Akhlaq dan Nasehat
Meraih Surga Allah ﷻ di Jalan
- Details
- Category: Akhlaq dan Nasehat
- Created: Saturday, 08 February 2020 10:09
Kajian Sabtu Barwa Village Bersama Ustadz Syukron Habibie Hafidzahullah
•┈┈┈┈┈••❀•◎﷽◎•❀••┈┈┈┈┈•
Makna Ihsân (al-Ihsân)
Al-Ihsân, ialah lawan kata (antonim) dari al-isâ`ah (perbuatan jelek). Maknanya, melakukan perbuatan yang baik. Dalam terminologi syariat didefinisikan dengan “melaksanakan aturan syariat dengan sebaik-baiknya”.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَأَحْسِنُوا ۛ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
…… dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. [al-Baqarah/2:195].
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. [an-Nahl/16:128].
Syaikh Sadi menjelaskan bahwa berbuat baik dalam hal apa saja,tidak dibatasi. Termasuk berbuat baik adalah dengan wasilah jabatan, membantu orang-orang yang miskin, membantu menguburkan jenazah, membantu bekerja, dan lainnya yang Allah ﷻ memerintahkannya.
Syaikh Utsaimin Rahimahullah juga menjelaskan, berbuat baik kepada saudara sesama Muslim, dengan perkataan dan perbuatan. Menolak keburukan juga termasuk berbuat baik.
Manusia dibagi menjadi tiga:
- Berbuat baik kepada orang lain tetapi jahat dengan saudara dekat.
- Dengan keluarga baik, tapi dengan orang lain baik sekali.
- Dengan kerabat maupun orang lain selalu berbuat buruk.
- Dengan kerabat maupun orang lain selalu berbuat baik.
Berbuat baik merupakan indikasi ilmu yang bermanfaat, sehingga setiap pagi kita dianjurkan untuk berdo'a :
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً
“Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat (bagi diriku dan orang lain), rizki yang halal dan amal yang diterima (di sisi-Mu dan mendapatkan ganjaran yang baik).
Berbuat Baik di Jalan
- Merupakan salah satu cabang dari iman, adalah menyingkirkan gangguan di jalan.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan bahwa di antara cabang keimanan adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Beliau menuturkan bahwa amalan ringan tersebut merupakan cabang keimanan yang paling rendah. Perhatikan riwayat berikut:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الْإِيْـمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُوْنَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّوْنَ شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنْ الطَّرِيقِ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنْ الْإِيْـمَانِ.
Dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Iman itu ada tujuh puluh atau enam puluh sekian cabang. Cabang yang paling utama adalah ucapan Laa ilaaha illaAllah (tiada sesembahan yang haq selain Allah), sedangkan cabang yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan rasa malu merupakan salah satu cabang keimanan.” (HR. al-Bukhari & Muslim).
Yang membahayakan di jalan bisa apa saja, termasuk batu, potongan tanah, duri atau lainnya. Demikian juga memberi informasi yang membahayakan.
Syaikh Sa'adi Rahimahullah menjelaskan bahwa hadits ini menjelaskan bahwa iman itu amalan hati yang dibuktikan dengan perbuatan, amalan lisan dan semua yang mendekatkan kepada Allah ﷻ dan dicintai Allah ﷻ baik yang wajib maupun sunnah.
Pada hadits ini juga disebut rasa malu merupakan salah satu cabang keimanan, karena itu merupakan sebab yang kuat untuk melakukan cabang-cabang dari keimanan.
- Wasiat Rasulullah ﷺ kepada sahabat Abu Barzah:
Dari Abu Barzah Al-Aslami ia berkata, “Ya Rasulullah, perintahkan aku suatu amal yang bisa aku amalkan.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أمِطِ الأذى عن الطر يق، فإنه لك صدقه
“Singkirkanlah gangguan dari jalan, karena itu sedekah untuk kamu”
Ibnu batthal menjelaskan bahwa makna shodaqoh adalah menyampaikan manfaat kepada orang yang bersodaqah.
Al-Munabi mengatakan yang dimaksud dengan hal-hal yang membahayakan di jalan menyingkirkan batu atau duri di jalan adalah shodaqoh nya untuk orang-orang muslim.
- Ternyata amalan ringan yang merupakan cabang keimanan paling rendah ini dapat mendatangkan keutamaan yang sangat didambakan seorang muslim. Apa itu? Satu kata, “SURGA”.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَقَدْ رَأَيْتُ رَجُلًا يَتَقَلَّبُ فِي الْجَنَّةِ، فِي شَجَرَةٍ قَطَعَهَا مِنْ ظَهْرِ الطَّرِيقِ، كَانَتْ تُؤْذِي النَّاسَ
“Sungguh aku melihat ada seseorang sedang bersenang-senang dan berlezat-lezat di dalam surga disebabkan ada sebatang pohon yang ia potong (ia singkirkan) dari jalan, yang mana pohon tersebut mengganggu orang-orang (yang lewat jalan tersebut).” (HR. Muslim no. 1914)
Dalam riwayat lain:
مرَّ رجُلٌ بِغُصْنِ شَجرةٍ عَلَى ظَهْرِ طرِيقٍ فَقَالَ: واللَّهِ لأُنَحِّينَّ هَذَا عنِ الْمسلِمِينَ لا يُؤْذِيهُمْ، فأُدْخِلَ الْجَنَّةَ”
“Ada seseorang yang mendapati dahan sebuah pohon di jalan, kemudian ia mengatakan: ‘Demi Allah, aku akan menyingkirkan dahan tersebut dari kaum muslimin agar tidak mengganggu mereka.’ Maka orang tersebut dimasukkan ke dalam surga.”
Hadits Sahih Riwayat al-Bukhari: 2292
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي بِطَرِيقٍ وَجَدَ غُصْنَ شَوْكٍ عَلَى الطَّرِيقِ، فَأَخَذَهُ، فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu: Bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
Ketika seorang laki-laki sedang berjalan, ia menemukan ranting duri di jalan, lalu diambilnya. Maka Allah berterimakasih padanya dan mengampuninya. Ibnu Batthal menjelaskan demikian juga membuang duri di jalan, melempar batu atau lainnya yang membahayakan, maka ditakutkan Allah ﷻ akan menyiksanya di dunia.
Syaikh Utsaimin Rahimahullah menjelaskan mereka yang melemparkan kaca di jalan atau pasar yang berjalannya manusia yang menyakiti kaum muslimin maka sesungguhnya mereka berdosa.
Imam Ibnul Qayim rahimahullah mengatakan:
Berbuat baik itu menyenangkan hati. Hatinya akan berbahagia, melapangkan dada, menarik rezekinya, menolak bala dan meninggalkan berbuat baik akan membuat gelisah dan menolak mendatangkan nikmat.
Orang yang bakhil adalah meninggalkan berbuat baik dengan harta. (Hayatul Hijratain hal 19).
Ikuti Kajian Materi ini oleh Ustadz Syukron Habibie Hafidzahullah berikut: