بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian Kitab: 𝕀𝕘𝕙𝕠𝕥𝕤𝕒𝕥𝕦𝕝 𝕃𝕒𝕙𝕗𝕒𝕟 𝕄𝕚𝕟 𝕄𝕒𝕤𝕙𝕠𝕪𝕚𝕕𝕚𝕤𝕪 𝕊𝕪𝕒𝕚𝕥𝕙𝕒𝕟 (Penolong Orang yang Terjepit – Dari Perangkap Syaitan)
Karya: Ibnul Qayyim al-Jauziyah 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱.
Pemateri: Ustadz Isnan Efendi, Lc. MA. 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Pertemuan: 3 Jumadil Awwal 1447 / 25 Oktober 2025
Ujian Orang-orang yang Beriman – Bagian 3
Telah berlalu pembahasan mengenai delapan prinsip atau kaidah yang bermanfaat bagi hidup seorang mukmin saat musibah menimpanya, agar memperoleh derajat yang tinggi (Maqaamal Adzim) yaitu:
- Pertama, apa yang menimpa orang-orang beriman dari berbagai keburukan, ujian dan gangguan adalah tidak sama dengan apa yang menimpa orang-orang kafir.
- Kedua, apa yang ditimpakan Allah terhadap orang-orang beriman akan disikapi dengan ridha dan mengharap pahala kepada-Nya, jika mereka tidak memiliki ridha, maka mereka akan sabar dan tetap mengharap pahala dari Allah.
- Ketiga, bila seorang Mukmin disakiti dan diganggu karena memperjuangkan agama Allah, maka ia bisa menanggungnya sesuai dengan tingkat ketaatan, keikhlasan dan keberadaan imannya di dalam dada.
- Keempat, semakin dalam rasa cinta seseorang kepada kekasihnya, maka gangguan dan kesakitan akibat memperjuangkan keridhaan orang yang dicintainya akan terasa nikmat.
- Kelima, apa yang didapatkan oleh orang kafir, pendosa dan orang munafik dari berbagai kebesaran, kemuliaan dan kemenangan adalah amat jauh dibanding dengan apa yang diperoleh orang-orang Mukmin. Bahkan sebaliknya, pada hakikatnya semua itu adalah kehinaan, kelemahan dan kehancuran.
- Keenam, ujian yang diberikan kepada orang Mukmin adalah laksana obat baginya.
- Ketujuh, apa yang menimpa orang Mukmin di dunia ini berupa kemenangan para musuh atasnya dan terkadang berupa gangguan adalah suatu hal yang wajar dan semestinya.
- Kedelapan, ujian yang ditimpakan terhadap orang-orang Mukmin berupa kekalahan dari musuhnya, terkadang pemaksaan dan pengusiran oleh mereka di dalamnya terdapat hikmah yang agung, tidak mengetahui hikmahnya secara rinci kecuali Allah Azza wa Jalla.
Selanjutnya:
Kesembilan, sesungguhnya Allah menciptakan langit dan bumi, menciptakan hidup dan mati, serta menghiasi dunia ini adalah untuk menguji segenap hamba-Nya, agar Dia mengetahui siapa yang menghendaki ridha-Nya atau sekedar menghendaki dunia dan perhiasannya.
Allah ﷻ befirman,
وَهُوَ ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ فِى سِتَّةِ أَيَّامٍ وَكَانَ عَرْشُهُۥ عَلَى ٱلْمَآءِ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۗ
“Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah Arasy-Nya di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya.” (Huud: 7).
إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى ٱلْأَرْضِ زِينَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.” (Al-Kahfi: 7).
Dan ketika diutus rasul-rasul Allah kepada manusia, maka mereka terbagi menjadi dua golongan:
- Golongan yang menyatakan aku beriman.
- Golongan yang menyatakan tidak beriman bahkan sebaliknya ia melanjutkan keburukan dan kekafirannya.
Adapun orang yang mengatakan aku beriman, maka Tuhan pasti menguji dan memberinya cobaan, sehingga menjadi nyata apakah dia jujur dalam perkataannya ‘aku beriman’ atau dia berdusta? Jika dia berdusta, maka ia akan berbalik dan lari dari cobaan, sebagaimana ia akan lari dari siksa Allah. Sebaliknya, jika ia jujur, niscaya ia akan konsisten dengan ucapannya. Bahkan ujian dan cobaan itu akan semakin menambah keimanannya.
Allah ﷻ befirman,
وَلَمَّا رَءَا ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلْأَحْزَابَ قَالُوا۟ هَٰذَا مَا وَعَدَنَا ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥ وَصَدَقَ ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥ ۚ وَمَا زَادَهُمْ إِلَّآ إِيمَٰنًا وَتَسْلِيمًا
Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata: “Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita”. Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan. (QS Al-Ahzab ayat 22).
Adapun orang yang tidak beriman, maka mereka akan diberi cobaan Allah berupa siksa di akhirat kelak, dan siksa tersebut tentu lebih besar fitnahnya daripada fitnah di dunia. Ini kalau dia bebas dari siksaan, musibah dan hukuman Allah di dunia, yang hal itu ditimpakan Allah kepada orang-orang yang tidak mengikuti para rasul dan berbuat maksiat kepada mereka. Karena itu, fitnah tersebut mesti diperolehnya di dunia ini dan juga nanti di Alam Barzakh.
Adapun pada Hari Kiamat, maka setiap dari mereka pasti mendapatkan fitnah itu. Sedangkan orang-orang beriman, maka Allah memberikan cobaan yang lebih ringan dan mudah kepada mereka, sebab Allah membentengi mereka dari berbagai cobaan itu dengan keimanan mereka, dan Allah memberi mereka kesabaran, keteguhan serta keselamatan yang dengan hal-hal itu ujian menjadi terasa lebih ringan.
Adapun orang-orang kafir, munafik dan pelaku dosa maka ujian dan cobaan mereka sangat berat dan terus-menerus. Jadi, cobaan orang Mukmin adalah ringan dan akan berakhir, sedang cobaan orang kafir, munafik dan fajir (pendosa) sangat berat dan tidak akan berakhir.
Karena itu, baik orang beriman atau kafir mesti mendapatkan kesakitan dan ujian. Tetapi orang yang beriman hanya mendapatkan kesakitan itu di dunia, lalu di akhirat semuanya akan berakhir dengan kebaikan. Sedangkan orang kafir, munafik dan fajir maka mereka mendapatkan kenikmatan di dunia saja, lalu akan berakhir dengan kesakitan. Karena itu, tidak seorang pun bisa berharap lolos dari ujian dan kesakitan.
Hadits : Orang Mukmin yang bergaul dengan manusia dan sabar atas gangguan mereka, lebih baik dari orang Mukmin yang tidak bergaul
عن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: «المؤمن الذي يخالط الناس، ويصبر على أذاهم خير من الذي لا يخالط الناس ولا يصبر على أذاهم».
[صحيح] – [رواه الترمذي وابن ماجه وأحمد]
Abdullah bin Umar -raḍiyallāhu ‘anhumā- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam-, beliau bersabda, “Orang Mukmin yang bergaul dengan manusia dan sabar atas gangguan mereka, lebih baik dari orang Mukmin yang tidak bergaul dengan manusia dan tidak sabar atas gangguan mereka.” [Hadis sahih] – [Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah – Diriwayatkan oleh Tirmiżi – Diriwayatkan oleh Ahmad]
Hadis ini merupakan dalil keutamaan bergaul dengan manusia dan berkumpul dengan mereka. Orang Mukmin yang bergaul dan berkumpul dengan manusia dan sabar dengan gangguan yang menimpa mereka disebabkan nasihat dan pengarahannya kepada mereka, lebih utama dari orang Mukmin yang tidak bergaul dengan manusia, bahkan tidak duduk di majelis mereka dan menjauh dari mereka atau hidup sendirian karena mereka tidak sabar terhadap gangguan nya.
Kesepuluh, manusia adalah makhluk sosial, ia harus hidup di tengah-tengah manusia, sedangkan manusia itu memiliki sekian banyak keinginan, gambaran dan kepercayaan. Tapi sulitnya, mereka mengharap agar orang lain itu menyesuaikan dan memiliki pandangan yang sama dengan mereka. Jika tidak, maka mereka akan menyiksa dan menyakitinya.
Dan jika dia menyesuaikan dan memiliki pandangan yang sama dengan mereka, maka ia akan mendapatkan siksa dan gangguan dari kelompok masyarakat lain. Sementara itu ia harus bermasyarakat dan membaur dengan mereka, dan untuk itu ia tidak bisa mengelak dari berbeda atau sama dengan mereka. Karena sama dengan mereka, ia akan mendapatkan siksa dan penderitaan, jika mereka berada dalam kebatilan. Dan jika berbeda dengan mereka, ia pun akan mendapatkan siksa dan penderitaan, karena tidak sesuai dengan hawa nafsu, kepercayaan dan kemauan mereka. Dan tidak diragukan lagi, siksaan dan penderitaan karena menyelisihi mereka yang ada dalam kebatilan lebih ringan dan mudah daripada siksaan yang diakibatkan oleh sikap mendukung dan sama dengan mereka.
Mengetahui dan menjaga diri dari hal di atas termasuk perkara yang sangat bermanfaat bagi setiap hamba. Karena itu, siksaan yang ringan dan akan berakhir dengan kenikmatan yang agung dan langgeng lebih utama daripada mengecap kenikmatan sedikit dan sekejap lalu akan berakhir dengan siksaan yang berat dan terus-menerus. Dan sungguh taufiq itu hanyalah milik Allah semata.
Kesebelas, sesungguhnya ujian dan cobaan yang menimpa setiap hamba karena memperjuangkan agama Allah tidak akan lepas dari salah satu dari keempat jenis hal berikut ini: Ujian terhadap jiwanya, hartanya, kehormatannya atau keluarga dan orang-orang yang dicintainya. Adapun ujian terhadap jiwanya terkadang mengakibatkannya binasa, atau ia merasakan kesakitan tanpa kebinasaan, dan inilah ujian yang diderita oleh hamba Allah dalam memperjuangkan agama-Nya. Dan di antara keempat jenis ujian tersebut, ujian yang terberat adalah musibah terhadap jiwa.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
