بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian Kitab At-Tibyan fi Adab Hamalat Al-Quran
Karya Imam An-Nawawi 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Bersama Ustadz Nefri Abu Abdillah, Lc 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Al-Khor, 9 Dzulqa’dah 1446 / 7 Mei 2025.
Kajian Ke-32 | Bab 6: Adab-Adab dalam Pembacaan Al-Qur’an.
Telah berlalu pembahasan Adab-Adab membaca Al-Qur’an, yaitu:
1. Niat ikhlas karena Allah ﷻ dan menghadapkan wajah kepada Allah ﷻ.
2. Bersiwak (membersihkan gigi).
– Dimulai dari sebelah kanan.
– Berniat mengamalkan Sunnah.
3. Membacanya dalam keadaan suci.
– Bertayamum jika tidak menemukan air.
4. Membaca di Tempat yang Bersih
5. Menghadap Kiblat
6. Duduk dengan Khusyuk dan Tenang
7. Membaca Isti’adah
8. Membaca Basmalah
9. Merenungkan Maknanya ketika Membaca
Antara Renungan dan Tangisan
– Imam An-Nawawi 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:
Pasal: Apabila mulai membaca Al-Qur’an, hendaklah ia dalam keadaan khusyu’ dan merenungkan ketika membaca. Dalil-dalil atas hal itu terlalu banyak untuk dibatasi dan sangat masyhur dan jelas untuk disebut. Itulah yang dituju dan diminta dan dengannya dada menjadi lapang dan hati menjadi terang.
Allah azza wa jalla berfirman:
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ ٱلْقُرْءَانَ ۚ
Maka apakah mereka tidak merenungkan Alquran?. (QS. An-Nisa’: 82).
Allah Ta’ala berfirman:
كِتَٰبٌ أَنزَلْنَٰهُ إِلَيْكَ مُبَٰرَكٌ لِّيَدَّبَّرُوٓا۟ ءَايَٰتِهِۦ
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka merenungkan ayat-ayatnya.” (QS. Shad: 29).
Terdapat banyak hadits mengenai hal itu dan pendapat-pendapat ulama salaf yang masyhur mengenainya.
Segolongan ulama salaf membaca satu ayat di waktu malam dan merenungkan serta mengulang-ulanginya sampai pagi.
Segolongan ulama salaf jatuh pingsan ketika membaca Al-Qur’an dan banyak dari mereka yang mati dalam keadaan membaca Al-Qur’an.
Kami riwayatkan dari Bahzin bin Hakim bahwa Zurarah bin Aufa, Seorang tabi’in yang agung radhiyallahu anhum mengimami shalat Subuh, lalu membaca hingga ketika sampai pada:
فَإِذَا نُقِرَ فِى ٱلنَّاقُورِ. فَذَٰلِكَ يَوْمَئِذٍ يَوْمٌ عَسِيرٌ
“Apabila ditiup sangkakala. Maka waktu itu adalah waktu (datangnya) hari yang sulit.” Al-Muddatstsir: 8-9.
Maka ia pun terjatuh dan mati. Bahzin berkata: Aku termasuk orang yang memikulnya.
Adalah Ahmad bin Abil Hawaariy yang dijuluki wangi-wangian Syam oleh Abul Qasim Al-Junaid rahimahullah apabila dibacakan Al-Qur’an di dekatnya, ia pun menjerit dan jatuh pingsan.
Ibnu Abi Dawud berkata: Adalah Al-Qasim bin Utsman Al-Ju’iy rahimahullah menyalahkan Ibnu Abil Hawaariy atas perbuatan itu.
Al-Ju’iy adalah seorang ahli hadits terkemuka dari penduduk Damsyiq dan lebih diunggulkan atas Ibnu Abil Hawaariy.
Ia berkata: Ibnu Abil Hawaariy disalahkan pula oleh Abul Jauza’ dan Qais bin Habtar dan lainnya.
Saya katakan: Yang benar ialah tidak perlu menyalahkan, kecuali siapa yang melakukannya karena pura-pura. Dan Allah Maha Mengetahui.
As-Sayyid yang mulia dan pemilik berbagai keutamaan dan makrifat, Ibrahim Al-Khawwaash berkata: Obat hati ada lima perkara: Membaca Al-Qur’an dengan merenungkannya, perut yang kosong, shalat malam, berdoa dengan khusyuk di waktu dini hari dan duduk dengan orang-orang shaleh.
Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan bagaimana para salaf dalam merenungkan makna suatu ayat.
Ini menunjukkan bagaimana kemampuan mereka memahami ayat. Hingga mentadaburi sampai dalam.
Tetapi, sebagian ulama mengingkari sikap berlebihan seperti itu. Tetapi, Imam An-Nawawi menasehati agar tidak diingkari, kecuali hal yang dibuat-buat.
– Imam An-Nawawi 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:
Pasal: Anjuran mengulang-ulang ayat untuk merenungkannya.
Telah kami kemukakan dalam pasal sebelumnya dorongan untuk merenungkan ayat, penjelasan pengaruhnya dan terpengaruhnya ulama salaf.
Kami riwayatkan dari Abi Dzarr, ia berkata: Nabi mengulang-ulang waktu pembacaan satu ayat sampai pagi, yaitu:
إِن تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ ۖ
Jika Engkau menyiksa mereka, sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu. (QS. Al-Maidah: 118).
Hadits riwayat Nasa’iy dan Ibnu Majah.
Diriwayatkan dari Tamim Ad-Daariy bahwa ia mengulangi ayat ini sampai pagi:
اَمْ حَسِبَ الَّذِيْنَ اجْتَرَحُوا السَّيِّاٰتِ اَنْ نَّجْعَلَهُمْ كَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ
“Apakah orang-orang yang melakukan kejahatan itu menyangka behwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh?.” (Al-Jaatsiyah: 21).
Diriwayatkan dari Abbad bin Hamzah, ia berkata: Aku masuk kepada Asma’ yang sedang membaca:
فَمَنَّ اللّٰهُ عَلَيْنَا وَوَقٰىنَا عَذَابَ السَّمُوْمِ
Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan melindungi kami dari siksa neraka. (QS. Ath-Thur: 27).
Kemudian ia berhenti padanya dan terus mengulanginya dan berdoa. Maka aku menunggu lama. Kemudian aku pergi ke pasar dan menyelesaikan keperluanku. Kemudian aku kembali dan ia masih tetap mengulanginya dan berdoa. Dan kami riwayatkan cerita ini dari Aisyah.
Ibnu Mas’ud mengulang-ulang ayat (Dan peliharalah dirimu dari
وَاتَّقُوْا يَوْمًا تُرْجَعُوْنَ فِيْهِ اِلَى اللّٰهِ ۗ
Siksa yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. (Al-Baqarah: 281).
Dan mengulang-ulang pula ayat:
فَسَوْفَ يَعْلَمُوْنَۙ. اِذِ الْاَغْلٰلُ فِيْٓ اَعْنَاقِهِمْ وَالسَّلٰسِلُۗ يُسْحَبُوْنَۙ
“Kelak mereka akan mengetahui. Ketika belenggu dan rantai dipasang di leher mereka, seraya mereka diseret.” Ghafir: (Al-Mu’min): 70-71.
Dan mengulang-ulang pula ayat:
يٰٓاَيُّهَا الْاِنْسَانُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيْمِۙ
Apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu yang Maha Pemurah. (Al-Infithar: 6).
Adh-Dhahhak mengulang-ulang sampai dini hari firman Allah Ta’ala:
لَهُمْ مِّنْ فَوْقِهِمْ ظُلَلٌ مِّنَ النَّارِ وَمِنْ تَحْتِهِمْ ظُلَلٌ ۗ
“Bagi mereka lapisan-lapisan dari api di atas mereka dan di bawah mereka pun lapisan-lapisan (dari api).” Az-Zumar: 16.
Pasal: Menangis ketika membaca Al-Qur’an
Telah dikemukakan dalam dua pasal yang lalu penjelasan tentang sebab yang mendorong orang untuk menangis ketika membaca Al-Qur’an dan itu adalah sifat orang-orang yang arif dan hamba-hamba Allah yang shaleh.
Allah Ta’ala berfirman:
وَيَخِرُّوْنَ لِلْاَذْقَانِ يَبْكُوْنَ وَيَزِيْدُهُمْ خُشُوْعًا ۩
“Dan mereka menyungkur di atas muka mereka sambil dan mereka bertambah khusyuk. (Al-Isra’: 109).
Banyak hadits dan atsar diriwayatkan dari salaf mengenai hal itu. Di antaranya sabda Nabi :
– اُتْلُوْ الْقُرْآنَ وَابْكُوْ فَإِنْ لَمْ تَبْكُوا فَتَبَاكَوْا – رواه ابن ماجة
“Bacalah Al Qur’an dan menangislah. Jika kamu tidak menangis, maka usahakanlah supaya menangis (karena ayat yang engkau baca)”. (HR. Ibnu Majah – Hadits Dhaif)
Al Hasan al-Bashri mengatakan, “Carilah kenikmatan dan kebahagiaan dalam tiga hal, dalam sholat, berzikir dan membaca Al Quran, jika kalian dapatkan maka itulah yang diinginkan, jika tidak kalian dapatkan dalam tiga hal itu maka sadarilah bahwa pintu kebahagiaan sudah tertutup bagimu.”
– Imam An-Nawawi 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:
Diriwayatkan dari Umar ibnul Khaththab bahwa ia mengimami jama’ah shalat Subuh dan membaca surah Yusuf. Maka ia menangis hingga mengalir air matanya dan mengenai tulang bahunya.
Dalam suatu riwayat: la mengimami shalat Isya’ sehingga menunjukkan pengulangannya dari waktu itu.
Dalam suatu riwayat: Ia menangis hingga mereka mendengar tangisnya dari belakang saf-saf.
Diriwayatkan dari Abi Raja’, ia berkata: Aku melihat Ibnu Abbas dan di bawah kedua matanya nampak bekas air mata seperti tali sandal yang usang.
Diriwayatkan dari Hisyam, ia berkata: Terkadang aku mendengar tangisan Muhammad ibnu Sirin di waktu malam ketika ia dalam shalat.
Al-Imam Abu Hamid Al-Ghazali berkata: Menangis itu dianjurkan ketika membaca Al-Qur’an. Beliau berkata: Cara menghasilkannya ialah dengan menghadirkan kesedihan di dalam hatinya, yaitu dengan merenungkan ancaman dan peringatan keras dan janji-janji, kemudian merenungkan kecerobohannya dalam hal itu.
Jika tidak timbul kesedihan dan tangisan sebagaimana yang dialami oleh orang-orang yang arif, maka hendaklah ia menangis atas kegagalan itu, karena hal itu termasuk musibah yang terbesar.
Apa yang dilakukan para salaf dalam mentadaburi Al-Qur’an adalah disaat Shalat malam dan dilakukan sendirian. Hendaklah kita mengikuti apa yang para salaf contohkan.
عن ابن عباس رضي الله عنهما مرفوعاً: «عَيْنَانِ لاَ تَمسُّهُمَا النَّار: عَيْنٌ بَكَتْ من خَشْيَة الله، وعَيْنٌ بَاتَت تَحْرُسُ في سَبِيل الله».
[صحيح] – [رواه الترمذي]
Dari Ibnu Abbas -raḍiyallāhu ‘anhumā-, ia berkata, Aku pernah mendengarkan Rasulullah -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Ada dua mata yang tak disentuh api Neraka: mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang begadang untuk berjaga (patroli) di jalan Allah.” [Hadis sahih] – [Diriwayatkan oleh Tirmiżi]
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tujuh golongan yang dinaungi Allâh dalam naungan-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya:…. (7) seseorang yang berdzikir kepada Allâh dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.”
Hadits riwayat (Al-Bukhari (no. 660, 1423, 6479, 6806) Dan Muslim (no. 1031 (91).
– Imam An-Nawawi 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:
Anjuran membaca dengan tartil
Hendaklah ia membaca Al-Qur’an dengan tartil. Para ulama sepakat atas anjuran membaca dengan tartil. Allah Ta’ala berfirman:
وَرَتِّلِ ٱلْقُرْءَانَ تَرْتِيلًا
“Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan.” Al-Muzzammil: 4.
Diriwayatkan dari Ummi Salamah “bahwa ia menggambarkan bacaan Rasulullah sebagai bacaan yang jelas huruf demi huruf.” Hadits riwayat Abu Dawud, Nasa’iy dan Tirmidzi. Berkata Tirmidzi: Hadits hasan sahih.
Diriwayatkan dari Mu’awiyah bin Qurrah dari Abdullah bin Mughaffal, ia berkata:
“Aku melihat Rasulullah pada hari penaklukan Makkah di atas untanya membaca surah Al-Fath dan mengulang-ulangi dalam bacaannya.” Hadits riwayat Bukhari dan Muslim.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata: Aku lebih suka membaca sebuah surah dengan tartil daripada membaca Al-Qur’an seluruhnya.
Diriwayatkan dari Mujahid bahwa ia ditanya tentang dua orang. Yang satu membaca Al-Baqarah dan Ali Imran dan yang lain membaca Al-Baqarah saja, sedangkan waktu keduanya, rukuk, sujud dan duduknya sama?
Ibnu Abbas menjawab: Yang membaca Al-Baqarah saja lebih baik. Dilarang membaca terlalu cepat. Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud bahwa seorang lelaki berkata kepadanya: Aku membaca surah Al-Mufashshal dalam satu raka’at.
Maka Abdullah bin Mas’ud berkata: Ini seperti memotong rambut (karena cepatnya). Sesungguhnya ada orang-orang yang membaca Al-Qur’an dan tidak melampaui tenggorokan mereka. Akan tetapi jika masuk di dalam hati dan menjadi kokoh, maka ia pun bermanfaat.
Hadits riwayat Bukhari dan Muslim. Ini lafadh Muslim dalam salah satu riwayatnya.
Para ulama berkata: Tartil dianjurkan untuk merenungkan dan untuk lainnya. Mereka berkata: Dianjurkan membaca dengan tartil bagi orang bukan Arab yang tidak memahami maknanya, karena hal itu lebih dekat kepada pengagungan dan penghormatan dan lebih berpengaruh di dalam hati.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم