasai dalam Al Kabir 6/179 dan Al Hakim. Hakim mengatakan bahwa sanad hadits tersebut shahih)

*****

3. Disunnahkan membaca dalam shalat Subuh pada hari Jum’at sesudah Al-Fatihah dalam raka’at pertama surah Alif Laam Miim Tanzil seluruhnya dan raka’at kedua seluruhnya.

Janganlah melakukan apa yang dilakukan oleh banyak imam masjid yang hanya membaca beberapa ayat dari masing-masing surah dengan memanjangkan bacaan. Akan tetapi, hendaklah ia membaca kedua surah selengkapnya dan membacanya secara pelan-pelan dengan tartil.

*****

Dalilnya adalah sabda Nabi ﷺ:

عَنْ أبي هُريرة رضي الله عَنْهُ قَالَ: كَانَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم يَقْرأُ في صَلاَةِ الفَجْرِ يَوْمَ الجُمُعَةِ ” آلم تنزيل ” السجدة، وفي الثانية، – ” هَل أتَى عَلَى الإنسَانِ “.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, yang berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca As-Sajdah pada shalat Subuh hari Jumat, ” آلم تنزيل” (Sajadah), dan pada raka’at kedua, “هَل أتَى عَلَى الإنسَانِ” (Al-Insan).

Fiqhul Hadits:

– Dianjurkan untuk membaca dua surat ini pada shalat subuh hari Jum’at. Dan terus diulang-ulang tetapi hendaknya sesekali tidak dibaca agar tidak meyakini hukumnya wajib.
– Ulama mengingatkan: dianjurkan surat ini secara full sesuai hadits, karena bukan masalah sujudnya.

*****

4. Disunnahkan membaca dalam shalat Jum’at pada raka’at pertama surah Al-Jumu’ah selengkapnya dan dalam raka’at kedua surah Al-Munafiqun selengkapnya. Jika ia menghendaki, boleh membaca surah Al-A’laa dalam raka’at pertama dan membaca surah Al-Ghaasyiyah dalam raka’at kedua. Keduanya adalah sahih dari Rasulullah.

Hendaklah ia tidak membatasi dengan membaca sebagian surah dan hendaklah ia melakukan apa yang kami kemukakan.

5. Disunnahkan dalam shalat led membaca surah Qaaf dalam raka’at pertama dan membaca surah Al-Qamar selengkapnya dalam raka’at kedua. Kalau mau, ia boleh membaca surah Al-A’laa dan Al-Ghaasyiyah. Keduanya sahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan janganlah ia membatasi pada sebagiannya.

*****

عَنْ أُمِّ هِشَامٍ بِنْتِ حَارِثَةَ قَالَتْ: لَقَدْ كَانَ تَنُّورُنَا وَتَنُّورُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاحِدًا سَنَتَيْنِ أَوْ سَنَةً وَبَعْضَ سَنَةٍ، وَمَا أَخَذْتُ ق وَالْقُرْآنِ الْمَجِيدِ إِلَّا على لسان رسول الله، وكان يَقْرَؤُهَا كُلَّ يَوْمِ جُمُعَةٍ عَلَى الْمِنْبَرِ إِذَا خطب الناس

Dari Ummu Hisyam binti Haritsah berkata, “(surat Qaf) telah menyinariku dan menyinari Rasulullah selama dua tahun atau satu tahun setengah, dan tidaklah Aku menerima surat Qaf wal quranil majid kecuali dari mulut Rasulullah  sendiri, beliau membacanya di atas mimbar setiap jumat (HR. Muslim)

*****

6. Dibaca dalam dua raka’at sunnah Fajar sesudah Al-Fatihah yang pertama dan dalam raka’at kedua. Kalau mau, ia boleh membaca dalam raka’at pertama dan seterusnya. Dan dalam raka’at kedua:

“Katakanlah: Hai ahli kitab, marilah kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu ……….” Ali-Imran: 64. Keduanya sahih dari perbuatan Rasulullah.

*****

Keistimewaan Shalat Sunnah Fajar

وَعَنْهَا قَالَتْ: (لَمْ يَكُنِ النَّبيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى شَيْءٍ مِنَ النَّوَافِلِ أَشَدَّ تَعَاهُداً مِنْهُ عَلَى رَكْعَتَيِ الْفَجْرِ). مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah memperhatikan shalat-shalat sunnah melebihi dua rakaat sunnah Fajar.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 1169 dan Muslim, no. 724, 94)

وَلِمُسْلِمٍ: «رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا».

Dalam riwayat Muslim disebutkan, “Dua rakaat sunnah Fajar lebih baik daripada dari dunia dan seisinya.” (HR. Muslim, no. 725)

******

7. Dan dibaca di dalam sunnah Maghrib Al-Kafirun dan Al-Ikhlas. Kedua surah itu dibaca pula dalam rakaat thawaf dan dua rakaat istikharah.

8. Dan siapa yang mengerjakan shalat witir dengan tiga rakaat, ia membaca dalam rakaat pertama Al-A’la dan dalam rakaat kedua Al-Kaafirun dan dalam raka’at ketiga Al-Ikhlas dan Al-Mu’awwidzatain.

*****

  • Untuk membaca Al-Mu’awwidzatain tidak ada hadist yang shahih tentangnya.

*****

Surah yang dianjurkan membacanya pada hari Jum’at

9. Dianjurkan membaca surah al-kahfi pada hari Jumat berdasarkan hadis Abi Said Al-Khudri dan lainnya. Berkata Al-Imam Asy-Syafi’i dalam kitab Al-Umm: Dianjurkan membacanya pula pada malam Jumat.

Dalil atas hal ini ialah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Muhammad Ad-Darimi dengan isnadnya dari Abi Said Al-Khudri, ia berkata:

“Barangsiapa membaca surah Al Kahfi pada malam Jum’at, iya diterangi cahaya diantara dia dan Al-Baitil Atiq (Ka’bah).”

10. Ad-Darimi menyebut sebuah hadits mengenai anjuran membaca surah Hud pada hari Jum’at.

11. Dan diriwayatkan dari Makhul seorang tabi’iy yang mulia anjuran membaca surah Aali Imran pada hari Jum’at.

Dianjurkan banyak membaca ayat Al-Kursiy

12. Dianjurkan banyak membaca ayat Al-Kursiy di semua tempat dan membacanya setiap malam ketika hendak tidur dan membaca Al-Mu’awwidzatain setiap habis shalat.

Diriwayatkan dari Uqbah bin Amir, ia berkata:

أَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أَقْرَأَ الْمُعَوِّذَاتِ دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ

“Rasulullah menyuruhku membaca Al-Mu’awwidzatain setiap habis shalat.” (HR. An-Nasai no. 1336 dan Abu Daud no. 1523. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini sahih).

Hadits riwayat Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasa’iy. Tirmidzi berkata: Hadits hasan sahih.

عَنْ أَبِي أُمَامَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ قَرَأَ آيَةَ الْكُرْسِيِّ دُبُرَ كُلِّ صَلاَةٍ مَكْتُوبَةٍ لَمْ يَمْنَعْهُ مِنْ دُخُولِ الْجَنَّةِ إِلاَ الْمَوْتُ». رَوَاهُ الْنَّسَائيُّ، وَصَحَّحَهُ ابْنُ حِبَّانَ.

Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa membaca ayat kursi setiap selesai shalat fardhu, maka tiada yang menghalanginya masuk surga kecuali maut (kematian).”

(HR. An-Nasai dan disahihkan oleh Ibnu Hibban) [HR. An-Nasai dalam Al-Kubra, 9:44 dan dikuatkan oleh Al-Mundziri dalam At-Targhib, 2:453].

13. Dianjurkan ketika akan tidur membaca ayat Al-Kursiy, Qul huwallahu ahad dan Al-Mu’awwidzatain dan akhir surah Al-Baqarah. Ini adalah amalan yang perlu diperhatikan.

Telah diriwayatkan hadits-hadits sahih mengenai amalan ini dari Abu Mas’ud Al-Badri bahwa Rasulullah bersabda:

مَنْ قَرَأَ بِالآيَتَيْنِ مِنْ آخِرِ سُورَةِ الْبَقَرَةِ فِى لَيْلَةٍ كَفَتَاهُ

“Barangsiapa membaca dua ayat terakhir dari surah Al-Baqarah dalam suatu malam, maka kedua ayat itu mencukupi (melindungi) nya” (HR. Bukhari no. 5009 dan Muslim no. 808)

Sejumlah ulama mengatakan: Maksudnya ialah mencukupinya dari shalat malam.

Para ulama yang lain berkata: Maksudnya ialah melindunginya dari gangguan di malamnya.

Diriwayatkan dari Aisyah bahwa Nabi setiap malam membaca Qul huwallahu ahad dan Al-Mu’awwidzatain.

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau radhiyallahu ‘anha berkata,

أَنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ كُلَّ لَيْلَةٍ جَمَعَ كَفَّيْهِ ثُمَّ نَفَثَ فِيهِمَا فَقَرَأَ فِيهِمَا ( قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ) وَ ( قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ ) وَ ( قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ) ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا مَا اسْتَطَاعَ مِنْ جَسَدِهِ يَبْدَأُ بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ وَوَجْهِهِ وَمَا أَقْبَلَ مِنْ جَسَدِهِ يَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ

“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika berada di tempat tidur di setiap malam, beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya lalu kedua telapak tangan tersebut ditiup dan dibacakan ’Qul huwallahu ahad’ (surah Al-Ikhlash), ’Qul a’udzu birobbil falaq’ (surah Al-Falaq) dan ’Qul a’udzu birobbin naas’ (surah An-Naas). Kemudian beliau mengusapkan kedua telapak tangan tadi pada anggota tubuh yang mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Beliau melakukan yang demikian sebanyak tiga kali.” (HR. Bukhari, no. 5017)

14. Ummul mukminin ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha menuturkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَنَامُ حَتَّى يَقْرَأَ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَالزُّمَرَ

“Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak tidur (malam) hingga membaca “Bani Israil” (Surah al-Isra) dan surah Az-Zumar”. HR. Tirmidziy (No. 2920) dan dinilai sahih oleh Ibn Khuzaimah (No. 1163) serta al-Albaniy.

15. Apabila bangun dari tidur setiap malam, dianjurkan membaca akhir surah Ali-Imran dari mulai firman Allah Ta’ala inna fi kholqis samawati sampai akhirnya.

Telah diriwayatkan dalam Shahihain:

“Bahwa Rasulullah membaca beberapa ayat dari akhir dari surah Ali Imran apabila bangun dari tidur.”

(Lihat Bukhari: kitab Fadhaailul Qur’an, bab 34, dan Muslim: kitab Fudhaailul Qur’an, bab 1).

Surah yang dibacakan kepada orang sakit

16. Dianjurkan membacakan Al-Fatihah kepada orang sakit berdasarkan perkataan Nabi, dalam hadits mengenai Al-Fatihah: “Dari mana engkau tahu bahwa Al-Fatihah adalah ruqyah?” Berikut hadits lengkapnya:

Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu,

Bahwa ada sekelompok sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dahulu berada dalam safar (perjalanan jauh), lalu melewati suatu perkampungan Arab. Saat itu, mereka meminta untuk dijamu, namun penduduk kampung tersebut enggan untuk menjamu.

Penduduk kampung tersebut lantas berkata kepada para sahabat yang mampir, “Apakah di antara kalian ada yang bisa meruqyah (melakukan pengobatan dengan membaca ayat-ayat Al-Qur’an, -pen) karena pemimpin kampung ini tersengat binatang atau terserang demam.”

Di antara para sahabat lantas berkata, “Iya, ada.”

Lalu, salah seorang sahabat pun mendatangi pemimpin kampung tersebut dan ia meruqyahnya dengan membaca surah Al-Fatihah.

Akhirnya, pemimpin kampung tersebut sembuh. Lalu, yang membacakan ruqyah tadi diberikan seekor (dalam riwayat lain potongan daging) kambing, namun ia enggan menerimanya -dan disebutkan-, ia mau menerima sampai kisah tadi diceritakan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Lalu, ia mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan menceritakan kisahnya tadi pada beliau.

Ia berkata, “Wahai Rasulullah, aku tidaklah meruqyah, kecuali dengan membaca surah Al-Fatihah saja.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lantas tersenyum dan berkata, “Bagaimana engkau bisa tahu Al-Fatihah adalah ruqyah (artinya: bisa digunakan untuk meruqyah, -pen)?”

Beliau pun bersabda, “Ambil kambing tersebut dari mereka dan potongkan untukku sebagiannya bersama kalian.” (HR. Bukhari no. 5736 dan Muslim no. 2201)

Fiqhul Hadits:

  • Pertama, bolehnya menerima upah dari ruqyah dan mengajarkan Al-Qur’an
  • Kedua, bolehnya memberikan dan menerima ruqyah
  • Ketiga, bolehnya me-ruqyah orang kafir
  • Keempat, sikap wara’ (kehati-hatian) para sahabat
  • Kelima, mulianya akhlak Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam

Agar para sahabat merasa yakin atas ucapan dan hukum yang telah diterangkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maka beliau pun meminta potongan daging kambing tersebut untuk dimakan bersama-sama.

******

17. Disunnahkan membaca Qul Huwallahu Ahad, Qul A’udzu bi rabbil falaq dan Qul A’udzu bi rabbin naas untuk orang sakit dengan meniup pada kedua telapak tangan.

Telah diriwayatkan hal itu dalam Shahihain dari perbuatan Rasulullah yang telah dijelaskan dalam pasal meniup di akhir bab yang sebelum ini.

18. Dari Thalhah bin Mutharrif, ia berkata: Dikabarkan: Sesungguhnya orang sakit itu apabila dibacakan Al-Qur’an di dekatnya, ia pun merasa ringan.

Pada suatu hari aku masuk kepada Khaitsamah yang sedang sakit. Aku berkata: “Aku melihatmu hari ini dalam keadaan baik.”

la berkata: “Telah dibacakan Al-Qur’an di dekatku.”

Diriwayatkan oleh Al-Khatib Abu Bakar Al-Baghdadi rahimahullah dengan isnadnya bahwa Ar-Ramadi apabila merasakan sakit, ia berkata: Panggillah para ahli hadits.

Ketika mereka hadir, ia berkata: Bacalah hadits kepadaku.

Ini mengenai hadits, terlebih pula Al-Qur’an.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم