Kitab Zaadul Ma’ad #2

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

| Kajian Kitab Zaadul Ma’ad fi Hadyi Khairil Ibad | Karya: Syaikhul Islam Ibnul Qayyim al-Jauziyah Rahimahullah
| Bersama Ustadz Nefri Abu Abdillah, Lc. M.A 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
| Grand Mosque Al-Khor Community Qatar
| Al-Khor, 19 Jumadil Akhir 1447 / 10 Desember 2025



Mukadimah

Kita akan membahas tentang Mukhtashar Kitab Zaadul Ma’ad oleh Dr. Ahmad bin Utsman Al-Mazyad, berisi ringkasan kita aslinya yang tebal.

Guru Ibnul Qayyim al-Jauziyah Rahimahullah

Guru beliau yang utama adalah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah yang lahir pada 7 Safar 691 H. Hubungan keduanya sangat dekat, bahkan dipenjara bersama dan terjun di medan jihad bersamanya.

Murid-murid Beliau Rahimahullah

  1. Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullah; ia dengan tegas menyatakan bahwa Ibnu Qayyim rahimahullah adalah gurunya. “Selama lebih dari satu tahun aku ber-mulazamah dengan mengikuti majelis-majelis ilmunya sebelum beliau wafat. Dan, aku memperdengarkan kepada beliau karya beliau al-Qasidatun Nuuniyyah ath-Thaawilah fis-Sunnah, serta beberapa karya tulis beliau lainnya.” Terang Ibnu Rajab.
  2. Ibnu Katsir rahimahullah; ia berkata: “Aku termasuk salah satu murid beliau yang paling sering mengikuti kajian keilmuannya dan salah seorang yang paling dicintainya.”
  3. Adz-Dzahabi rahimahullah; saat menyebutkan tentang biografi Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam kitab al-Mu’jamul Mukhtash, ia menyatakan, Ibnul Qayyim adalah gurunya.

Pujian Murid-murid kepada Beliau

Ibnu Rajab -murid beliau- yang masyhur dengan kedalamannya dalam ilmu hadits, menyebutkan bahwa gurunya adalah sosok yang tekun beribadah. Rajin bertahajud. Sangat lama ketika berdiri menghadap Rabb-nya. Lisannya selalu berdzikir. Tampak dari zahirnya bahwa qalbu beliau dipenuhi dengan mahabbah kepada Allah. Banyak bertaubat dan beristighfar, kembali kepada Allah dengan menampakkan segala kelemahan dan kefakirannya di hadapan Ilahi.

Kata Ibnu Rajab selanjutnya, “Aku belum pernah menyaksikan orang yang ilmunya sangat luas, pemahaman terhadap tafsir Al Quran dan As Sunnah dan hakikat-hakikat kehidupan yang sangat detail seperti Ibnul Qayyim. Memang ia bukanlah seorang yang ma’shum (terbebas dari kesalahan). Namun, sungguh aku belum pernah mendapati bandingnya.”

Ibnu Katsir yang juga sebagai murid Ibnul Qayyim menyaksikan bahwa gurunya memiliki perangai indah dan sangat tekun membaca dan menelaah. Ia juga dikenal sangat mencintai saudara seiman. Manusia pun menaruh kecintaan kepada beliau. Tidak ada rasa hasad pada dirinya kepada siapa pun. Tidak pernah menyakiti atau mencela. Pokoknya, sulit dicari tandingan dalam keluhuran budi, dan ketinggian akhlak.

Adab beliau kepada gurunya

Kitab Manazil al-Sa’irin karya Syekh Abdullah al-Ansari al-Harawi gurunya banyak dikritik karena berbau tasawuf Ala sufi, maka beliau mensyarah Kitab tersebut dan diberi judul Madarijus Salikin: Penjabaran Kongkrit “Iyyaka Na’budu Wa Iyyaka Nasta’in”.

Setelah beliau mensyarahnya beliau berkata: Syaikhul Islam Al-Harawi adalah guru yang Kami cintai, tetapi kebenaran lebih kami cintai dari pada beliau.


Pengantar Penulis

بسمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحيمِ

الحمدُ لله ربِّ العالمين، والعاقِبةُ للمُتَّقين، ولا عُدوانَ إلَّا على الظالمِين، وأَشهَدُ أن لا إلهَ إلَّا اللهُ وحدَه لا شريكَ له، كلِمة قامَت بها الأرضُ والسمَواتُ، وخُلِقَت لأَجْلها جميعُ المَخْلوقات، فهي كلِمةُ الإسلام، ومِفتاحُ دار السَّلام، عنها يُسأَل الأوَّلون والآخِرون. وأَشهَد أن محمدًا عبدُه ورَسولُه، وأَمينُه على وحيه، وخيرتُه من خَلْقه، وسَفيره بينَه وبين عِباده، الَمبعوث بالدِّين القَويم والَمنهَج الُمُستَقيم، أَرسَله اللهُ رحمةً للعالمين، وإمامًا للمُتَّقين، وحُجَّةً على الخَلائِق أَجَمَعين.

Wa ba’du, Allah Yang Mahakuasa adalah satu-satunya Pencipta dan Pemilih ciptaan-Nya. Dia Yang Maha Tinggi berfirman:

 وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَآءُ وَيَخْتَارُ ۗ

Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. [Al-Qasas: 68].

Yang dimaksud dengan pemilihan di sini adalah: pemilihan dan keistimewaan, yaitu pemilihan setelah penciptaan. Pemilihan umum adalah pemilihan sebelum penciptaan, yang bersifat lebih luas dan lebih dahulu. Sedangkan ini lebih khusus dan bersifat kemudian, yaitu pemilihan dari makhluk.

Jika engkau merenungi keadaan makhluk ini, engkau akan melihat pemilihan dan pengkhususan ini menunjukkan rububiyah-Nya, keesaan-Nya, kesempurnaan hikmah, ilmu, dan kekuasaan-Nya, bahwa Dialah Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia, tiada sekutu bagi-Nya dalam mencipta seperti ciptaan-Nya, dan memilih seperti pilihan-Nya, serta mengatur seperti pengaturan-Nya. Maka pemilihan dan pengkhususan yang nyata ini memberikan efek bagi dunia ini sebagai salah satu tanda terbesar rububiyah-Nya, bukti paling jelas dari keesaan-Nya, sifat-sifat kesempurnaan-Nya, dan kebenaran para rasul-Nya. Kami menyinggung sedikit di sini agar menjadi pengingat akan hal-hal yang menunjukkan pada apa yang selain-Nya.

Allah menciptakan tujuh langit, memilih yang tertinggi dan menjadikannya tempat tinggal para malaikat terdekat-Nya. Dia membedakannya dengan kedekatannya dengan Arsy dan kursi-Nya (Ibnu Abbas menafsirkan pijakan -alas kaki-Nya), dan Dia menempatkan di sana siapa pun yang Dia kehendaki dari ciptaan-Nya.

Langit memiliki keunggulan dan tertinggi yang unik dibandingkan semua langit lainnya, bahkan satu-satunya kelebihannya adalah kedekatannya dengan Dia, Yang Maha Berkah dan Maha Agung.

Inilah juga mengapa Dia, Yang Maha Mulia, lebih menyukai Surga Firdaus yang tinggi daripada semua taman lainnya, dan membedakannya dengan menjadikan Arsy-Nya sebagai atapnya.

Dan inilah juga mengapa Dia memilih dari antara para malaikat mereka yang Dia pilih di atas semua yang lain, seperti Jibril, Mikail, dan Israfil. Dan demikian pula, Dia, Yang Maha Agung, memilih para nabi dari antara keturunan Adam, semoga shalawat dan salam Allah tercurah kepadanya dan mereka, dan memilih para rasul dari antara mereka, dan memilih orang-orang yang teguh pendirian dari antara mereka, dan memilih dari antara mereka dua al-khalil, Ibrahim dan Muhammad, semoga shalawat dan salam Allah tercurah kepada mereka.

Dan dari sinilah muncul pilihan-Nya, Yang Maha Tinggi, atas keturunan Ismail dari berbagai suku anak Adam, kemudian Dia memilih dari antara mereka suku Kinanah bin Khuzaymah, kemudian Dia memilih dari antara keturunan Kinanah suku Quraisy, kemudian Dia memilih dari antara suku Quraisy Bani Hasyim, kemudian Dia memilih dari antara Bani Hasyim pemimpin anak Adam, Muhammad, Rasulullah.

Demikian pula, Dia memilih para Sahabatnya dari seluruh umat manusia, dan Dia memilih umatnya di atas semua umat lainnya.

‘Abdullah Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengatakan,

 إِنَّ اللهَ نَظَرَ فِي قُلُوْبِ الْعِبَادِ فَوَجَدَ قَلْبَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَيْرَ قُلُوْبِ الْعِبَادِ، فَاصْطَفَاهُ لِنَفْسِهِ فَابْتَعَثَهُ بِرِسَالَتِهِ، ثُمَّ نَظَرَ فِي قُلُوْبِ الْعِبَادِ بَعْدَ قَلْبِ مُحَمَّدٍ، فَوَجَدَ قُلُوْبَ أَصْحَابِهِ خَيْرَ قُلُوْبِ الْعِبَادِ فَجَعَلَهُمْ وُزَرَاءَ نَبِيِّهِ يُقَاتِلُوْنَ عَلَى دِيْنِهِ، فَمَا رَأَى الْمُسْلِمُوْنَ حَسَنًا فَهُوَ عِنْدَ اللهِ حَسَنٌ، وَمَا رَأَوْا سَيِّئًا فَهُوَ عِنْدَ اللهِ سَيِّئٌ

“Sesungguhnya Allah memperhatikan hati para hamba-Nya. Allah mendapati hati Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hati yang paling baik, sehingga Allah memilihnya untuk diri-Nya dan mengutusnya sebagai pembawa risalah-Nya. Kemudian Allah melihat hati para hamba-Nya setelah hati Muhammad. Allah mendapati hati para sahabat beliau adalah hati yang paling baik. Oleh karena itu, Allah menjadikan mereka sebagai para pendukung Nabi-Nya yang berperang demi membela agama-Nya. Apa yang dipandang baik oleh kaum muslimin (para sahabat), pasti baik di sisi Allah. Apa yang dipandang buruk oleh mereka, pasti buruk di sisi Allah.” (Diriwayatkan oleh Ahmad dalam al-Musnad, I/379, no. 3600. Syaikh Ahmad Syakir mengatakan bahwa sanadnya shohih).

Dan dari sinilah muncul pilihan-Nya, semoga Dia dimuliakan dan ditinggikan, atas tempat dan negeri terbaik dan paling mulia, yaitu Kota Suci (Mekah).

Dan dari sinilah muncul keistimewaan-Nya atas beberapa hari dan bulan dibandingkan yang lain. Hari terbaik di sisi Allah adalah Hari Raya Kurban (Idul Adha), yaitu hari Haji Akbar, sebagaimana diriwayatkan dalam Sunan dari beliau (semoga Allah meridainya) bahwa beliau bersabda: “Hari terbaik di sisi Allah adalah Hari Raya Kurban, kemudian al-qarr (hari setelah Idul Adha).” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud (1765).

Demikian pula, ia hanya memilih amal perbuatan terbaik, amal perbuatan yang kebaikannya disepakati oleh fitrah manusia yang sehat dan ajaran Nabi, serta didukung oleh akal sehat. Dengan demikian, kebaikan amal perbuatan tersebut disepakati oleh hukum agama, akal sehat, dan fitrah manusia, seperti menyembah Allah semata, tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan mengutamakan keridhaan-Nya daripada keinginan sendiri.

Demikian pula, ia hanya memilih makanan terbaik, yaitu makanan yang halal, sehat, dan bergizi, yang memberikan nutrisi terbaik bagi tubuh dan jiwa, sekaligus memastikan keselamatan hamba dari akibatnya. Demikian pula, ia hanya memilih pasangan yang terbaik, wewangian yang paling harum dan murni, dan hanya teman dan rekan yang paling berbudi luhur.

Dari sini, menjadi jelas bahwa hamba-hamba Allah lebih membutuhkan daripada siapa pun untuk mengenal Rasulullah dan apa yang dibawanya, untuk mempercayai apa yang disampaikannya, dan untuk menaati apa yang diperintahkannya.

Karena tidak ada jalan menuju kebahagiaan dan kesuksesan, baik di dunia maupun di akhirat, kecuali melalui para Rasul. Tidak ada cara untuk mengetahui apa yang baik dan buruk secara detail kecuali melalui mereka, dan keridhaan Allah tidak akan pernah tercapai kecuali melalui mereka. Jika kebahagiaan seseorang di dunia ini dan akhirat bergantung pada mengikuti petunjuk Nabi, maka wajib bagi setiap orang yang mencari kesejahteraan dan menginginkan keselamatan serta kebahagiaannya untuk belajar dari petunjuk, kehidupan, dan ajaran beliau agar dapat membedakan diri dari orang-orang yang tidak mengenal beliau dan untuk termasuk di antara pengikut, pendukung, dan kelompoknya. Orang-orang berbeda dalam hal ini, sebagian belajar sedikit, sebagian banyak, dan sebagian lagi tidak mendapatkan apa-apa. Pada akhirnya, semua karunia berada di tangan Allah; Dia memberikannya kepada siapa pun yang Dia kehendaki, dan Allah adalah pemilik karunia yang sangat besar.

Sufyan bin ‘Uyainah [w. 198 H], guru Imam as-Syafii [w. 204 H], menyatakan:

إن رسولَ الله صلى الله عليه وسلم هو الميزان الأكبر؛ فعليه تُعرَض الأشياء، على خُلقه وسيرته وهَديه، فما وافقها فهو الحق، وما خالفها فهو الباطل

“Sesungguhnya Rasulullah sha-Llahu ‘alaihi wa Sallama merupakan mizan [neraca/tolok ukur] besar. Kepadanya semua perkara diajukan [dibentangkan untuk diukur], berdasarkan akhlak, perjalanan hidup dan tuntunan baginda. Mana yang sesuai, maka itu merupakan kebenaran. Mana yang menyimpang, maka itu merupakan kebatilan.” [al-Khathib al-Baghdadi, al-Jami’ li Akhlaq ar-Rawi, Juz I/79]

Ini adalah beberapa kata, yang pengetahuannya sangat penting bagi siapa pun yang memiliki sedikit saja keinginan untuk mengenal Nabinya, kehidupannya, dan petunjuknya.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم